Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah kita menggunakan waktu sejenak untuk berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan sebagai sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita. Jumat 20/07/2018
Keluaran 34:21 (TB) Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari perhentian juga.
Exodus 34:21 (RSV) "Six days you shall work, but on the seventh day you shall rest; in plowing time and in harvest you shall rest.
Kisah penciptaan menjadi dasar bagi orang Kristen memahami bahwa manusia adalah mahkluk pekerja. Sama seperti Allah yang bekerja selama enam hari, dan beristirahat pada hari yang ketujuh. Bagi kaum Yahudi pesan ini dimaknai sebagai perintah dan dituangkan dalam dekalog yaitu titah ke empat: ingat dan kuduskanlah hari sabat bagi Tuhanmu. Peraturan Sabat pun kemudian dirumuskan sedemikian rupa agar setiap orang mempergunakan hari peristirahatan menjadi hari beribadah kepada Tuhan. Hari sabath menjadi hari yang dikuduskan oleh Tuhan.
Mengapa penting hari peristirahatan! Benar, Allah menciptakan manusia menjadi manusia pekerja, namun ditetapkan juga memiliki masa istirahat sama seperti Allah yang bekerja selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh. Disini manusia dihargai sebagai mahluk yang berbeda dari yang lain, manusia bukan mesin produksi, manusia memiliki keterbatasan kemampuan maka membutuhkan istirahat untuk mengambil energi atau momen merecovery tenaga dan kekuatan manusia. Selanjutnya penetapan hari peristirahatan bagi manusia menunjukkan bahwa manusia adalah mahkluk beribadah, yang diharuskan menggunakan waktu beribadah kepada Tuhan dan bersyukur atas segala rahmatNya.
Dalam renungan pagi ini, hari peristirahatan harus tetap dilaksanakan, sekalipun itu musim membajak atau musim panen. Pad akedua musim ini petani sering menjadi alasan jntuk tidak beribadah. Perintah Tuhan dalam renungan ini, masa istirahat harus tetap dijalankan baik pada musim membajak maupun musim panen. Artinya, tidak ada alasan, karena kerja mendesak sehingga mengabaikan hari peristirahatan itu.
Bagaimana kita memelihara hari perhentian itu?
A) Keluaran 20:8-9 (TB) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
B) Imamat 23:3 (TB) Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu.
Bagi kaum Yahudi hari peristirahatan itu ditetapkan menjadi Sabath. Sabath artinya berhenti, hari ketujuh dan hari beribadah. Hal itu dilakukan hingga kini, sehingga kaum Yahudi melakukan ibadah pada hari Sabath. Umat Kristiani beribadah pada hari Minggu mengenang kebangkitan Kristus. Yesus Kristus telah memenuhi hukum Taurat dan di dalam diri Yesus Kristus kita memperoleh keselamatan. Maka hari beribadah bagi orang Kristen ditetapkan pada hari minggu.
Sahabat yang baik hati! Renungan ini mengingatkan kita kembali agar lebih sungguh-sungguh menghunakan hari peristirahatan bagi kita dengan mengabdi dan beribadah kepada Tuhan. Jangan abaikan perintah ini, karena selain kepentingan kita sendiri dari aspek kesehatan, namun didasarkan pada aspek teologis bahwa kita adalah mahluk beribadah: beribadah kepada Tuhan, bersyukur atas segala karuniaNya dan mendoakan apa yang harus kita kerjakan ke depan. Pastikan kita semua untuk senantiasa beribadah setiap minggunya. Hindari segala alasan yang membuat kita tidak beribadah. Gunakanlah hari kerja buat bekerja, dan beristirahat buat beristirahat dengan beribadah kepada Tuhan.
Sahabatku, Tuhan memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin
Salam
#Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar