Sabtu, 28 Oktober 2023

SPIRIT MEMBERITAKAN INJIL DENGAN PERTOLONGAN TUHAN

 Kotbah Minggu XXI Stlh Trinitatis

Minggu, 29 Oktober 2023

Ev. 1 Tessalonika 2:1-8



SPIRIT MEMBERITAKAN INJIL DENGAN PERTOLONGAN TUHAN


“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)


Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mangajak kita untuk tetap penuh semangat melayani Tuhan. Pengorbanan, pengabdian dan persembahan hidup missionaris yang memberitakan Injil merupakan dupa yang harum bagi Tuhan. Pengabdian mereka menjadi teladan bagi kita dan mendorong gereja terus bertumbuh memberitakan Injil ke seluruh dunia.


Dalam sejarah gereja mula-mula, kita kenal suatu ungkapan: “semakin dibabat, semakin merambat.” Ungkapan ini merupakan suatu istilah dalam menggambarkan realitas perkembangan gereja mula-mula. Mereka mendapat tantanga, ancaman, anianya dan martyr namun sedikit pun tak membuat mereka undur dari beriman kepada Yesus Kristus. Tantangan itu bukan saja datang dari Yahudi, tapi dari masyarakat umum dan khususnya kekaisaran Romawi yang senantiasa menunding persekutuan orang percaya sebagai kelompok teror yang menggerogoti pemerintahan kekaisaran Romawi. Sedemikian bencinya Pemerintahan Romawi akan orang percaya hingga mereka terus dianiaya, dikerjar bahkan martyr menjadi tontonan si stadion berhadapan dengan singa dan banyak juga yang dibakar hidup-hidup menjadi obor di jalan. Itulah pahitnya menjadi pengikut Yesus di masa sejarah gereja mula-mula.


Sekalipun sedemikian dahsyatnya tantangan itu, bahwa jumlah orang yang percaya kepada Yesus Kristus tidak berkurang, justru semakin bertambah. Pengejaran terhadap orang percaya menjadi cara Allah untuk mempercepat pekabaran Injil ke mana mereka berlari dari pengejaran dan penganiayaan. Habis gelap terbitlah terang; masa penganiayaanpun berlalu setelah tigaratus tahun lebih ada Edik Milano yang menerima Agama Kristen sebagai agama resmi di wilayah kekaisaran Romawi.


Menjadi pertanyaan bagi kita spirit apa atau semangat apa yang membuat gereja mula-mula bertahan seperti itu? Kuncinya adalah karena rasul-rasul telah menunjukkan teladan dalam ha l itu dan tentu atas pertolongan dan perlindungan Roh Kudus bagi setiap orang percaya sebagaimana digambarkan dalam Kisah Para rasul.

Berkaitan dengan kotbah minggu ini, dari 1 Tes 2:1-8, Paulus menjelaskan Spirit Pelayanannya kepada jemaat Tessalonika. Spirit pelayanan Paulus itu digambarkan dalam tiga unsur penting, yaitu:  


01. Tak Surut Oleh Tantangan

Paulus dan murid-muridnya berlari dari satu desa ke desa lain untuk memberitakan Injil. Bagi Paulus upaya memberitakan Injil ini adalah hutang yang harus ditebus dan Injil harus sampai ke ujung bumi sebelum Kristus datang. Inilah spirit Paulus, bahwa Injil harus diberitakan sebeleum kedatanganNya, karena itu baginya waktu hanya tinggal sedikit dunia yang belum dijangkau Injil masih banyak. Paulus berkunjung dari kota ke suatu kota, desa ke desa lain agar Injil diberitakan. Dia tidak memiliki ketakutan atau mengeluh terhadap apa yang menghambat dan menganiaya dia dalam Pemberitaan Injil. Dalam perikop ini Paulus menjelaskan penganiayaan dan hambatan yang dialaminya di Filipi(Baca Kisah Rasul 16: 13-18, 19-40). Di Filipi Paulus menyembuhkan perempuan yang dirasuki roh, namun Paulus dituding menjadi pembuat onar. Pemerintah setempat menangkap dan memenjarakan Paulus. Bukan hanya itu namun mereka diikat dan dibelenggu di penjara bagian tengah agar tidak bisa melepaskan diri. Namun apa yang terjadi, pada saat itu ada gempa bumi yang hebat sehingga sendi-sendi pintu penjara terbu membuat Paulus dan Silas dapat keluar dari penjara. Hal yang paling luar biasa, penjaga penjara akhirnya takjub dan meminta petunjuk dari Paulus perihal apa yang dia harus lakukan agar dia selamat. Paulus menjawab: “percayalah kepda Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis 16:31).


Apa yang menarik disini, Paulus menegaskan bahwa tantangan, hambatan, penolakan dan penganiayaan tak akan menghentikan pemberitaan Injil. Kekuatan manusia dan kekuasaaan penguasa tak akan mampu mengehntikan Pemberitaan Injil. Segala belenggu yang diikatkan oleh manusia kepada Pemberita Injil akan tanggal dan runtuh dengan sendirinya oleh Kuasa Kristus.

Spirit seperti itulah yang mesti dialami oleh pelayanan masa kini, tak akan surut oleh tantangan apapun, melainkan dengan semngat pemberitaan segala tantangan itu akan diruntuhkan oleh Kristus.


02. Pemberitaan; Menyukakan Hati Tuhan

Spirit pelayanan adalah menyukakan hati Tuhan. Inilah hal kedua yang ditegaskan oleh Paulus dari kotbah minggu ini bahwa Pemberitaan Injil semata-mata untuk menyukakan hati Tuhan. Paulus mengecam keras sikap dan perbuatan para pemberita lain yang tidak murni, bertujuan untuk menyenangkan hati manusia, bahkan dengan segala tipu daya dilakukan atas nama pelayanan namun bukan pada tujuan yang murni. Paulus menegaskan ini karena ada pemberita yang berusaha menjatuhkan Paulus dengan pemberitaannya. Di sini Paulus memberikan apologi tentang pemberitaannya bahwa sesungguhnya penugasan Pemberitaan Paulus adalah


Kepercayaan yang diberkan oleh Yesus Kristus kepada Paulus: “”karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (1 Tes 2:4).

 Perihal bagaimana Kristus menangkap Paulus menjadi pemberita Injil dapat kita baca di Kisah rasul 9, 1-19a; kisah pertobatan saulus menjadi Paulus dan sekaligus pengutusan Paulus menjadi Pemberita Injil. Demikian halnya dalam Gal 1:12 disebutkan: “karena aku bukan menerimanya dari manusia dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. Dan tidak kalah pentingnya Paulus menjelaskan bahwa penerimaannya menjadi rasul adalah melalui suatu penampakan (1 Kor 15: 8: “dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”


Dari kisah pemanggilan dan pengutusannya menjadi rasul, Paulus bermaksud murni yaitu bertujuan untuk menyukakan hati Tuhan.

Tentu banyak refleksi yang mungkin kita kembangkan dari sini perihal tujuan Pemberitaan dan tujuan Pelayanan. Mari singkirkan tujuan-tujuan picisan dalam pelayanan dan pemberitaan apakah itu demi popularitas, harga diri, atau maksud lainnya. Semua pelayanan dan pemberitaan kita mari kita pusatkan untuk menyukakan Tuhan.


03. Pemberitaan: ada kasih sayang dan pengasuhan

Ada suatu istilah menarik dari Paulus sebagai rasul dan jemaat asuhan hasil penginjilannya; yaitu semacam hubungan seorang ibu terhadap anaknya. Ibu yang memelihara, membesarkan dan mendidik anak-anaknya di dalam kasih dan pemeliharaan pengasuhan yang baik agar bertumbuh menjadi dewasa. Jadi hubungan ini ada kasih sayang dan pengasuhan hingga mandiri. “Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawi anaknya.” (1 Tes 2:7)


Analogi ini sangat menarik sebagai kritik terhadap kalim “pemberita Injil” yang terkesan hanya sebagai penabur saja mengabaikan unsur pengasuhan dan pemeliharaan persekutuan. Ada pengkotbah yang menaburkan Injil dimana-mana dan menyatakan pelayanannya telah dimana-mana. Baiklah itu benar dan kita terima sebagai tugas pemberitaan, namun Tugas Pemberitaan dalam kotbah ini bukan hanya menabur, namun Paulus dalam kotbah ini ada kasih sayang, ada pengasuhan dan pemeliharan iman agar bertumbuh hingga jemaat yang dewasa.


Jemaat yang bertumbuh dan menjadi dewasa jika dipupuk dan dipelihara dengan kasih sayang. Mungkin bisa juga kita menarik suatu refleksi di bulan oktober ini HKBP telah mencapai 135 tahun bertumbuh dalam pengasuhan persekutuan apakah kita telah menjadi dewasa. Atau mungkin skop gereja masing-masing, perlu evaluasi akan kasih sayang dan pengasuhan; sudah sejauh manakah kasih sayang dan pengasuhan kita dalam rangka bertumbuh bersama menjadi jemaat yang dewasa hingga saat ini? Atau sebaliknya yang terjadi semakin kering dan gersangnya kasih sayang, dan kepedulian semakin kerdil atau berlomba untuk mencapai tujuan popularitas diri yang sia-sia? Kotbah ini mengajak kita kembali agar hidup dalam kasih sayang dan saling merawat dan memelihara persekutuan yang bertumbuh di dalam iman hingga dewasa.  


Penutup:

Jika kita perhatikan dalam suatu Opening Ceremony atau Pembukaan Olimpiade atau Pekan Olah Raga selalu ada penyalaan Api. Api olimpiade yang biasanya diambil dari api bumi alami yang menyala, Api ini terus dibawa oleh atlet hingga dinyalakan pada opening ceremony. Ini adalah bertujuan dalam seluruh pertandingan dan perlombaan ibarat api yang menyala demikianlah spirit para atlet menyala hingga menuntaskan segala pertandingan dan perlombaan. Demikian halnya dalam pelayanan kita masing-masing, hendaklah spirit api pelayanan kita tidak padam tetapi terus menyala hingga berakhir di garis finis.


“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Sabtu, 21 Oktober 2023

TUHAN SUMBER KESELAMATAN

 Kotbah Minggu XX Stlh Trinitatis

Minggu, 22 Oktober 2023

Ev.: Yesaya 45:1-7




TUHAN SUMBER KESELAMATAN


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, dalam menghadapi masalah atau pergumulan yang sangat sulit pikiran kita dapat tergoda mengatakan bahwa tidak akan mungkin dapat keluar dari masalah ini. Sikap demikian dapat mematikan semangat, semakin fesimis dan berputus asa karwna tidak akan ada lagi orang yang dapat membantu atau menolong keluar dari masalah yang sedang terjadi ini.


Harus kita sadari, jika kita terlebih dahulu mengandalkan pikiran kita, mengandalkan orang-orang yang ada di sekitar kita ketika menghadapi pergumulan maka hal itu akan berdampak kurang baik terhadap diri kita. Sebagaimana orang Israel ketika menghadapi pembuangan ke Babel, mereka beranggapan bahwa tidak akan ada lagi yang dapat memimpin dan menolong mereka lepas dari pembuangan ini. Mereka akan selamanya mengalami pembuangan ini. Sebab pikiran mereka mengatakan bahwa semua orang Israel, para pemimpinnya telah tertawan dan ikut ke pembuangan, maka siapakah yang akan dapat memimpin mereka untuk kembali ke Yerusalem? 


Yesaya pasal 45 ini menceritakan kepada kita, bagaimana Allah memilih Raja Koresh yang merupakan raja atau seorang penguasa yang bukan dari bangsa Allah namun diurapi oleh Allah membebaskan umatNya. Bahkan sebutan Yesaya kepada Koresh dengan kata "yang kuurapi" suatu panggilan atau utusan Allah untuk melakukan suatu amanat atau missi Allah. Mengapa Allah mengurapi Koresh? Karena Allah mempunyai tugas khusus yang harus dia lakukan bagi Israel. Koresh akan memulangkan umat dari pembuangan dan mengijinkan kota Allah, Yerusalem dibangun kembali. Raja Koresh akan membebaskan orang-orang buangan itu tanpa mengharapkan balasan apapun. 


Tindakan Allah yang akan membebaskan umatNya melalui raja asing membuktikan Allah dapat memakai siapa saja untuk mengasihi mereka. Allah tidak membiarkan sejarah umatNya berakhir di dalam pembuangan. Pembuangan merupakan hukuman agar mereka bertobat dan memohon pengampunan dari Allah serta berbalik kepada Allah. Di tengah keadaan yang sedang mereka hadapi, Allah telah menyediakan solusi di luar jangkauan pemikiran mereka. Orang Israel yang beberapa sudah diambang keputusasaan, namun tetap ada yang berharap kepada Tuhan, mereka melihat bagaimana Tuhan bekerja dalam segala keadaan untuk membuat umat yang dikasihinya mengandalkan Dia dalam segala keadaan. 


Allah dapat memakai siapa saja untuk menolong umatNya. Hal inilah yang diyakinkan oleh Nabi Yesaya, Allah berdaulat atas segala bangsa. Dalam keadaan hampir putus asa, Tuhan memberi harapan. Saat tidak ada lagi yang dapat memberikan pembebasan Allah memakai raja Koresh membebaskan umatNya. Hal ini hendak menunjukkan Allah dapat memerintah penguasa dunia ini untuk mewujudkan kehendakNya dan Allah juga dapat menundukkan raja-raja di dunia ini lewat kuasaNya yang besar. Karena itu tidak ada keraguan lagi bahwa Allah adalah satusatunya Allah yang disembah  tidak ada hang lain karena Dialah Allah diatas segala allah, raja diatas segala raja. 

Pengakuan itu banyak kita temukan diantaranya Mazmur 95:3-4 (TB)  Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. 

Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya. (baca, Kel 18:11, Mazmur 96:5; 97:7 dll)



1. ALLAH satu-satunya tiada yang lain: memerintah segala bangsa


Dengan pemilihan Allah kepada raja Koresh menahlukkan Babelonia dan membebaskan Umat Allah, sesungguhnya kita menemukan suatu pemahaman tentang kekuasaan Allah. Allah yang dipercayai oleh umat Allah, adalah Allah yang Maha Kuasa dan satu-satunya Allah yang memerintah atas segala bangsa. Allah berdaulat atas segala suku-suku bangsa yang ada di bumi, tidak ada satu suku bangsa di dunia ini yang tidak dibawah kedaulatan Allah.


Di dalam konteks Yesaya 45, dalam ketidakadaan jalan, Allah mendatangkan jalan dari luar diri umat Allah sendiri. Dalam.alam berpikir mereka pembuangan akan menjadi akhir sejarah mereka, karena pintu gerbang Babilonia telah tertutup rapat dan tidak menemukan celah untuk keluar. Namun Allah membuka jalan, Persia bangkit menahlukkan Babilonia, dan kebijakan raja Koresh membebaskan dan memulangkan Yehuda ke Israel. Bukan hanya memulangkan namun dalam catatan Kitab Ezra dan Nehemia, Raja Persia membantu pembangunan  kembali tembok Yerusalem dan Bait Allah yang telah dihancurkan oleh Babel Ezra 5:13 (TB)  Akan tetapi pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Babel, dikeluarkanlah perintah oleh raja Koresh untuk membangun rumah Allah ini. (Baca juga Ezra 5:14-17). Bukan hanya itu saja, Raja Koresh membekali umat Allah ke Yerusalem, sebelum mereka berhasil panen dari tanaman atau dan ternak mereka. 


Pemanggilan raja Koresh menambahkan keyakinan kita akan kuasa Allah. Jika dalam perjalanan hidup kita buntu dan tidak ada jalan keluar, jangan berputus asa. Allah dapat memakai siapa saja untuk membebaskan kita. Baik itu dari orang terdekat kita bahkan orang yang tidak kita kenal sekalioun dalam sejarah hidup kita.  


2. Aku Berjalan di depanmu!


Yesaya 45:2 (TB)  Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung, hendak memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak mematahkan palang-palang besi. 


Tujuh puluh tahun di dalam pembuangan tentu kurun waktu yang cukup lama, bisa disebut mereka sudah dua atau tiga generasi. 70 tahun ditindas dan dibuang tentu telah membuat mereka hidup dalam mental pembuangan, takut melawan, menanti perintah dan tiada prakarsa. Mungkin jika mereka anak-anak diangkut ke pembuangan saat mereka sudah ujur dan tua hingga putih rambut mereka tak terpikir lagi untuk pulang ke Yerusalem. Dalam keadaan tak berdaya bagaimana mereka bisa pulang? 


Selain itu masalah lain muncul tembok kota Babilonia pastilah dikelilingi dengan tembok yang tinggi.dan kokoh, pagar-pagar terbuat dari baja yang tidak bisa diapatahkan. Bagaimana mereka dapat melewati? Jikalau seandainya pun mereka bisa keluar tembok, apakah masih ada yang tahu dimana kota mereka itu? Jalan mana yang mereka tempuh menuju Yerusalem? Jika sudah sampai disana bagaimana mereka akan hidup? Bukankah setelah penahlukan Babilonia kota Yerusalem telah hancur dan tinggal puing? 


Maka membawa mereka pulang juga merupakan beban yang berat, namun oleh Yesaya dalam kotbah ini meneguhkan: Allah berjalan di depan, Allah akan meratakan gunung-gung yang menghambat mereka dan mematahkan jeruji yang merintang mereka. 


Aku akan berjalan di depan, Allah adalah pahlawan yang gemilang untuk membawa bangsa Israel kembali ke kampung halamanNya. Jika masa pembuangan adalah kurun waktu yang gelap bagi mereka, Allah telah menerbitkan terang untuk menerangi dan membebaskan mereka.  


3. ALLAH memelihara umatNya dengan harta yang tersembunyi.


Yesaya 45:3 (TB)  Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan namamu. 


Bagaimanakah mereka hidup di Yerusalem setelah kembali dari pembuangan? Pertanyaan yang sangat sulit dijawab? Bukanlah kampung Yerusalem telah hancur, bagaimana mendiami kota yang tinggal puing, bagaimana bisa bertahan hidup sebelum ladang yang mereka olah dapat menghasilkan makanan? Dari mana sumber ekonomi mereka untuk dapat memulihkan  kejayaan Yerusalem? Sungguh merupakan pertanyaan yang sulit dijawab. Namun disinilah Yesaya meyakinkan bahwa Allah sendiri akan memberikan mereka harta yang tersembunyi bagi mereka.


Apakah harta yang tersembunyi itu? Bisa saja bentuk materil dan non materil. Harta yang tersembunyi bisa saja berupa emas, perak dan berlian. Karena di dalam keterangan Ezra 5 ada harta kekayaan atau harta rampasan yang diangkut Babilonia dari Yerusalem: berupa benda-benda berharga dan bernilai jual tinggi. Setelah raja Koresh menahlukkan Babilonia, Koresh memerintahkan itu diberikan kepada mereka untuk digunakan membangun kembali tembok Yerusalem. 


Harta non materil adalah spirit atau semanvat, firman Tuhan yang senantiasa mereka pelihara dalam kebidupan mereka. Firman Tuhan adalah harta yang lebih berharga dari  segala harta apapun. Sampai  Rasul Matius menyampaikan: carilah dahulu kerajaan Allah (Mat 6:33). 


Selain itu Yesus pernah memberikan pengajaran bahwa hal Kerajaan Sorga itu adalah harta yang terpendam (Baca Matius 13:44), jika kita simak pengajaran ini, hendak menekankan bahwa seseorang akan menjual segala miliknya untuk dapat memiliki harta yang terpendam yang ditemukannya. 

Harta yang tersembunyi itu adalah Firman Tuhan, harta yang memiliki nilai yang tidak dapat diukur dengan harga materi. Firman Tuhan sumber kehidupan, kekuatan, motivasi dan insoirasi bagi kita. Firman Tuhan bukan hanya harta tetapi sumber kehidupan. 


Sahabat yang baik hati! Tema kotbah minggu ini mengingatkan kita kembali dlserta meneguhkan keyakinan kita kepada Tuhan. Tuha  daoat memakai siapa saja untuk.menolong dan menyelamatkan kita. Baik itu orang terdekat dengan kita, tetapi Allah juga dapat memakai orang lain yang tidak kita kenal atau mungkin juga dari kalangan para hater yang terus membully dan melecehkan kita. Kotbah minggu ini menegaskan Tuhan dapat memakai siapa saja untuk menolong dan membebaskan kita.  Amin


Salam Pdt Nekson M Simanjuntak



Sabtu, 14 Oktober 2023

BANYAK YANG TERPANGGIL SEDIKIT YANG TERPILIH

 Kotbah Minggu XIX Stlh Trinitatis

Minggu, 15 Oktober 2023

Ev. Matius 22:1-14




BANYAK YANG TERPANGGIL 

SEDIKIT YANG TERPILIH


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, jika anda pernah mengikuti suatu audisi pasti  lebih mudah memahami nas topik minggu ini, banyak yang terpanggil sedikit yang terpilih. Dalam suatu audisi, mungkin ribuan orang ikut menjadi peserta, akhirnya terseleksi tahap demi tahap hinggga menuju champion dan hanya satu menjadi winner


Bagaimana menjadi ikut yang terpilih tentu di di dalam suatu audisi setiap orang mempersiapkan diri menjadi yang terbaik. Namun dalam kotbah minggu ini kita diajak untuk menghayati panggilan, tiada seleksi, hanya satunsyarat yaitu hadir dan memenuhi undangan Allah. Allah telah memanggil umatNya untuk ikut merayakan jamuan kasih. Allah telah mempersiapkan hidangan yang baik dan lezat untuk dinikmati oleh orang-orang yang dipanggilnya. Apa yang terjadi, rupanya mereka yang diundang tidak merespon dengan baik, ada banyak yang berdalih tidak memenuhi undangan jamuan. 


Apakah jamuan Kasih Allah gagal kalau orang menolak hadir? Bagaimana orang-orang yang diundang secara khusus namun pada akhirnya menolak? Siapakah jadinya yang menikmati jamuan itu?  Yesus  dalam kotbah ink membeeikan suatu perumpamaan atau suatu cerita agar para pendengar lebih mudah memahami maksud ajaran Yesus. Sesungguhnya rencana keselaman dari Allah tidak akan pernah namun pada akhirnya tidak semua orang yang terpanggil menjadi orang yang terpilih. 


Yesus memberikan suatu perumpamaan tentang Kerajaan Surgawi yang dapat diartikan sebagai undangan kepada banyak orang untuk masuk, tetapi hanya sedikit yang akhirnya terpilih.


Pesan utama dari nas kotbah ini adalah bahwa Tuhan mengundang semua orang untuk menjadi bagian dari Kerajaan Surgawi-Nya, tetapi hanya mereka yang merespons undangan tersebut dengan hati yang tulus dan iman yang sungguh-sungguh yang akan diterima. Perumpamaan ini juga mengandung peringatan bahwa hanya sekadar menerima undangan atau menyatakan kepercayaan bukanlah jaminan untuk menjadi bagian dari Kerajaan Surgawi. Yang lebih penting adalah bagaimana kita merespons undangan itu dengan hidup kita sehari-hari.


Marilah kita ambil beberapa pokok penting dan menjadi pelajaran dalam hidup.


A.  Penolakan tak membuat pesta jamuan dibatalkan

Penulis Injil Maitus sebagaimana tujuannya menuliskan Injil Matius ditujukan kepada orang-orang Yahudi. Dengan cerita ini penulis Injil Matius mau memperlihatkan keistimeaan Yahudi yang telah diundang oleh Allah dalam rencanaNya yaitu rencana keselamatan.  Mereka yang diundang itu tidak memenuhi undangan Allah, malah mengabaikan, berdalih, menolak dan ada yang menganiaya hamba yang diutusNya untuk mengajak mereka dalam jamuan Allah. 


Sikap murka tuan pemilik jamuan yang murka terhadap mereka yang menolak, mengabaikan hingga menganiaya para hamba yang mengundang menjelaskan tentang adanya penghakiman. Hal ini hendak menjelaskan Allah telah merencanakan yang baik bagi manusia namun bagaimana manusia merespon perbuatan baik Allah akan dihakimi dan diadili. 


Allah adalah hakim yang adil. Setiap orang akan dihakim dan diadili bagaimana sikapnya terhadap panggilan Allah. 


Perumpamaan ini sebenarnya juga kritik kepada kaum Yahudi, yang menolak dan mengabaikan Yesus Kristus. Bahkan mereka menganiaya hingga disalibkan. 


Apakah pesta jamuan gagal dengan penolakan orang-orang diundang? Pesta jamuan tidak gagal, sekalipun orang-orang yang diundang tidak menghadirinya. Tetapi sang tuan pemilik mengutus hambanya mengundang semua orang dan setiap orang yang dijumpai di jalan dan dipersimpangan jalan. Undangan perjamuan ini hendak menjelaskan undangan semua orang, untuk menikmati berkat. Inilah anugerah bahwa kita ikut dipilih kàrena anugerah. 


2. Jangan siasiakan undangan Tuhan

Dalam kotbah minggu ini kita diingatkan akan undangan Allah pada kita. Di depan sudah dijelaskan bahwa penolakan Yahudi tidak membuat rencana keselamatan Allah gagal. Keselamatan Allah tetap atas umatNya. Allah memanggil segala bangsa dalam keselamatan. Allah menghendaki kita selamat.


Jika kit baca Matius 22:9-10 (TB)  "Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.

Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu."


Dalam pandangan Yudaisme bahwa, kaum Yahudilah yangbdiswbut umat pilihan, merakalah yang dipilih dalam rencana keselamatan Allah. Namun di dalam perumpamaan ini hendak memberikan pelajaran, rencana Allah tidak gagal gegara penolakan mereka, namun menjadi jalan memenuhi maksud Allah bahwa segala bangsa ikut dalam rencana keselamatan Allah. 


Paulua sangat banyak menjelaskan ini dalam surat-suratnya seperti dalam Roma dan Galatia. Keselamatan itu bukan hanya untuk Yahudi, tetepi ke segala bangsa. Keselamatan itu bukan karena ketaatan melakukan hukum Taurat, bukan karena keturunan Abraham dan bukan pula karena kesalehan. Keselamatan adalah anugerah Allah semata yang diberikan secara gratis dan kita terima di dalam iman.


Keselamatan yang dianugerhakan di dalam diri Yesus Kristus harus kita sambut dengan baik, jangan sampai ada lagi penolakan, kelalaian dan ketidak pedulian yang membuat kita tidak ikut menikmati keselamatan yang Tuhan anugerahkan. 


3. "Pakaian Pesta":  terpanggil dan terpilih Mempersiapkan diri.


Hal menarik ketiga yang perlu kita dalam dari pengajaran Tuhan Yesus dalam kotbah ini adalah kehadiran orang dalam pesta namun tidak memakai pesta. Dalam perumpamaan ini orang yang menikmati perjamuan pesta namun tidak berpakaian pesta diberi hukuman. 

Matius 22:13 (TB)  Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.


Ini suatu peringatan keras bagi orang percaya. Sekalipun kita memahami bahwa keselamatan adalah anugerah yang gratis bukan berarti anugerah itu murahan. Anugerah itu mahal karena itu setiap orang harus memiliki persiapan diri, setia dan berkomitmen. Rela menghadapi tantangan konsekwensi mengikut Yesus.


Kita harus menyadari bahwa menerima panggilan bukan hanya sekedar ikut-ikutan, atau bukan pula mental penikmat jamuan (penerima).  Tetapi Yesus hendak mengajarkan bahwa sekali sudah menyambut kerajaan Allah apa yang seharusnya kota lakukan mesti dilakukan. Apa yang seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawab kita, kita lakukan sebagai ungkapan syukur dan tanggung jawab seorang beriman.


1 Tesalonika 5:9 (TB)  Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,


Kita dipanggil dan dipilih untuk menikmati keselamatan yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Amin


Salam dari kami

Pdt Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 07 Oktober 2023

KISAH SEDIH POHON ANGGUR

 Kotbah Minggu XVIII Stlh Trinitatis

Minggu, 8 Oktober 2023

EV: Yesaya 5:1-7




KISAH SEDIH KEBUN ANGGUR


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati,

Mungkin kita pernah dengar atau baca kisah Malim Kundang atau Sampuraga atau kisah si Mardan. Cerita-cerita ini adalah kisah yang menceritakan seseorang lupa akan budi baik orang tua setelah berhasil jadi orang, bahkan malu terhadap orang tuanya yang miskin karena dia sudah hidup terhormat tapi akhirnya kena kutuk. Dalam kejayaannya, mereka melupakan sejarahnya yang pahit hingga meyangkal kebenaran tentang sejarah hidupnya. Mereka malu mengakui ibunya sebagai ibu kandung karena miskin dan jorok, sementara dia telah berkilauan, kaya dan jaya. Ini contoh bentuk durhaka suatu cerita yang hidup yang beŕakhir tragedi menjadi legenda yang hidup di kalangan masyarakat. 


Sejajar dengan itu kita mengenal pula suatu ungkapan dalam masyarakat: "air susu dibalas dengan tuba". Kebaikan dibalaskan dengan kepahitan bahkan kejahatan, Itulah tragedi kemanusiaan yang melupakan kebaikan bahkan meniadakannya dan membalaskannya dengan kejahatan. Kisah seperti ini menjadi legende dan palajaran di kalangan masyarakat sebagai pendidikan agar tidak terulang kisah yang sama, hormat terhadap orang tua, ingat pesan (poda) dan budi baik orang tua serta tetap rendah hati karena kebaikan sekarang adalah produk masa lalu.


1. Kisah Sedih Kebun Anggur

Kisah sedih semacam itu pula menjadi kotbah yang sangat menggugah hati dalam minggu ini. Yesaya mengutarakan kisah sedih itu dalam bentuk perumpamaan tentang kebun anggur dan pemiliknya. Kisah ini sangat menarik diungkapkan dan penuh haru dan hati yang miris. Lihatlah, pemilik kebun anggur meliliki tanah yang sangat subur, sudah mempersiapkan benih pilihan, dia mencangkul dan mengolah lahannya dengan baik, mempersiapkan pondok, mendirikan menara penjaga, dan menggali lubang pengolahan anggur, merawat, merumput dan membuat pagar agar terlindung dari pengrusakan binatang buas. Pokoknya semua yang terbaik dilakukannya untuk kebun anggurnya dengan harapan menghasilkan buah anggur yang terbaik. Apa yang terjadi benih pilihan yang terbaik dengan pengolahan dan pemeliharaan yang terbaik berbuah asam. Ini suatu kepedihan, siasia rasanya berlelah, memberi hati dan perhatian yang panjang dan melelahkan. Apa yang terjadi, buah manis yang diharap, yang datang adalah buah masam.


Sungguh pahit bukan? Tentulah penyesalan dan kekecewaan yang luar biasa dari tukang kebun, karena kerja kerasnya tidak menghasilkan yang manis justru kenyataan pahit.


Dalam bahasa Batam ada tiga istilah untuk menjelaskan kekecewaan: 

a) paet ni pogu (pahitnya empedu), suatu kenyataan pahit dalam hidup yang harus dijalani. 

b) tarhirim (kecewa), seseorang yang menerima kenyataan tidak seperti yang diharapkan. 

c) sambor ma nipi (sial dan jauh dari yang diimpikan). Sudah berharap banyak namun apa yang terjadi sungguh jauh dari yang diharapkan, seperti mimpi yang tidak akan terwujud.


Ketiga ungkapan inilah mungkin yang dinyanyikan dalam kisah sedih tetang kebun anggur ini. Segala yang terbaik telah dilakukannya, mulai dari pengolahan lahan, bibit, perawatan hingga pemeliharaan, namun buah anggur tidak seperti diharapkan. Semuanya buah asam. 


Seandainya kita sebagai pemilik kebun apakah yang akan kita lakukan? Suatu pertanyaan yang membutuhkan jawaban dimana tak ada alasan untuk merawatnya lagi atau menunggu berlama-lama karena buah asam tetaplah asam tak mungkin manis. Langkah yang dilakukan pemilik kebun adalah membiarkannya terlantar atau dengan cepat untuk me-recycle (mendaur ulang) kebun anggurnya. Meninggalkannya dan membiarkan terlantar hingga tumbuh semak diri dan tanaman liar lainnya menghimpit dan membuat mati adalah pilihan yang tidak mungkin karena pemilik sangat sayang pada kebun anggurnya. Hal yang dilakukan adalah menata ulang pengolahannya dan mendaur ulang kebun anggur yang asam dan menanam ulang anggur, memilih benih pilihan , mengolah lagi seperti sejaķ awal. Langkah ini dilakukan karena pemilik kebun sangat sayang pada kebun anggurnya.


2. Kebun Anggur Adalah Umat Pilihan

Perumpamaan di atas adalah gambaran akan Allah terhadap umat pilihannya Israel. Allah telah memilih dan menetapkan mereka sebagai umat pilihan dan umat kesayanganNya. Allah menuntunnya keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan kokoh, membentuk mereka menjadi umat yang memiliki hukum dan tahu kebenaran dan kehendak Allah. Mereka telah ditetapkan mewarisi Tanah Kanaan, tanah yang subur dan makmur, penuh susu dan madu. Diangkatnya mereka menjadi bangsa yang besar di antara bangsa-bangsa dan segala kemasyurannya yang tiada terbandingi. Apa yang terjadi umat pilihan tidak berkarakter pilihan, mereka jatuh dan berbalik dari Tuhan, berhala, menindas dan tangan mereka berlumuran darah. Dari kepala hingga telapak kaki tak ada yang benar (1,6a). Dosa terstruktur dari raja, rakyat jelata dan gembala atau imam. Dosa umat sudah merah seperti kirmizi atau seperti kain kesumba (1,18). Mungkin sudah Ibarat Sodom dan Gomora yang sudah mesti ditunggangbalikkan oleh Tuhan, namun hanya karena masih ada sedikit orang yang percaya mereka itu tak dihukum seperti Sodom dan Gomora (1,9). Semuanya dosa2 itu dapat kita baca dalam pasal 1-4 dan pasal lainnya dlm kitab Yesaya. Kalau demikian halnya, tentu tinggal menunggu waktu penghukuman tiba. Isi hukuman itu telah diuraikan sebelum nats ini. Hukuman ini bentuk pendauran ulang untuk pemurnian awal. Inilah hukuman pembuangan yang akan dijatuhkan dalam penglihatan Yesaya. Tak ada jalan lain, buah asam dari umat Jehuda dan Yerusalem akan didaur ulang dalam pembuangan. Bagi Yesaya pembuangan adalah permunian umat yang diharapkan umat yang diperbaharui dengan buah yang manis.


Bagi Yesaya gambaran pemurnian ulang ini jelas sejak awal, bahwa pembuangan adalah hukuman atas buah yang asam, pendauran ulang mesti dilakukan untuk menantikan buah anggur yang baik dan manis. Menunggu kebun anggur yang asam berbuah manis adàlah sesuatu yang tidak mungkin dan siasia. Membiarkan terlantar, ditumbuhi semak belukar dan semak berduri atau langkah tukang kebun mengolah ulang kebun anggurnya dari awal merupakan satusatunya pilihan untuk mengharapkan buah anggur manis dan baik.


3. Beberapa Pendalaman: ALLAH mengharapkan kita berbuah lebah dan manis.


a. TUHAN tak tinggal diam atas kebuan anggur yang asam.

Dalam kisah perumpamaan kebun anggur di atas memberikan suatu alasan bahwa Tuhan tidak tinggal diam dan membiarkan kebun anggurnya tetap memproduksikan buah asam. Dia akan bertindak. Kebun anggur Tuhan adalah Israel dan Yehuda, umat kesayangan Tuhan. Sebagai umat pilihanNya Tuhan menantikan keadilan namun mereka berbuahkan penindasan dan kelaliman, menantikan kebenaran namun hanya ada keonaran (ay 7).. inilah buah asam dari umat pilihan. Jika demikian adanya, sama seperti pemilik kebun anggur akan menata ulang kebonnya anggur agar menghasilakn buah yang manis. Demikian Tuhan dengan caranya sendiri akan memurnikan umat pilihanNya agar berbuahkan keadilan dan kebenaran.


b. Buahkanlah yang manis

Seperti tukang kebun mengharapkan buah yang manis, dengan memilih benih yang bagus, mengolah lahan, memelihara dan mempersiapkan segala sesuatu untuk agar kebun anggurnya berbuah manis. Sekalipun dia kecewa karena buah yang dihasilkan kebun anggurnya asam dan terpaksa harus melakukan pengolahan ulang kebun anggurnya untuk mengharapkan buah manis. Demikianlah Tuhan mengharapkan setiap pribadi lepas pribadi menghasilkan buah yang manis. Tuhan tidak menghendaki kita menjadi ranting pohon anggur yang menghasilkan buah yang asam karena kita telah dipilih dan ditetapkan untuk berbuah yang baik dan manis (Yoh 15,16). Kristus sendiri adalah pokok anggur dan kita carangnya, di dalam Kristus kita menghasilkan buah yang manis. Jangan kecewakan Tuhan dengan buah asam dari kehidupan kita.


c. Beri dirimu dibentuk dan diperbaiki.

Kita adalah manusia tidak sempurna, sering ungkapan ini dijadikan melegitimasi dirinya menjadi terbatas. Tidak sedikit menjadi pasrah dan permisif dan menerima dirinya kurang tanpa usaha yang maksimal untuk perubahan atau memperbaharui diri. Menyadari keterbatasan itu baik, karena memang kita manusia terbatas, namun dalam keterbatasan kita itu harus bersedia dirubah dan dibentuk untuk lebih baik. Allah mau bekerja dan turut bekerja untuk memperbaiki hidup agar lebih berbuahkan kebaikan. Seperti tukang kebun yang tidak menyukai anggur yang asam dan akan mengolah ulang kebun anggurnya serta berusaha menanam benih anggur yang baik agar hasilnya lebih baik. Demikianlah kebaikan dalam diri kita, sekalipuñ kebaikan belum berbuah, Allah turut bekerja agar hidup kita berbuahkan kebaikan tentu dengan syarat berkenan berubah dan bersedia diperbaharui oleh Allah. Amin 


TUHAN memberkati!

Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

ORANG YANG MENCARI TUHA. AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU

 Kotbah Minggu Kantate, 28 April 2024 Ev. Mazmur 22:26-32 ORANG YANG MENCARI TUHAN AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU Selamat Hari Minggu! Sahabat yang...