Kotbah Minggu Kantate, 28 April 2024
Ev. Mazmur 22:26-32
ORANG YANG MENCARI TUHAN AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini merupakan undangan untuk memuji-muji Tuhan. Sesuai dengan nama minggu yaitu "kantate" artinya: nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan.
Melalui Mazmur 22 ini kita belajar dari kesaksian iman pemazmur. Dia hidup di jalan Tuhan, setia dan tetap percaya dalam menghadapi segala kesengsaraan yang menimpa hidupnya. Setia di jalan Tuhan bukan berarti semuanya indah, di sini pemazmur mengalami kesusahan, hidupnya merana dan jauh dari pertolongan Tuhan. Dalam kesengsaraan yang mendalam tersebut pemazmur tetap berharap dan memiliki keyakinan pada pertolongan Tuhan. Dia percaya orang yang takut akan Tuhan akan tetap memuji-muji nama Tuhan.
Jika kita baca keseluruhan pasal 22 ini bahwa kesengsaraan pemazmur bukan karena kesalahannya sendiri, namun karena musuh-musuhnya kejam dan bengis. Pemazmur kewalahan menghadapi musuh-musuhnya, kekuatannya habis dan seolah tak berdaya (ay 16). Dia diibaratkan seperti ulat yang tak berdaya (ay 7) semantara musuh-musuhnya digambarkan seperti lembu jantan dan banteng (ay 13) yang dihadapi seorang matador, seperti singa yang siap menerkam (ay 14) dan seperti gerombolan anjing galak (17). Semua itu musuh-musuh bengis, gerombolan penjahat yang siap mengepung dan melahap mangsanya. Pemazmur tidak berdaya menghadapi semua itu, disinilah pemazmur berdoa dan menantikan pertolongan Tuhan.
Mazmur 22 ini sangat terkenal karena doa inilah yang disampaikan oleh Tuhan Yesus di kayu salib saat-saat terakhir sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Mazmur 22:2 Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.
Seruan itu bukanlah mau mengatakan bahwa Yesus ditinggalkan Allah, namun Yesus menyampaikan doa orang saleh sebagaimana disampaikan dalam Mazmur 22 ini.
Sahabat yang baik hati!
Marilah kita mengambil pelajaran penting dari kotbah ini dalam menjalani kehidupan kita saat ini.
1. Sekalipun hidup merana namun tetap berkantate memuji nama Tuhan!
Hidup penuh tekanan tetap berkantate, hidup penuh dengan ancaman tetap berkantate. Kotbah ini mungkin sulit dijalankan, namun pemazmur dan Yesus telah melakukannya, bahkan mungkin banyak pengalaman rohani orang percaya menerapkan kisah seperti itu.
Mungkin ada pengalaman-pengalaman pahit dalam hidup kita, pengalaman hidup di komunitas dan lingkunga kerja: anda telah melalukan yang terbaik namun selalu salah di mata orang. Anda telah berjerih juang yang terbaik namun belum membuahkan hasil. Ada telah bekerja keras dan menghasilkan yang terbaik namun tidak dihargai oleh orang lain. Telah banyak orang menikmati buah pekerjaan anda dalam komunitas namun anda mendapat demosi tetap bahkan dengan sengaja memojokkan dan mematikan karier anda. Dalam keadaan demikian janganlah berhenti menjadi orang yang menghasilkan kebaikan, tetaplah berbuah seperti pengalaman pemazmur ini.
Sekalipun sudah tak berdaya pemazmur berkata dalam Mazmur 22:14-15 (TB) (22-15) Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku;
(22-16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku.
Namun dalam ayat berikutnya pemazmur memupuk asa dalam dirinya bertumbuh menjadi iman yang kokoh. Dalam.keadaan merana dia mencari Tuhan, dalam.keadaan tak berdaya tetap menaruh harapan pada pertolongan Tuhan. Dia berdoa dan mengungkapkan rasa sesak dihati kepada Tuhan, "...mengapa Engkau meninggalkan aku?"
Dia percaya bahwa orang yang setia mencari Tuhan akan memuji-muji namaNya. Dalam segala keadaan yang menyusahkan tetap berkanteta, memuji Tuhan dan menyanyikan bagian baru bagi Tuhan.
Sedikitpun tidak ada terbertik dalam pikirannya untuk meninggalkan Tuhan. Pemazmur tetap setia, taat dan saleh, menaati kewajiban religiusnya dengan membanyar nazar dan persembahan yang dikhususkan untuk Tuhan. Otulah jiwa pemazmur yang tetap berkantate sekalioun hidup merana.
2. Saatnya orang jahat berbalik dan orang sombong bersujud
Sebagaimana disebutkan diatas kejahatan musuh-musuh pemazmur telah digambarkan seperti binatang, seperti lembu jantang dan banten-vbanten yang siap menyeruduk, seperti singa yang siap menerkam, dan seperti anjing yang yang mengerumuni dan menggonggong. Bagaimana seseorang menghadapi situasi ini? Jika kita baca keseluruhan pasal 22 ini tidak ada sikap reaktif dari oemazmhr, namun dia pasrah dalam doa dan memohon pada Tuhan.
Namun keyakinan pemazmur tehadap musuh-musuhnya adalah akan ada waktunya orang jahat berbalik dan orang sombong sujud. Pemazmur percaya Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan, dan kesombongan menghina dan menindas orang ysng tak berdaya
Dalam pengalaman hidup sehari-hari bisa saja terjadi demikian. Seorang petinju dalam pertemuan pers sangat sombong menghina lawannya, namun saat bertanding jatuh tersungkur dan kalah memalukan. Atau mungkin dalam hidup bertetangga, merasa kaya dan menghina orsng lain namun dalam seturut waktu keadaan berbalik.
Alkitab adalah bukti historis Allah melawan kesombongan melalui kisah nyata dalam sejarah peradaban manusia. Banyak kisah Alkitab yang menjadi pelajaran bahwa kesombongan diruntuhkan oleh Tuhan. Firaun menjadi mummi, pembangunan Menara Babel berantakan, kisah Goliat dan Daud, serta cerita-cerita lainnya yang menggugah hati.
Hal yang mau diingatkan oleh Pemazmur adalah Tuhan tidak akan berdiam membiarkan kejahatan bertambah jahat dan kesombongan orsng sombong menjadi-jadi. Tuhan bekerja waktunya orang jahat akan berbalik dan orang sombong akan sujud. Orang percaya tetap setia dan rendah hati menikmati berkat Tuhan. Itulah sebbanya pemazmur berkata: Mazmur 22:26 (TB) (22-27) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
Tetapi orang sombong akan sujud dan tidak dapat menyambung hidup.
3. Kantate orang yang mencari Tuhan bukan hanya kini tetapi sampai ke masa depan anak cucu
Pada bagian akhir kotbah ini, diceritakan tentang masa depan orang yang setia mencari Tuhan, dimana keturunannya dan anak cicunya akan menceritakan tentang Allah, perbuatan dan pertolongan Tuhan dalam sejarah hidup keluarga orang yang mencari Tuhan.
Mazmur 22:30-31 (TB) (22-31) Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang.
(22-32) Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.
Disini kita menemukan visi dari pemazmur, berharap pada Tuhan bukan hanya terjawab kini tetapi juga pada generasi berikut. Kemenangan orsng yang mencari Tuhan bisa saja tidak terjadi pada masa hidupnya, namun kejayaan pada anak cucunya.
Kesetiaan orang yang mencari Tuhan sekalipun sengsara dan merana akan membentuk pribadi yang ulet, tangguh dan berkarakter. Keteladanan menghadapi itu akan membentuk karakter unggul pada anak-cucu. Mereka akan menceritakan kisah leluhur mereka yang memantafkan penderitaan menjadi kemenangan. Sehingga mereka mengikuti jejak pendahulunya serta taat beribadah.
Pemazmur disini mau menceritakan tetang pengalaman bangsa Israel yang disebut dengan Credo. Mereka mengingat semua penderitaan di Mesir dan oleh kuasa tangan Tuhan mereka bebas dan memberikan Kanaan. Credo ini harus diajarkan, diulangulangi dan setiap angkatan akhirnya memiliki dan menghayati cerita itu dan membentuk mereka menjadi pribadi yang tetap memelihara keyakinan leluhur mereka dengan beribadah kepada Tuhan.
Selengkapnya Credo ini dapat kita baca dalam:
Ulangan 6:21-25 (TB) maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita dahulu adalah budak Firaun di Mesir, tetapi TUHAN membawa kita keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat.
TUHAN membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang besar dan yang mencelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan seisi rumahnya, di depan mata kita;
tetapi kita dibawa-Nya keluar dari sana, supaya kita dapat dibawa-Nya masuk untuk memberikan kepada kita negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyang kita.
TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini.
Dan kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita."
Menceritakan masa sulit, hidup merana yang dialami oleh orang tua perlu diceritakan kepada anak-anak agar mereka memiliki daya juang, tangguh dan siap menghadapi masalah. Mari kita berkantante dan kelak juga anak-cucu kita menjadi anak-anak yang mencari Tuhan dan berkantate. Amin
Salam:
Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar