Selasa, 23 Desember 2014

RAJA DAMAI DARI PINGGIRAN

Salam Natal!
Renungan Malam Natal nanti dari Mikha 5,1-4 tentang pemberitaan Keselamatan dan Damai sejahtera!
Penantian Mesias menjadi satu perjalanan panjang dalam pengaharapan Umat Israel. Berbagai nubuatan para nabi terus diperdengarkan untuk meyakinkan umat Israel tetap memelihara diri sebagai umat yang menantikan keselamatan. Pengharapan Mesias dalam PL memang banyak menggambarkan peran Mesianis yang heroik, tidak sedikit nubuatan itu yang menggambar Mesias sebagai Raja yang perkasa, kuat dan memiliki kemampuan luar biasa (Band Yes 9; Maz 24). Namun pada pihak lain Mesianis yang dinantikan itu juga digambarkan dengan tipe sederhana bahkan hina (Yes 53), tidak gagah hanya penunggang keledai (Zakharia 9) dan lahir dari desa terpencil (Mikha 5). Dengan demikian gambaran Mesias yang tinggi dan sekaligus rendah, raja dan sekaligus hamba, yang perkasa dan rendah hati sekaligus ada di dalam Mesias yang dinantikan, karena Dia adalah Raja tetapi memerintah dengan lembut dan rendah hati dan kehadirannya adalah Pembawa Damai Sejahtera.

1. YANG TERKECIL; Tidak populer dan tak terkenal
Mikha memiliki pandangan yang unik tentang Mesias, yang mungkin di luar perkiraan dan pikiran manusia pada umumnya yang mengagumkan kehebatan dan ketenaran atau keterpopuleran di jamannya. Mikha menubuatkan Mesias yang dinantikan itu tidak muncul dari kota tenar dan terkenal, dia lahir dari desa yang terkecil dan terpencil di seluruh kaum Yehuda. Ini bukan pula kelebihan Bethlehem, namun karena Tuhan berkenan. Karena catatan sejarah tentang Bethlehem mungkin tidak ada dalam peta bersejarah dalam perjalanan Israel sebelumnya jika dibanding dengan kota-kota lainnya. Kaum chauvenis (pongah) mungkin akan menertawakan nubuatan ini, demikian pengagum kepopuleran dan paham prestisius akan kaget yang menanti dan berpusat penantiannya dari pusat kekuasaan. Mesias lahir dari pheripheri atau pinggiran, bisa juga disebut terpinggirkan dan berada di pinggir. Ini menjungkir balikkan pandangan yang berorientasi keselamatan datang dari pusat kekuasaan. Kristus sang Mesias lahir di Bethlehem (Luk 2) yang mengagetkan Herodes yang berada dipusat kekuasaan.

Banyak implikasi yang dapat kita kembangkan dari Bethlehem tempat lahirnya Raja Damai itu, yang mendorong kita lebih rendah hati dan melihat yang kecil itu berharga. Yang terkecil dalam pandangan manusia dijadikan Allah menjadi terbesar dalam mempengaruhi peradaban dunia. Banyak orang mengejar keutamaan diri di mata sesama kaumnya agar lebih dianggap dan dipandang mellaui berbagai kecakapan hingga model marketing diri. Bethlehem tidak memilih untuk di pandang, dia apa adanya tak prestisius, kota tenang dan kecil dan oleh pilihan Tuhan dia menjadi kota ternama da terpandang. Kota paling mulia, seluruh dunia menyebut nama Bethlehem, karena Allah hadir di sana.

Bethlehem adalah hati kita, bahagian anggota tubuh yang tidak dilihat oleh manusia. Manusia hanya memandang wajah setiap berjumpa dan bersalam mengenal orang banyak dari ukuran face. Manusia biasanya mendengar apa yang dikatakan mulut dalam banyak hal oleh mulutnya orang banyak terkenal bahkan oleh sensasi. Manusia juga paling diagungkan karena telaah dari apa yang dipikir otak. Banyak juga terkenal karena tangan cekatan dan luar biasa karena sepak terjang kaki. Artinya ketenaran dari tubuh manusia sering berorientasimpada wajah, otak, tangan, kaki dll. Orang melupakan untuk paling penting hati. Hati di antara anggota tubuh ibarat Bethlehem di tengah-tengah kaum Yehuda, dari sana digerakkan damai sejahtera bagi seluruh umat.

2. MENJADI GEMBALA
Menjalankan pemerintahan dengan istilah gembala, pembimbing, pemelihara dan paling bertangungjawab atas kawanan domba. Gembala memiliki tongkat namun buka untuk memukul domba, namun tongkat penjaga dari pemangsa buas. Dia berjalan di depan untuk memimpin dan memandu jalan yang harus di tempuh serta menggiring dombanya ke padang rumput hijau. Gembala baik mengenal domba, dan domba mengenal suara gembalanya. Gembala juga dengan care menuntun yang tersesat; tak dibiarkan seekor pun yang tersesat oleh langkahnya yang lari dari kawanan. Dengan lembut gembala akan memanggil dan mencari yang tersesat hingga dipulihkan kepada kawanan. Gembala akan membalut kaki domba yang terluka.

Mesias sebagai gembala adalah kerinduan umat atas kehadiran pemimpin yang memperhatikan kesengsaraan umat. Kehadiran pemimpin umat yang berhati gembala adalah penantian panjang. Kita bersuyur karena di malam Natal kita merayakan kehadiran sang gembala.

Jika Dia sudah datang, menyambut kelahirannya adalah sekalugus penyerahan hidup kita untuk berkenan digembalakan okeh Yesus yang lahir itu.

3. PEMBAWA DAMAI SEJAHTERA
Jika kita periksa nubuatan nubuatan tentang Mesias, hal yang selalu dikedepankan adalah Damai Sejahtera. Dalam ibran Syalom, artinya sejahtera secara totalitas, sejahtera secara spiritualitas dan sejahterah hidup jasmaniah. Dengan istilah syalom ini tidak ada pemisahan diri manusia tetapi secara total menjadi sejahtera. Dalam kontek kitab Mikha istilah syalom ini sangat dirindukan, karena peperangan antar bangsa yang berlomba menunjukkan bangsa Super power. Muncul Babel untuk ekspansi kerajaannya dan menaklukkan bangsabangsa lain di sekitarnya. Demikian dengan Bangkitnya Assur telah membabat Israel dan negara-negara lain. Bangsa-bangsa mempertajam pedang, memperbanyak pasukan kereta kuda hanya untuk menunjukkan kepada dunia menjadi Bangsa Terpandang. Harga diri dan kehebatan bangsa diukur dari berapa banyaknya negara yang ditahklukkan dan dijajah. Jaman itu jaman yang sungguh-sungguh menunjukkan dir dengan kekuatan dan perang. Umat yang menanti Mesias bukan mendirikan kerajaan dengan pedang dan pasukan kereta kuda kegaduhan, namun memerintah dengan damai sejahtera.

Natal adalah pewartaan Damai di bumi (Luk 2,14), Damai itu telah datang dan ada di antara kita masalahnya apakah kita telah menyadaŕinya. Mungkin kita adalah orang orang yang mencari damai, padahal pencarian itu sesungguhnya tidak lagi dibutuhkan karena damai itu ada di hati.

De Mello pernah menuliskan kisah ikan pencari laut:
Iman kecil : (bertanya kepada ikan besar yang lebih tua) "maf kamu lebih tua dari aku, jadi bisakah kamuberitahukan , di mana aku dapat menemukan laut?"
Ikan besar : "laut adalah tempat kamu berada saat ini."
Ikan kecil : "...hah....ini? Ini kan air! Yang kucari adalah laut..!" (Ikan kecilpun berlalu dan kecewa, untuk mencari di tempat lain).

Itu percakapan menarik dan menyentuk kita saat ini yang merayakan natal dan mengagungkan damai tetapi masih terus mencari damai. Siapa pencari damai? Carilah...... sampaimlelah. Bagiku damai adalah menjalani hidupku dengan damai sejahtera.

Salam
Juga ada: neksonministry.blogspot.com

Sabtu, 20 Desember 2014

PERCAYA DAN NYATA: Meneladani Iman Maria


Kotbah Advent IV, Minggu 21 Desember 2014
Teks: Lukas 1, 26-38


A. Jangan Takut! Memaknai salam malaikat
Entah mimpi apa yg terjadi pada Maria saat Malaikat datang menjumpainya dan menyampaikan salam. Maria ketakutan, maklum sesuatu yg tak lazim datang menjumpainya menyampaikan salam dan berkat penyertaan Allah baginya. Lukas 1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."

Ini sungguh ganjil, membuat Maria bertanya, salam apa gerangan? Tak terpikir olehnya karena mungkin tak pernah ada sabda seperti itu diterimanya dari imam atau rabbi sekalipun dijamannya. Salam dan sapaan yg lembut namun menggugah hati, mendorongnya bertanya dalam hatinya, apakah arti salam itu? Malaikat itupun menyebutkan suatu yg diluar perkiraannya: Lukas 1:30-33 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."

Salam yang disampaikan oleh malaikat adalah peneguhan dan kabar baik, kabar kegembiraan oleh Maria seluruh dunia beroleh berkat. Satu dari sekian juta perempuan di jamannya Maria memperoleh karunia yg luar biasa dari Allah, olehnya dunia akan bergembira menyambut kelahiran Yuruselamat, Allah yang Maha tinggi dan Raja Damai.

Salam malaikat adalah missi yang agung, missi penyelamatan manusia yg telah ditindas oleh kesewenangan, dijarah oleh kerakusan dan diliputi oleh hati gelap oleh ambisi dalam meraih prestise. Itulah dunia yang akan disapa, dijumpai dan diterangi oleh Mesias yang lahir itu.

Jangan takut! Adalah salam kepada Maria untuk menyapa ketakutan manusia! Menyapa pengalaman real manusia; manusia yang takut atas hidupnya; ketakutan atas masa depan, ketakutan usaha dan pekerjaan bangkrut dan pailit ketakutan atas berbagai kemungkinan yg berdampak buruk dalam diri dan keluarga. Manusia juga menghadapi ketakutan besar atas fenomena alam: banjir dan longsor di mana hitungan menit nyawa melayang, rumah tertimbun tanah dan kehilangan anggota keluarga.

Bukan hanya itu baru-baru ini ada angin puting beliung di Bandung; ratusan rumah penduduk rusak. Biasanya kita suka akan udara sejuk, angin sepoi-sepoi namun telah berubah menjadi angin kencang dan badai yang menghempaskan dan memporak-porandakan apa yang dapat diterjangnya. Lain lagi ketakutan umat manusia atas erupsi Gunung Berapi di Tanah Karo dan Ternate. Semua itu adalah fenomena alam yang membuat manusia takut karena dekatnya bahaya dan maut di sekitarnya.

Salam jangan takut adalah sapaan Allah untuk meneguhkan umat kita dari segala yang kita takuti dalam hidup ini.

B. Akan lahir Yuruselamat! Bagaimanakah itu terjadi?
Dapat kita bayangkan percakapan diatas, bukan saja membingungkan Maria. Membingungkan karena sesuatu yg tak mungkin secara logik. Bagaimana dia melahirkan tanpa mengandung, bagaimana dia mengandung tanpa menikah, karena dia masih perawan, dia wanita menjaga kesuciannya dengan tunangannya. Termasuk Yusuf adalah orang yang baik, tulus hati dan takut akan Tuhan yang menjaga kesucian tunangannya (band Mat 1). Tentu berita dari para malaikat itu adalah kemustahilan bagi Maria.

Selain kemustahilan hal itu juga menjadi penderitaan bagi Maria. Dalam budaya timur yang ketat, Maria akan menanggung beban malu atau aib di keluarga dan di tengah2 sosial. Ini sungguh beban berat bagi Maria. Atas hal ini kitab Matiusmengisahkan, malaikat menjumpai Yusuf dan memberitahukan maksud Allah atas Yusuf. Disini Yusuf bisa menerima dan memahsmi yg terjadi pda Maris. Atas hal aib dan malu ini terjawab sudah bahwa Roh yang dikandung Maria sudah sesuai dengan rencana Allah. Sehingga baik Maria ataupun Yusuf tidak perlu menanggung malu untuk melaksanakan missi Allah.

Bagaimana dengan ketidak mungkinan ini terjadi? Maria sebagai orang Yahudi yang taat tentu mengetahui kisah2 penyertaan Allah dlm sejarah pengalaman umat Israel. Bukankah sesuatu yg tak mungkin dlm pikiran manusia bahwa Abraham dan istrinya yang mandul itu tidak punya Anak? Apa yang tidak mungkin bagi manusia mungkin bagi Allah. Demikian juga dengan mujizat lainnya, siapakah Musa jika diperhadapkan Firaun, namun oleh Musa umat Israel keluar dari Mesir serta verbagai mujizat di Padang Gurun. Siapakah Daud yang dapat mengalahkan Goliat raksasa Filistin itu? Siapakah Daniel di hadapan raja Nebukadnezar. Bukankah Elia dapat menghidupakan anak janda di Sarfat dan melakukan mujizat sehingga tepung dan minyaknya tak berkesudahan? Tentu banyak lagi kisah2 ketidak mungkinanan dalam pikiran manusia tapi sungguh nyata bagi orang yang beriman. Inilah yg membantu Maria memahami yang terjadi padanya.

Selain pengalaman orang beriman di atas, Maria juga diyakinkan bahwa Roh Kudus yang turun atasnya dan kuasa Allah yang Maha Tinggi menaunginya ( ay 35). Kisah pengalaman iman dan pernyertaan Roh Kudus mempermudah bagi Maria mengerti dan memahami kehendak Allah, sehingga percaya akan kuasa Alkah yang membuat nyata sesuatu yang tidak mungkin.

C. Ketaatan Maria
"Sesungguhnya aku ini adalah Hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (ayat 38)

Jika ketakutan telah terjawab, misteri yang tak logis sudah bisa dipahami satu hal lagi yang tersisa adalah menjalani kehendak Allah di dalam ketaatan atau kesetiaan. Secara mengejutkan bagi pembaca jika Maria menjawabnya dengan kalimat di atas. Jawaban ini mendalami kita akan siapa sesungguhnya yang disebut dengan Hamba Tuhan dan ketaatan iman Maria.

1. Maria adalah Hamba Tuhan.
Predikat ini mungkin selama ini milik para imam, raja atau nabi atau yang terkait dengan pelayanan formal. Pemahaman seperti ini mengembalikan arti Hamba Tuhan yang sesungguhnya. Hamba Tuhan adalah setiap orang yang menerima panggilan dan bersedia melaksanakan panggilan itu seturut dengan kehendakNya. Inilah yang dideklarasikan Maria, seorang anak gadis, muda dan mungkin tidak diperhitungkan oleh manusia di jamannya tapi dialah hamba Allah yang sungguh-sungguh bersedia dan mau melakukan misi Allah sesuai dengan kehendakNya.

2. Jadilah kepadaku menurut petkataanmu
Suatu pernyataan kesediaan melakukan kehendak Allah. Inilah suatu komitment di dalam diri Maria, baginya lebih utama merealisasikan kehendak Allah daripada berputar menjawab pertanyaan pribadi dan berbagai pertimbangan pertimbangan menyangkut dirinya sendiri. Dia meniadakan apa yang dia khawatirkan, namun dengan bulat hati bersedià melakukan yang difirmankan.

Ketaatan Maria dalam mewujudkan kehendak Allah membuat dunia beroleh berkat. Yuruselamat lahir dari rahimnya, sekalipun dalam terbeban dengan saray dan penuh perjuangan dan derita lewat perjalanan melelahkan dari Galilea ke Yudea, tak ada rumah yang membuka pintu baginya, harus istirahat di kandang domba dan di sana Yesus lahir.

Yuruselamat lahir bukan di pusat kota dan pusat kekuasaan, tetapi dari seorang perempuan yang takut akan Tuhan, manusia sederhana, hidup di pinggir kekuasaan yaitu orang Galilea. Oleh iman dan ketaatannya dunia beroleh kasih karunia.

Mari sambut Yuruselamat di Advent ke-IV ini dengan meneladani jejak iman Maria.

Jumat, 19 Desember 2014

BERJUMPA DENGAN ALLAH DI TENGAN-TENGAH KELUARGA

BERJUMPA DENGAN ALLAH DALAM KELUARGA (Imamat 26,12)

Judul di atas merupakan thema Natal tahun 2014. Penetapan thema ini menurut saya pantas kita respon bersama seluruh umat Kristiani sebagai sesuatu yang urgen. Urgensinya thema ini ingin melihat realitas aktifitas keluarga saat ini dan mengevaluasi di manakah moment dan bagaimanakah kwalitas moment perjumpaan Allah di tengah-tengah keluarga. Kesediaan Allah hadir ditengah-tengah keluarga mesti direspon oleh seleuruh keluarga. Kehadiran Allah ini di tengahtengah keluarga tentu akan sangat ditentukan pula dengan perjumpaan sesama anggota keluarga.

Dalam kenyataannya semua kita diperhadapkan dalam dunia yang sangat sibuk. Kesibukan anggota keluarga telah merampas perjumpaan dan moment bersama semua anggota keluarga.
Orangtua sibuk dengan segala aktifitas dan urusannya lewat pekerjaan, usaha dan bisnisnya. Berangkat subuh dari rumah sebelum anak2 bangun dan pulang malam setalah anak tidur. Ini suatu pengalaman real masyarakat. Taruhlah ada 2aktu orang tua di rumah, namun aktifitas anak juga saat ini sangat padat lewat kurikum sekolah hingga sore, belum lagi les privat, diskusi kelompk dll. Baik anak dan orang tua sungguh sangat memiliki waktu yang sangat sempit untuk bersamasama di rumah menikmati kebersamàn sebagai keluarga. Apalagi orang Batak, Sabtu menjadi agenda yang sangat paling repot bahkan tidak jarang suami dan istri harus mengatur jadwal untuk menghadiri acara adat terkadang harus berbagi satu ke undangan yang sana dan satunya lagi mesti hadir ke undangan yang lain. Waktu tersedot begitu banyak dan semakin tipis moment untuk berjumpa muka sesama anggota keluarga. Betul, berjumpa dengan keluarga bisa lewat IT sekarang dengan saling menyapa lewat sms dan telp namun kuwalitas komunikasi lewat IT tidak akan dapat menggantikan perjumpaan sesama anggota keluarga. Bagaimana dengan Minggu? Mungkin ini m3njadi moment yang sangat penting dihargai bersama agar seluruh anggota keluarga merasakan kebersamaan berjumpa bersama anghota keluarga dan berjumpa dengan Tuhan melalui kebaktian.

Fenomen lain adalah sudah sering menjadi sorotan, kalaupun ada angguota keluarga di rumah namun semua masing2 punya aktifitas semua memgang gadget masing masi, fban, tweet, sms,WA dlll yang dipromosikan secara besarbesaran lewat jaringan medsos. Bersama namun sendiri sendiri. Tak ada waktu untuk saling monitoring, saring n diskusi. Namun hidup sendiri sendiri dengan aktifitas masing masing yang tak saling memperhatikan.

Dalam realitas demikian saya dapat bayangkan Thema Natal ini menjadi hentakan bagi kita bersama sebagai suatu PERNYATAAN ALLAH yang memberikan berkatNya dengan berkenan Hadir dan berjumpa di tengah2 keluarga kita. Nats kutipan diatas diambil dari Berkat bagi umat. Hal ini menunjukkan kehadiran Allah di tengah2 keluarga akan menjadi berkat bagi keluarga. Berkat ini tentu diterjemahkan dalam bentuk aktifitas keluarga yang saling memperhatakan pertumbuhan iman.

Dengan thema ini masing2 keluarga disapa untuk mengevaluasi dan membuat langkah untuk menjadikan moment pertemuan dalam keluarga menjadi moment perjumpaan dengan Allah. Mendesign kesibukan masing masing dengan memberikan ruang dan waktu untuk beerjumpa dan bersamasama dengan seluruh anggota keluarga merupakan suatu tuntutan demi suatu kualitas perjumpaan dengan Allah di tengah-tengah keluarga.

Berjumpa dengan Allah di tengah-tengah keluarga, juga berpesan menghadirkan Allah menyinari dan memimpin keluarga kita hidup dalam dalam damai sejahtera Allah. Artinya thema ini mendorong kwualitas kebahagiaan keluarga dengan bersamasama merasakan kehadiran Allah dalam rumah tangga masing-masing. Seluruh nasihat pernikahan sebagai mana dalam liturgi pemberkatan mesti menyegarkan masing-masing: suami dan istri.

MISTERI DI BALIK DUKA BANJAR NEGARA

Berkabung buat Longsor Banjar Negara

Dibalik berkabung atas musibah lingsor di Banjar Negara, ada juga pertanyaan yang berulang disorot di TV dari peristiwa Banjar Negara:

1. Rumah bercat putih; rumah ini utuh tak tertimpa longsor seperti rumah lainnya, pada hal dari segi posisi rumah ini berada dekat lereng. Setelah ditelurusuri rumah ini dihuni seorang ibu yang hamil sembilan bulan. Sekalipun dia kehilangan suami dan beberapa anghota keluarga. Namun kejadian itu pantas menjadi refleksi yang sangat betharga, dalam  genggaman maut ada kesrlsmatan. Bagi orang yang beriman ini hendak mengatakan dalam bahaya apapun yang paling dekat pada maut ada Tuhan yang Kuasa menjaga, melindungi dan menolong. Diberkatilah ibu yg srlamat dari maut tersebut dan anak yg dikandungnya. Sejarah yg sangat mengharukan baginya kelak.

2. Demikian halnya Wawan, seorang yang penyandang dissabilitas karena kaki kirinya sudah tidak ada. Dari dalam tanah yang menimbun dia bisa keluar sendiri dari tanah yang menimbunnya sendirian tanpa bantuan orang lain. Nyawa Wawan pun selamat dari kejadian maut Lonsor Banjar Negara. Ini duatu mistery hidup, Wawan yg adala dissabilitas bisa keluar dari timbunan tanah dan selamat dari tanah longsor yang menguburnya.

Kedua kejadian ini menjadi renungan, dibalik duka yang mendalam Banjar Negara kita patut membuka hati untuk berduka atas para korban yang telah meninggal dunia dan masih ada juga yang tidak ditemukan. Duka dalam meliputi Banjar Negara adalah duka kita bersama. Di dalam duka itu kita mesti takjub juga Tuhan berbicara atas penyelamatan yang terjadi.

Natal 2014 bagi umat Kristen menjadi moment penting utuk merenungkan begitu dekatnya bencana di sekitar kita dan kita percaya sedekat itu pula Tangan Tuhan menolong dan menyelamatkan kita.

Minggu, 30 November 2014

PADUAN SUARA DAN SENI KEPEMIMPINAN

Paduan Suara - Seni Kepemimpinan

Setiap ada festifal koor, yang terpikir dibenakku adalah seni kepemimpinan. Itulah yang terpikir dibenakku dalam menyaksikan festifal Paduan suara HKBP dalam rangka Perayaan Puncak tahun Remaja pemuda HKBP pada tanggal 29 Nop 2014 di Medan.

Bagi saya setiap anggota paduan suara yang bagus akan melahirkan pemimpin yang bagus dalam bidang dan pekerjaannya masing-masing. Hal itu menurut saya tidaklah berlebihan kerena memang jika kita menelisik tentang proses dan dinamika di dalam suatu paduan suara sungguh akan mengagumkan. Di dalam paduan suara seseorang dapat belajar mengembangkan diri dalam banyak hal: pengalaman bagaimana dipimpin, mengelola waktu, menata harmoni, mendengar dan memahami orang lain, solidaritas, keinginan belajar, solidaritas dan lain2. Sungguh banyak hal akan ditempa secara sengaja dan tidak sengaja dalam diri seorang anggita paduan suara.

Setiap anggota paduan suara memberi dirinya secara iklas untuk dipimpin, diatur dan diarahkan oleh seorang kondak. Hal ini sangat penting, pemimpin yang baik adalah seorang yang berkenan dipimpin dengan baik. Seorang anggota paduan suara menyadari hal ini sepenuhnya, paduan suaranya akan bagus jika dipimpin oleh kondak yang baik dan anggota paduan suara yang mau dipimpin.

Hal lain tak kalah penting adalah masing-masing anggota belajar dìsplin dengan waktu latihan. Seorang anggota paduan suara akan mengelola waktunya dengan baik. Tarohlah tak ada kelonggaran waktu namun seorang anggota paduan suara akan memiliki keahlian untuk mengelola waktu. Apalagi dalam merencanakan konser atau event mengikuti suatu festifal akan memiliki suatu proses kepemimpinan yang baik mulai dari perencanaan, monitoring hingga evaluasi. Ini proses yang secara tidak disengaja tetapi secara alamiah membentuk anggota paduan suara dalam hal leadership. Dia akan berpikir untuk membagi dan mengelola waktunya membangun kekompakan mencapai tujuan dll. Sikap seperti ini akan terbentuk secara tidak sengaja di dalam diri seorang anggota paduan suara. Masih berkaitan dengan itu, seorang anggota paduan suara juga akan sering memahami anggota yang lain jika terlambat misalnya mengikuti latihan akan selalu berpikir positip dan dapat memahami keterlambatan orang lain tanpa harus marah2 tetapi terstruktur untuk pola berpikir positip.

Hal yang luar biasa lagi adalah memadu suarau yang berbeda menjadi harmoni yang indah, ini adalah suatu seni yang melekat dalam seorang anggota paduan suara. Seorang yang kencang dan keras suaranya bersedia menurunkan volumenya agar seimbang dengan suara lainnya membentuk harmoni. Ini suatu seni bagaimana dia menyesuaikan dirinya dan suaranya dengan yang lain demi menciptakan harmoni yang indah. Dalam paduan suara memang sumbang bagi penonjolan personal, kalaupun ada yang mungkin harus ada lagu solo dalam lagu tertentu. Yang utama adalah bersedia memadu diri, mendengar orang lain demi tercipta harmoni indah dimiliki oleh seorang anggota paduan suara yang baik.

Dalam paduan suara ada terus proses belajar, lagu2 yang tidak dikenal sama sekali dipelajari not demi not, pengalan birama demi penggalan birama, dsri solmisasi hingga syair2 dinyanyikan menurut melodinya dan jiwa lagu. Disini bisa kita bilang bahwa seorang anggota paduan suara tidak mengenal menyerah sebelum menguasai lagunya. Lagu demi lagu dipelajari dan tidak akan pernah puas dengan lagulagu yang diketahuinya, namun akan terus belajar dan belajar akan lagu-lagu baru lainnya. Ini jiwa seni seorang yang memikiki kecintaan dalam paduan suara yg terus memacu diri belajar lagu-lagu baru. Sungguh ada keindahan tersendiri di dalamnya. Saya dapat banyangkan jika seorang pemimpin memiliki keinginan belajar yang luar biasa, gigih dan tidak mengenal lelah tentu kepemimpinannya akan innovatif.

Ada persekutuan dan memelihara sikap tim. Sikap ini ada dalam diri seorang anggota paduan suara. Bukan berarti tak ada ego, namun egonya dipersembahkan untuk kerjasama tim. Semua anggota paduan suara menyadari potensi masing masing dan ini bisa jalan kalau sejua bekerja secara team. Jiwa dan value demikian sangat berharga dalam sebuah kepemimpinan, masing2 potensi diberdayakan menuju suatu tujuan. Selain tim makna kebersamaan dan solidaritas dalam anggota paduan suara akan tumbuh dengan sendirinya.

Tentu masih banyak lagi yang dapat kuta katakan tentang keahkian, nilai dan proses pembelajaran bagi seorang anggota paduan suara. Bagi saya sukses menjadi anggota paduan suara sudah melebihi latihan kepemimpinan dasar apapun.

Selamat buat seluruh remaja naposo bulung HKBP yang mengikuti festifal koor se HKBP, saya yakin festifal ini diadakan bukan untuk suatu trofi namun didalam paduan suara itu semua anggota telah memasuki proses pembelajaran kepemimpinan yang indah. Saya yakin kelak dari anggota padua suara seluruh Distrik HKBP dapat menerapkan kepemimpinan yang memiliki nilai seni yang tinggi dalam bidang dan professinya masing-masing.

KAMI ADALAH TANAH LIAT

Selamat hari minggu, mari songsong Tuhan!

Dalam advent pertama ini kotbah dari Yesaya 64,1-9.
Kotbah ini mempersiapkan umat untuk menyadari kedahsyatan kedatangan Tuhan dan keberadaan manusia dihadapan Allah.

01. Kedahsyatan Allah mendorong manusia rendah hati. Seperti api yg yang membuat ranggas menyala-nyala dan seperti api membuat air mendidih, suatu ungkapan bahwa kedahsyatan Tuhan membuat manusia takjub dan takut kepada Tuhan. Ranggas akan segera menjadi debu yg tak berarti, atau air yg mendidihsegera menguap habis demikian keberadaan manusia dihadapan Allah. Sesungguhnya manusia tak akan sanggap dan tak layak dihadapan penghakimanNya. Hal ini mesti semakin mendorong manusia bersujud dan memohon ampun atas kenajisan dan keberdosaan. Menyadari keberdosaan dihadapan Allah membuat kita semakin berharga dihadapannya.

02. Kami adalah tanah liat,
Hal kedua ini juga mengajak kita memahami keberadaan kita dihadapanNya (who am I). Sesungguhnya apalah tanah liat sungguh tak ada arti dan tak berharga : jika musim kering tanah liat hsnyalsh debu, dan jika hujan hanya lumpur yg kotor. Namun Allah telah membentuk dan menempanya segambar dengsn rupa Allah, diberi Roh kehidupan dan akal budi. Dengan demikian kita bisa sebutkan bahwa tanah liat hanya karena ditempa dalam berbagai rupa dan fungsi tanah liat bisa bernilai dan bermanfaat. Demikianlah manusia dihadapan Allah. Ungkapan ini mendorong kita lebih rendah hati, bahwa manusia harus menyadari bahwa kita adalah tanah liat; yang tak berrarti namun dibentuk dan ditempa oleh Pencipta menjadi berharga. Keberartian manusia sungguh terletak pada Allah sendiri yg telah membentuk dan menempa kita.

Hal kedua yg ditekankan dari ungkapan ini adalah mengingatkan manusia dengan asalinya, yaitu debu tanah. Manusia berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Hidup manusia relatif dan akan cepat berlalu. Jika demikian halnya tak ada dasar apapun membuat manusia sombong dan tinggi hati. Hal baik bagi manusia adalah merendahkan diri dihadapan Allah dan membuahkan kebaikan seturut dengan kehendak pencipta

03. Engkaulah Bapa kami
Dalam pejiarahan manusia, manusia mencari perlindungan, rasa aman, pemeliharan, kesejahteraan dan atas segala apa yang dibutuhkan. Semua itu ada pada Allah yang adalah Bapa kita dan kita adalah anak-anakNya.
Bukan saja kuta yang menyongsong Tuhan, tetapi Tuhan juga menyongsong anak-anak yg dikehehendakiNya. ""Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar yang mengingat jalan yang Kautunjukkan" (ay 5).

Dalam advent pertama ini mari renungkan persiapan kita menyongsong Tuhan, untuk lebih rendah hatimenyadari siapa kita dihadapanNya. Allah adalah Bapa kita yg tetap mengasihi dan memelihara hidup kita. Karena itu berilah diri untuk ditempa seturut kehendakNya.

Sabtu, 15 November 2014

BERDIAM DIRI DI HADAPAN TUHAN ALLAH!

Berdiam Diri di Hadapan Tuhan Allah! 
Kotbah Minggu 16 Nopember 2014
Nats: Zefanya 1,7+12-18)


Pendahuluan
Hanya dua konsekwensi pada hari Tuhan, yaitu: hukuman dan anugerah. Allah menghukum orang yang melakukan kekejian bagi Tuhan dalam hidupnya dan menganugerahkan kehidupan kekal bagi orang yang dikasihiNya. Dalam bahasa Ibrani Hari Tuhan dipakai adalah Hayom YHWH. Pada Perjanjian Lama khususnya kitab para nabi-nabi arti hayom YHWH merupakan hari penghukuman; Allah bertindak menghakimi setiap orang atas segala sikap dan perbuatannya (termasuk segala ciptaan). Istilah Hayom YHWH adalah wewenang Allah sendiri bertindak dan berbuat untuk menghakimi. Dalam kitab para nabi istilah hayom YHWH selalu berkaitan dengan peringatan kepada kemerosotan moral atau ketidak taatan terhadap TUHAN. Kemorosan moral yang terjadi di tengah-tengah bangsa diingatkan oleh para nabi agar berbalik, ketidak pedulian atas peringatan itu diperkeras dengan peringatan akan adanya hari Tuhan. Dalam kitab para nabi, hari Tuhan cenderung dipahami sebagai hari penghukuman, Allah bertindak dan melaksanakan hukuman atas segala kejahatan dan kekejian. Tidak ada yang bisa menghindar dari hari Tuhan. Dalam pemberitaan dan peringatan demikian biasanya nabi-nabi menganjurkan pertobatan. Agar umat berbalik dari kejahatannya, dan memohon pengampunan di hadapan Tuhan. Kalau kesempatan pertobatan tidak diindahkan maka Allah akan menghukum. Selah waktu peringatan dan hari Tuhan adalah menjadi kayros untuk memperbaiki diri.

Demikian halnya dengan kitab Zepanya ini, menurut keterangan 1:1 nabi Zefanya hidup pada masa reformasi Raja Yosia. Dalam reformasi Yosia satusatunya keselamatan bagi umat Israel adalah berbalik dan menaati hukum Tuhan (Lih 2 Raj 22:1 - 23:1 dst dan Band 2 Taw 35:16-19 dan ). Itulah sebabnya menurut para ahli PL kitab Ulangan adalah produk dari hasil reformasi Yosia untuk membentuk umat Israel menjadi umat yang taat kepada Tuhan dan memelihara hukum-hukumNya. Namun dalam isi kitab Zepanya ini kesempatan memperbaiki diri ini hanya tinggal waktu yang sangat sedikit. Bagi Zepanya hari Tuhan segera datang, dan sudah dekat sekali (ay 15). Hal ini menekankan untuk bersegera berubah sehingga di hari Tuhan umat memberoleh anugerah bukan hukuman.

Beberapa hal penting dari kotbah Minggu ini dapat kita kembangkan beberapa hal, yaitu:

a. Berdiam Diri di Hadapan Tuhan (Hohom maradophon Jahowa)
Dalam merespon Hari Tuhan ini sebagai penghukuman, Zefanya berpesan agar umat “berdiam diri di hadapan Allah” (ay 7) Berdiam diri dapat kita artikan dua hal: 1) berdiam diri mengingat dan memikirkan perbuatan sendiri sebagai refleksi atas apa yang telah manusia katakan dan lakukan terhadap diri, sesama dan lingkungannya. Dengan mengnal diri sendiri dan tindakan-tindakan sendiri yang sungguh jauh dari kehendak Tuhan mendorong umat untuk bersujud dan menyesali diri dan memohon pengampunanNya. 2) Berdiam diri bisa juga sebagai bentuk refleksi apa yang akan Tuhan jatuhkan atas manusia. Hari Tuhan sudah dekat dan hukumannya akan segera datang. Jika Tuhan bertindak tak ada jalan keluar, kengerian dan ratap akan menimpa diri dan umat. Karena jika hari Tuhan datang tak seorangpun yang dapat mengindar dari hukumNya. Mengingat kengerian itu semua Zefanya mengajak umat untuk berdiam diri dihadapan Allah. Berdiam diri ini juga bisa dalam bentuk doa syafaat, berpuasa, reatreat untuk memperoleh pencerahan diri apa yang dapat dilakukan karena hari Tuhan sudah dekat (ay 14).
Mungkin seperti sapaan BE 388:1
“So ma jolo jala pikir lao tu dia langkami.
Otiknai ma ho tarlombang dibaen hatangkangonmi.
Mulak ma tu Tuhan Jesus, Sipalua tondimi.
Ndang titulak ho na dangol boan nasa dosami.”
Berdiam diri di hadapan Allah adalah kesempatan untuk masing-masing pribadi untuk melakukan perenungan pribadi dihadapan Allah. Perenungan ini akan memperoleh pencerahan budi menyadari kesalahan dan dosa di hadapan Allah dn bergegas membenahi diri karena hari Tuhan akan datang.

b. Tindakan Tuhan (Uhum ni Debata)
Hari Tuhan yang digambarkan oleh para nabi-nabi PL sangat berkaitan dengan penghukuman. Misalnya dari Amos 5:18-20, Amos menerangkan bahwa Hari itu berarti penghakiman bagi Israel. Begitu juga Yes 2:12 dab; Yeh 13:5; Yl 1:15; 2:1,11; Zef 1:7,14; Za 14:1. Hari TUHAN ialah saatnya Yahweh secara aktif bertindak menghukum dosa yg sudah mencapai puncaknya. Hukuman ini bisa saja datang melalui penyerbuan (Am 5 dan 6; Yes 13; Yeh 13:5), atau melalui bencana alam, seperti serangan belalang (Yl 1 dan 2). Semua campur tangan yg lebih kecil mencapai kemuncaknya pada kedatangan Tuhan sendiri secara nyata. Pada Hari itu orang yg bertobat dan percaya akan diselamatkan (Yl 2:28-32), tapi orang yg tetap memusuhi Tuhan, biar Yahudi ataupun bukan, akan dihukum. Hari itu mempunyai akibat-akibat alarm juga terhadap alam semesta (Yes 2).

- Khusus dalam kitab Zefanya ini Hari Tuhan digambarkan menggeledah dengan obor (mandiori dohot sulu) mencari sampai dapat. Ibarat mengeledeh seorang buronan demikian Tuhan akan mengeledah perbuatan setiap orang dan tidak ada satupu yang luput dan tersembunyi. Semua ditemukan dan tidak ada yang dapat bersembunyi di hadapannya.
- Istilah kedua, penghukuman Tuhan diibaratkan sebagai korban jarahan, seperti tawanan perang semua miliki dijarah/dirampas. Ini adalah bentuk kengerian dalam hidup, karena apa yang dia kumpulkan dengan kerja dan usahanya sendiri tanpa alasan harus dirampas dari dirinya sendiri. Dirinya sendiri seperti tawanan yang tak dapat berbuat apa-apa.
- Hari Tuhan yang digambarkan oleh Zefanya dalam kotbah ini juga diibaratkan semacam kutuk; bekerja namun tak menikmati dan tak membuahkan hasil . Padahal umumnya theologi yang dipahami adalah kebahagiaan adalah ketika kita menikmati hasil dari pada jerih payah sendiri (Band. Maz 128:2). Hukuman bukan hanya dalam bentuk kehancuran namun adalah pekerjaan sia-sia; berlelah bekerja namun apa yang dikerjakannya tidak berdampak pada dirinya sendiri. Seperti seorang membangun rumah, namun tidak memasuki dan menikmati rumah yang dibangunnya atau seperti seorang tukang kebun anggur yang menanam dan mengelola kebun anggurnya namun tak menikmati anggur dari ladang yang dikerjakannya. Hal ini digambarkan oleh Hagai: “Kamu menabur banyak,tetapi mebawa pulang hasil sedikit..... dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang.” (1:6).

Ketiga bentuk hukuman yang digambarkan oleh Zefanya ini sangat penting untuk direfleksikan sebagai cermin. Memang kita percaya bahwa Tuhan tidak menuntut dan tidak membalaskan setimpal dengan apa yang kita perbuat. Dia panjang sabar dan penuh kasih setia. Namun jika kayros tidak dipergunakan untuk memperbaharui diri maka hukuman Tuhan itu akan menimpa. Hari Tuhan adalah pahit, kepahitrannya mendatangkan kesusahan bagi manusia. Pahlawan saja pun akan menangis! Kondisi ini mengajak kita untuk merenung, mungkin seperti Kotbah minggu lalu apakah bersiaga seperti perempuan-perempuan bodoh membawa pelita namun tak punya cadangan minyak. Orang yang berdiam diri dihadapan Tuhan sebagaimana dikehendaki oleh Zefanya adalah seperti perempuan yang bijaksana yang membawa pelita yang siap menyala dan menyediakan minyak agar pelitanya tak padam ketika hari Tuhan tiba.

c. Keadaan manusia di Hari Tuhan: sorak sorai atau ratapan (Managam di paruhuman: suraksurak manang anggukangguk)
Hanya dua konsekwensi di hari Tuhan: orang percaya di selamatkan namun yang tidak percaya akan dihukum. Seperti pada peristiwa ari bah manusia dimusnahkan dan Nuh mendapat kasih karunia. Bagi Zefanya hari Tuhan nampaknya adalah hukuman yang berdampak pada kesusahan, kengerian dan ratap tangis bagi manusia sebagaimana disebutkan pada ayat 15-18. Hal ini amat keras karena bagi Zefanya sudah menjelaskan bahwa; “Aku akan menyapu bersih segala-galanya dari atas muka bumi.” (1:2) Dalam menurut Zefanya tak seorang pun yang dapat selamat dari murka Tuhan.

Kritik Zepanya nampak juga bagi orang kaya, hal itu dihubungannya pada ayat 18: “mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas pada hari kegemasan Tuhan.” Mengapa Zefanya mengangkat ini tentu menentang roh materialisme yang ada dan pengaruh mammonisme. Roha materialisme dan cinta mamonisme adalah akar kejahatan (Band 1 Tim 6:10) karena untuk mengejar kekayaan orang dapat melakukan kejahatan dan kekejian bagi Tuhan. Mungkin dalam realitas sosial sudah masuk pada penyanjung kekayaan, kekayaannya dapat menyelamatkan dirinya. Bagi penyanjung materialisme dan mamonisme Zefanya bersuara bahwa di hari Tuhan mereka tidak dapat diselamatkan oleh seluruh harta dan kekayaannya.

Tidak ada yang dapat melepaskan manusia dari hukum Tuhan oleh emas dan peraknya.

Ilustrasi: Orang baik yang Terhambat di Pintu Sorga (Sahalak na tarambat masuk tu surgo)
Konon ada orang baik dihalau malaikat di pintu sorga, menghalaunya tidak bisa masuk. Orang baik ini pun protes bahwa dia sudah memperoleh jaminan keselamatan sesuai imannya. Malaikat tetap menghalaunya tidak boleh, lalu ditanya apa alasannya kenapa saya tidak boleh masuk? Malaikat pun menunjukkan berlian yang melekat di jarinya. Malaikat mengingatkan bahwa tak ada yang dapat dibawa dari bumi ke Sorga.
Orang baik ini pun berbalik dan berlari dengan kesalnya wa...gara-gara berlian ini saya tak bisa masuk sorga, maka dia pun membuka berliannya dan melemparkannya jauh-jauh. Setelah itu dia menjumpai malaikat di pintu Sorga dan memberikan apologi saya sudah membuangnya. Malaikat pun berkeras menghalaunya tidak bisa, orang baik itu pun menanyakan lagi pada malaikat, kenapa tak boleh masuk, apalagi yang kurang? Jawab malaikat: di sorga tidak bisa membuang sampah sembarangan.... 

Penutup: 
Merosotnya moral di tengah-tengah masyarakat meruapakan suatu kritik yang tajam dari Zefanya. Sefanya sebagai seorang nabi ikut berperan dalam reformasi Yosia untuk melakukan pembaharuan bagi umat dengan mengembalikan peribadatan yang murni di hadapan Allah melalui pelaksanaan hukum dan kehendak Tuhan. Seruan pertobatan menurut Zefanya tidaklah cukup, tiulah sebabnya Zefanya mengangkat hari Tuhan segera datang untuk menekankan bahwa tidak ada lagi waktu untuk tidak memperbaiki diri karena hari penghukumannya teah hampir tiba. Ajakan Zefanya berdiam diri dalam bentuk refleksi pribadi untuk memperoleh pencerahan budi adalah kayros yang mesti digunakan agar di hari penghukumannya kita memperoleh kasih karunia.

Selasa, 28 Oktober 2014

KABINET KERJA DAN JAMINAN MENGHÀRGAI KERJA

KABINET KERJA DAN JAMINAN MENGHARGAI KERJA


Kerja...kerja...kerja! Pidato yang sangat membanggakan dari Bapak Presiden Ir Jokowidodo pada waktu pelantikannya. Keseriusan bapak jokowi hal kerja diwujudkan pula dengan menyusun kabinet dengan menqmainya kabinet kerja. Ini ada suatu penekanan khusus akan kerja dan mendorong kinerja kabinetnya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.

Dengan prinsip diatas ada asumsi bahwa kesejahteraan dapat dicapai dengan kerja. Dalam hal ini dibutuskan etos kerja melalui displin, hemat, kerja keras dll. Produksi kerja yang bagus tentu didorong dan dihasilkan oleh etos kerja yang bagus pula. Asumsi ini benar dan sulit untuk dibantahkan dan inilah yang mesti prioritas dalam pencapaian produksi. Namun apakah dengan kerja dan memiliki etos kerja unggul akan otomatis kesejahteraan tercapai? Menurut saya tidak, kerja dan etos kerja yang dimiliki seseorang mesti diikuti dengan kepastian penghargaan terhadap hasil kerja.

Kajian menarik dari Bapak Guru Etos Jansen Sinamo yang merumuskan pendalaman akan makan kerja, beliau sampaikan Kerja adalah rahmat, amanah, panggilan, aktualisasi, ibadah, seni, kehormatan, pelayanan. Kajian ini jika diuraikan sangat bagus dan begitu mulia untuk mendorong orang memiliki spirit kerja yang baik demi pencapaian hasil yang baik pula. Sajian pak Jansen ini sekaligus menghantar pemahaman yang konprehensip tentang kerja. Jika masing-masing pribadi lepas pribadi menerapkannya tentu akan memiliki dampak yang besar pula.

Namun karena istilah kerja ini berkaitan dengan kabinet yg dipimpin Jokowi, saya sempat berpikir sesungguhnya semua orang pasti memiliki pemahaman dengan bekerja dia berpenghasilan. Namun mendorong bekerja tidak cukup, ada orang yang berlelah dan mungkin terlalu lelah bekerja namun kurang mendapatkan hasil optimal dari hasil kerjanya karena kebijakan yg kurang berpihak. Kerja yang mensejahterakan mesti ada kebijakan yang mendorong dan menghargai kerja. Atau mesti ada jaminan atas pekerja menikmati hasil kerjanya. Jika tidak ada jaminan penghargaan atas kerja maka bisa saja terjadi penindasan dan penikmatan hasil kerja yang tidak seimbang. Menguatkan apa yang saya sampaikan di sini saya akan sampaikan beberapa contoh bahwa etos kerja harus diikuti dengan kebijakan mengenai kepastian jaminan penghargaan atas kerja.

01. Taruhlah ada perusahaan, semua karyawan bekerja dengan etos kerja yang baik, produksinya bagus namun rekrutmentnya tidak bagus, pembagian kesejahteraanya tidak seimbang, maka lama kelamaan dalam proses kesadaran perusahaannya akan tumbang karena orang orang yang bekerja tidak memperoleh jaminan akan hasil kerjanya secara seimbang. Atau misalnya karier, di dalam pemerintahan atau kedinasan. Dalam hal ini kerja membutuhkan jaminan rekrutment yang jelas dan jaminan akan menikmati hasil pekerjaan. Jika ada jaminan rekrutmen yang jelas dalam pemerintahan atau instansi spirit kerja pasti secara otomatis akan ada dalam setiap pekerja. Dalam hal ini Kabinet Jokowi mesti mendorong lebih keras untuk menyusun sistem rekrutmen di semua jajaran pemerintahan.

02. Coba kita lihat kehidupan petani, seorang petani memiliki etos kerja yang baik, mengolah lahannya dengan baik dan belajar berbagai hal agar produksi pertaniannya baik. Petani bekerja baik bahkan dengan bekerja keras, namun belum tentu menikmati hasil pertaniannya dengan baik karena umumnya setiap musim panen tiba harga komoditinya turun oleh permainan pasar dan orang2 yang bermain dengan harga. Disini tidak cukup hanya mengatakan kerja...kerja...kerja bagi petani, namun mesti ada jaminan dan kepastian akan harga produksi yang petani kerjakan. Jika itu tak ada maka tak ada gunanya kita sebut kerja..kerja..dan kerja.

03. Kerja... kerja..kerja? Apa yang mau dikerjakan oleh pengangguran? Adigum kerja ini sekaligus didalamnya mendorong kabinet kerja Jokowi mesti membuka lapangan kerja atau membina warga untuk pengembangan kapasitas dalam berbagai usaha sehingga mereka bisa bekerja dan berkarya.

Kerja..kerja..kerja, dalam bekerja tidak cukup hanya memiliki etos kerja, namun pemerintah harus juga mempersiapkan perangkap hukum atas jaminan terhadap pekerjaan, jaminan atas pembagian hasil kerja pekerja, dan jaminan akan penghargaan terhadap kerja. Sehingga tak ada lagi orang yang malas kerja karena rekrutmen karier yang tidak jelas. Tidak ada lagi petani yang malas karena hasil pertanian mereka tak dijamin ketika panen, tak ada lagi pengangguran karena ruang kerja terbuka lebar.

Selamat bekerja.

Jumat, 24 Oktober 2014

SPIRIT PELAYANAN PAULUS

Cattan Kotbah Minggu 26 Oktober 2014
Nats: 1 Tessalonika 2:1-8

SPIRIT PELAYANAN PAULUS
1 Tessalonika 2:1-8

“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)

Dalam sejarah gereja mula-mula, kita kenal suatu ungkapan: “semakin dibabat, semakin merambat.” Ungkapan ini merupakan suatu istilah dalam menggambarkan realitas perkembangan gereja mula-mula. Mereka mendapat tantanga, ancaman, anianya dan martyr namun sedikit pun tak membuat mereka undur dari beriman kepada Yesus Kristus. Tantangan itu bukan saja datang dari Yahudi, tapi dari masyarakat umum dan khususnya kekaisaran Romawi yang senantiasa menunding persekutuan orang percaya sebagai kelompok teror yang menggerogoti pemerintahan kekaisaran Romawi. Sedemikian bencinya Pemerintahan Romawi akan orang percaya hingga mereka terus dianiaya, dikerjar bahkan martyr menjadi tontonan si stadion berhadapan dengan singa dan banyak juga yang dibakar hidup-hidup menjadi obor di jalan. Itulah pahitnya menjadi pengikut Yesus di masa sejarah gereja mula-mula.

Sekalipun sedemikian dahsyatnya tantangan itu, bahwa jumlah orang yang percaya kepada Yesus Kristus tidak berkurang, justru semakin bertambah. Pengejaran terhadap orang percaya menjadi cara Allah untuk mempercepat pekabaran Injil ke mana mereka berlari dari pengejaran dan penganiayaan. Habis gelap terbitlah terang; masa penganiayaanpun berlalu setelah ada Edik Milano yang menerima Agama Kristen sebagai agama resmi di wilayah kekaisaran Romawi.
Menjadi pertanyaan bagi kita spirit apa atau semangat apa yang membuat gereja mula-mula bertahan seperti itu? Kuncinya adalah karena rasul-rasul telah menunjukkan teladan dalam ha l itu dan tentu atas pertolongan dan perlindungan Roh Kudus bagi setiap orang percaya sebagaimana digambarkan dalam Kisah Para rasul.
Berkaitan dengan kotbah minggu ini, dari 1 Tes 2:1-8, Paulus menjelaskan Spirit Pelayanannya kepada jemaat Tessalonika. Spirit pelayanan Paulus itu digambarkan dalam tiga unsur penting, yaitu:  

01.   Tak Surut Oleh Tantangan
Paulus dan murid-muridnya berlari dari satu desa ke desa lain untuk memberitakan Injil. Bagi Paulus upaya memberitakan Injil ini adalah hutang yang harus ditebus dan Injil harus sampai ke ujung bumi sebelum Kristus datang. Inilah spirit Paulus, bahwa Injil harus diberitakan sebeleum kedatanganNya, karena itu baginya waktu hanya tinggal sedikit dunia yang belum dijangkau Injil masih banyak. Paulus berkunjung dari kota ke suatu kota, desa ke desa lain agar Injil diberitakan. Dia tidak memiliki ketakutan atau mengeluh terhadap apa yang menghambat dan menganiaya dia dalam Pemberitaan Injil. Dalam perikop ini Paulus menjelaskan penganiayaan dan hambatan yang dialaminya di Filipi(Baca Kisah Rasul 16: 13-18, 19-40). Di Filipi Paulus menyembuhkan perempuan yang dirasuki roh, namun Paulus dituding menjadi pembuat onar. Pemerintah setempat menangkap dan memenjarakan Paulus. Bukan hanya itu namun mereka diikat dan dibelenggu di penjara bagian tengah agar tidak bisa melepaskan diri.  Namun apa yang terjadi, pada saat itu ada gempa bumi yang hebat sehingga  sendi-sendi pintu penjara terbu membuat Paulus dan Silas dapat keluar dari penjara. Hal yang paling luar biasa, penjaga penjara akhirnya takjub dan meminta petunjuk  dari Paulus perihal apa yang dia harus lakukan agar dia selamat. Paulus menjawab: “percayalah kepda Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis 16:31).

Apa yang menarik disini, Paulus menegaskan bahwa tantangan, hambatan, penolakan dan penganiayaan tak akan menghentikan pemberitaan Injil. Kekuatan manusia dan kekuasaaan penguasa tak akan mampu mengehntikan Pemberitaan Injil. Segala belenggu yang diikatkan oleh manusia kepada Pemberita Injil akan tanggal dan runtuh dengan sendirinya oleh Kuasa Kristus.
Spirit seperti itulah yang mesti dialami oleh pelayanan masa kini, tak akan surut oleh tantangan apapun, melainkan dengan semngat pemberitaan segala tantangan itu akan diruntuhkan oleh Kristus.

02.   Pemberitaan; Menyukakan Hati Tuhan
Spirit pelayanan adalah menyukakan hati Tuhan. Inilah hal kedua yang ditegaskan oleh Paulus dari kotbah minggu ini bahwa Pemberitaan Injil semata-mata untuk menyukakan hati Tuhan. Paulus mengecam keras sikap dan perbuatan para pemberita lain yang tidak murni, bertujuan untuk menyenangkan hati manusia, bahkan dengan segala tipu daya dilakukan atas nama pelayanan namun bukan pada tujuan yang murni. Paulus menegaskan ini karena ada pemberita yang berusaha menjatuhkan Paulus dengan pemberitaannya. Di sini Paulus memberikan apologi tentang pemberitaannya bahwa sesungguhnya penugasan Pemberitaan Paulus adalah

Kepercayaan yang diberkan oleh Yesus Kristus kepada Paulus: “”karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (1 Tes 2:4).
 Perihal bagaimana Kristus menangkap Paulus menjadi pemberita Injil dapat kita baca di Kisah rasul 9, 1-19a;  kisah pertobatan saulus menjadi Paulus dan sekaligus pengutusan Paulus menjadi Pemberita Injil.  Demikian halnya dalam Gal 1:12 disebutkan: “karena aku bukan menerimanya dari manusia dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. Dan tidak kalah pentingnya Paulus menjelaskan bahwa penerimaannya menjadi rasul adalah melalui suatu penampakan (1 Kor 15: 8: “dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”

Dari kisah pemanggilan dan pengutusannya menjadi rasul, Paulus bermaksud murni yaitu bertujuan untuk menyukakan hati Tuhan.
Tentu banyak refleksi yang mungkin kita kembangkan dari sini perihal tujuan Pemberitaan dan tujuan Pelayanan. Mari singkirkan tujuan-tujuan picisan dalam pelayanan dan pemberitaan apakah itu demi popularitas, harga diri, atau maksud lainnya. Semua pelayanan dan pemberitaan kita mari kita pusatkan untuk menyukakan  Tuhan.

03.   Pemberitaan: ada kasih sayang dan pengasuhan
Ada suatu istilah menarik dari Paulus sebagai rasul dan jemaat asuhan hasil penginjilannya; yaitu semacam hubungan seorang ibu terhadap anaknya. Ibu yang memelihara, membesarkan dan mendidik anak-anaknya di dalam kasih dan pemeliharaan pengasuhan yang baik agar bertumbuh menjadi dewasa. Jadi hubungan ini ada kasih sayang dan pengasuhan hingga mandiri. “Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawi anaknya.” (1 Tes 2:7)

Analogi ini sangat menarik sebagai kritik terhadap kalim “pemberita Injil” yang terkesan hanya sebagai penabur saja mengabaikan unsur pengasuhan dan pemeliharaan persekutuan. Ada pengkotbah yang menaburkan Injil dimana-mana dan menyatakan pelayanannya telah dimana-mana. Baiklah itu benar dan kita terima sebagai tugas pemberitaan, namun Tugas Pemberitaan dalam kotbah ini bukan hanya menabur, namun Paulus dalam kotbah ini ada kasih sayang, ada pengasuhan dan pemeliharan iman agar bertumbuh hingga jemaat yang dewasa.

Jemaat yang bertumbuh dan menjadi dewasa jika dipupuk dan dipelihara dengan kasih sayang. Mungkin bisa juga kita menarik suatu refleksi di bulan oktober ini HKBP telah mencapai 135 tahun bertumbuh dalam pengasuhan persekutuan apakah kita telah menjadi dewasa. Atau mungkin skop gereja masing-masing, perlu evaluasi akan kasih sayang dan pengasuhan; sudah sejauh manakah kasih sayang dan pengasuhan kita dalam rangka bertumbuh bersama menjadi jemaat yang dewasa hingga saat ini? Atau sebaliknya yang terjadi semakin kering dan gersangnya kasih sayang, dan kepedulian semakin kerdil atau berlomba untuk mencapai tujuan popularitas diri yang sia-sia? Kotbah ini mengajak kita kembali agar hidup dalam kasih sayang dan saling merawat dan memelihara persekutuan yang bertumbuh di dalam iman hingga dewasa.  

Penutup:
Jika kita perhatikan dalam suatu Opening Ceremony atau Pembukaan Olimpiade atau Pekan Olah Raga selalu ada penyalaan Api. Api olimpiade yang biasanya diambil dari api bumi alami yang menyala,  Api ini terus dibawa oleh atlet hingga dinyalakan pada opening ceremony. Ini adalah bertujuan dalam seluruh pertandingan dan perlombaan ibarat api yang menyala demikianlah spirit para atlet menyala hingga menuntaskan segala pertandingan dan perlombaan. Demikian halnya dalam pelayanan kita masing-masing, hendaklah spirit api pelayanan kita tidak padam tetapi terus menyala hingga berakhir di garis finis.

“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)

Rabu, 22 Oktober 2014

JOKOWI DAN BUDAYA BARU

Jokowi: sederhana, rendah hati dan low profile
Akankah ini budaya baru kita?

Ada status teman setelah Jokowi dilantik baru ini dia rasakan sabas dan merasa puas bernegara. Ini kurasa ungkapan spontan yang tidak dibuatbuat, namun genuine dan alami karena telah mengikuti proses pencalonan Jokowi dari Solo, Gub DKI, Pergulatan sebelum pemilihan Presiden hingga hiruk pikuk di Senayan yang terus diterpa badai dan letupan letupan poltik yang menggoyang Jokowi. Kekuatan Jokowi terletak pada karakternya yang rendah hati, sederhana dan low profile sehingga tetap disukai oleh banyak orang.

Apa yang kita lihat disini selama bergulat dalam letupan2 itu, Jokowi tenang, tidak reaktif dan menjawab dengan sederhana. Ini nampaknya berbeda dengan model kepemimpiann modern yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki prinsip: berusaha menunjukkan kemampuan, kuasa atau pengaruh, mesti penampilan wah dan penuh luxury (hidup mewah) dll agar terlihat berwibawa. Tampilnya Jokowi meruntuhkan semua teori itu dengan penampilan bisa, sederhana dan low profile.

Menjadi pertanyaan bagi saya, banyak memuji Jokowi dengan sikapnya yang rendah hati, sederhana dan low profile, namun akankah mengikuti life style ini dalam kabinetnya atau jajaran birokrat yang diberdayakannya nanti untuk membangun Indonesia hebat? Menurut saya politisi dan para pejabat teras yang akan diberdayakan nantinya menjadi siksaan bathin yang akan berpurapura jadi sederhana, rendah hati dan low profile karena sudah menjadi habit yang tak bisa dirubah.

Moga tak demikian ini adalah pelajaran berharga yang sangat penting menjadi budaya baru masyarakat Indonesia. Mari kita tunggu perubahan mental pejabat dan public figur Indonesia

Senin, 06 Oktober 2014

DALAM PEMBUANGAN TUHAN TURUT TERBEBAN

DALAM PEMBUANGAN TUHAN TURUT  TERBEBAN
Pesan Kotbah Dari Ratapan 3:22-33
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Pembuangan bukanlah akhir segalanya, melainkan satu fase dari sejarah panjang yang tidak tahu akhirnya. Pandangan ini mesti tetap dipelihara hadapiagar memiliki mental tangguh dan dan daya tahan menghadapi masalah. 

Hal inilah yang menjadi tema besar dari Kitab Ratapan 3:22-33 tentang ratapan nabi Yeremia atas pengalaman pahit umat Israel yang terbuang ke negeri Babel. Ratapan ini sangat mendalam karena pupusnya identitas sebagai bangsa besar menjadi bangsa tawanan, bukan hanya itu adanya pukulan besar bagi orang Israel (Yehuda) yang dulunya membanggakan dan mengagungkan Bait Suci, hancur dan diratakan tanpa satu batupun bertindi. Ini adalah pukulan terbesar dalam sejarah pengalaman mereka sebagai umat Tuhan. Dalam pengalaman ini mungkin bagi mereka dunia telah berakhir, Israel yang dulu tinggal cerita dan kenangan, tiada masa depan, tinggal menunggu semuanya berakhir dan berlalu yang ada adalah pahitnya hidup, terasing dan berbuang di negeri asing.

Marilah kita simak katakata Yeremia ini:
5:1 Ingatlah, ya TUHAN, apa yang terjadi atas kami, pandanglah dan lihatlah akan kehinaan kami.
5:2 Milik pusaka kami beralih kepada orang lain, rumah-rumah kami kepada orang asing.
5:3 Kami menjadi anak yatim, tak punya bapa, dan ibu kami seperti janda.
5:4 Air kami kami minum dengan membayar, kami mendapat kayu dengan bayaran.
5:5 Kami dikejar dekat-dekat, kami lelah, bagi kami tak ada istirahat.
5:6 Kami mengulurkan tangan kepada Mesir, dan kepada Asyur untuk menjadi kenyang dengan roti.
5:7 Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan mereka.
5:8 Pelayan-pelayan memerintah atas kami; yang melepaskan kami dari tangan mereka tak ada.
5:9 Dengan bahaya maut karena serangan pedang di padang gurun, kami harus mengambil makanan kami.
5:10 Kulit kami membara laksana perapian, karena nyerinya kelaparan.
5:11 Mereka memperkosa wanita-wanita di Sion dan gadis-gadis di kota-kota Yehuda.
5:12 Pemimpin-pemimpin digantung oleh tangan mereka, para tua-tua tidak dihormati.
5:13 Pemuda-pemuda harus memikul batu kilangan, anak-anak terjatuh karena beratnya pikulan kayu.
5:14 Para tua-tua tidak berkumpul lagi di pintu gerbang, para teruna berhenti main kecapi.
5:15 Lenyaplah kegirangan hati kami, tari-tarian kami berubah menjadi perkabungan.
5:16 Mahkota telah jatuh dari kepala kami. Wahai kami, karena kami telah berbuat dosa!
5:17 Karena inilah hati kami sakit, karena inilah mata kami jadi kabur:
5:18 karena bukit Sion yang tandus, di mana anjing-anjing hutan berkeliaran.
5:19 Engkau, ya TUHAN, bertakhta selama-lamanya, takhta-Mu tetap dari masa ke masa!

Perenungan atas pengalaman pahit inilah nabi Yeremia merefleksikan apa sebenarnya yang terjadi dan melihat beberapa hikmat yang diambil dari pengalaman pahit ini. Adakah hal positip yang dapat diambil dari pengalaman pahit ini? Kitab ratapan menjadi salah satu hal penting dalam mengambil hikmah dibalik kesusahan yang terjadi. Kitab ratapan tidak serta merta membawa pada ratapan dan isak tangis yang tiada henti, tak melakukan sesuatu karena dirundung oleh kesedihan melainkan Kitab ratapan membawa umatNya belajar dari pengalaman pahit ini, selain penyesalan atas kesalahan masa lalu, dalam ratapan umat memahami bahwa Tuhan ada dan turut terbeban menanggung semua beban ini.  Pembuangan bukanlah akhir dari semuanya, melainkan satu fase (masa) dari panjangnya perjalanan sejarah yang tidak tahu ujungnya.

1.       Dunia Belum Berakhir – Tak berkesudahan kasih setia TUHAN dan tak habis-habisnya rahmat-Nya.
Seusai membeberkan keterpurukan, Yeremia menerima bahwa semuanya ini adalah atas ulah dan konsekwensi pelanggaran. Ini sangat penting dalam pemulihan batin – Allah yang kita percayai adalah Allah yang penyayang dan panjang sabar, namun Dia adalah Allah yang murka atas dosa dan pelanggaran. Peneriman Allah yang Maha peyayang, bisa juga mengabaikan pemahaman atas Allah yang pemurka. Kemurkaannya menyadarkan kita akan dosa. Inilah salah satu hal yang berharga dari kita Ratapan, dalam kehampaan Yeremia membawa suatu semangat bahwa di dalam pukulan yang berat ini, kasih setia Tuhan tetap ada. Di dalam Murkanya Tuhan tetap mengasihi, karena kasihNya adalah tetap sepanjang masa. Dengan demikian apakah arti beban ini? Beban yang mereka tanggung bukanlah hukuman yang menghancurkan dan meleyapkan, tetapi sebagai cambuk yang memberi pelajaran (hukuman yang mendidik). Dibalik cambuk Tuhan berbicara tentang kasih, karena cambuknya adalah konsekwensi dari pelanggaran. Allah adalah Rahmani, Dia tetap memancarkan rahmatNya.  Jadi dunia mereka belum berakhir, sejarah mereka belum berhenti, tetapi umat adalah tetap di dalam naungan kasihNya. Kasih Tuhan tidak tampak di dalam bentuk kesenangan saja, di dalam kepahitan Tuhan juga berbicara dan menunjukkan kasihNya. “Karena walaupun Ia mendatangkan susah, Ia juga menyanyangi  menurut kebesaran kasih setia-Nya” (Rat 3:33)

2.       Tuhan adalah bagianku - Tuhan Turut Terteban
Beban berat atas pembuangan yang dialami Yehuda adalah juga beban Tuhan. Tuhan turut terbeban atas beban umatNya. Tuhan adalah bagianku (ay 24). Pesan ini sangat penting mendatangkan dan menghadirkan Tuhan atas beban ini. Pemahaman ini sangat menarik, Tuhan tidak dilihat sebagai Allah yang mendatangkan semua kesussahan ini, tetapi memohon agar Tuhan turut di dalam beban ini. Jika terjadi musibah atau bencana, sering diskusi mengarah kepada dimana keadilan Tuhan.  Tidak sedikit pandangan membela Tuhan dan menyalahkan manusia, namun ada juga kasus seperti Ayub bahwa derita yang dialami sama sekali bukan karena dosanya. Diskusi seperti ini sering membawa kita pada pembenaran Allah atau pembenaran manusia. Pembenaran seperti itu tiada guna di dalam beban, pertanyaan penting adalah bagaimana kita berjalan atau bertahan hidup di dalam semua beban ini. Kitab Ratapan ini membawa suatu pemahaman bahwa Tuhan adalah bagianku. Artinya Tuhan turut terbeban di dalam semua kesusahan ini, kita tidak sanggup sendirian, dengan kekuatan dari Tuhan kita bisa berjalan. Bukan hanya kekuatan Tuhan yang kita minta dalam mejalani semua beban, tetapi Tuhan adalah ikut terbeban dan mau menanggungnya bersama-sama dengan kita.  Dengan demikian  perlu pencerahan dalam memahami beban, ubahlah pertanyaan dari ‘siapa yang salah atas semua ini’ menjadi  permohonan ‘ya Tuhan, lihat dan pandang lah kami’. Kata-kata ini beberapa kali muncul di dalam kitab Ratapan ini, yang mengajak dan memohon agar Tuhan ikut ambil bagian menjalani dan melepaskan beban berat ini.

3.       Meratapi Kegagalan – Menetapkan langkah ke depan.
Jika Tuhan tetap mengasihi , mengapa begitu pahit yang kami alami? Pertanyaan ini dijawab oleh Yeremia dalam ay 28-30: berdiam diri, meratapi kesalah adalah sangat penting untuk menyadari berbagai kesalahan. Mengabaikan kesalahan dan berbangga diri dalam setiap kejayaan sekalipun diatas landasan kesalahan adalah kebodohan. Janganlah berbangga hati jika Tuhan tidak memukul kita ketika kita salah. Namun kalau pun dipukul saat yang baik bagi kita untuk meratap mengerang kesakitan itu baik,  berdiam diri merenungkan semua beban yang menimpa, dan bahkan merebahkan diri pasrah atas segala apa yang terjadi.  Merebahkan diri, pasrah dan menyadari  diri tiada apa-apa dihadapan Tuhan merupakan proses menempa diri yang baru. Pembuangan bagi kitab ratapan merupakan proses penempaan umat yang baru. Ibarat proses daur ulang demikian umatnya ditempa kembali sebagai umat baru yang taat dan setia. 

Dengan pemahaman demikian terjawablah sudah di dalam kitab ratapan bahwa masa pembuangan adalah masa yang sangat penting untuk merenungkan kembalai pelanggaran. Ratapan bukan semata-mata menangis dan menyesali masala lalu tetapi memetik hikmah dibalik pengalaman pahit. Di dalam keterpurukan ini, kitab ratapan juga membawa pemahaman bahwa di dalam beban umatNya, Tuhan turut terbeban. Tuhan ada dan bersama-sama mereka di dalam pembuangan. Di dalam pembuangan mereka ditempa dan dijadikan sebagai umat baru.  Pembuangan bukanlah akhir dari perjalanan umatNya melainkan satu fase (masa) dalam sejarah yang panjang dimana kita tidak tahu kapan berakhirnya perjalanan ini.

Sabtu, 04 Oktober 2014

IDUL ADHA: MEMAKNAI ARTI BERQURBAN

IDUL ADHA: MEMAKNAI ARTI BERQURBAN
Pesan Bermakna Bagi Masyarakat Indonesia Dalam Berbagai Tikungan Politik
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Kesibukan saudara-saudara beragama Islam sudah jauh-jauh sebelum hari Idul Adha yang dirayakan hari ini. Mereka mencari kurban terbaik berupa ternak yang diijinkan agama seperti: Kambing, Lembu Sapi, Kerbau dan lain-lain sesuai dengan perintah Agama dan standar kesehatan melalui pemerintah. Kebutuhan religius demikian dimanfaatkan oleh banyak pedagang ternak untuk berlomba-lomba menawarkan jasa. Tidak heran jika pemandangan di lapangan, pinggir jalan dan berbagai tempat pun dipadati oleh ternak kurban dengan variasi harga yang ditentukan oleh pedagang ternak.

Idul Adha dirayakan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Menurut penjelasan Quraisy Sihab dalam tayangan Metro TV tadi pagi bahwa dalam tradisi Islam wajib hukumnya bagi warga muslim untuk memberikan kurban bagi fakir miskin. Mereka yang memperoleh rizki atau berkah wajib hukumnya memberikan kurban bagi mereka yang berkekurangan. Dalam perspektif Islam, Idul Adha ini berkaitan dengan puncak perayaan haji mengenang peristiwa Ibrahim mengurbankan anaknya atas perintah Allah. Itulah sebabnya hari raya kurban juga disebut dengan hari raya kurban.

Kewajiban agama untuk memberi kurban, bukanlah semata-mata memberikan daging bagi fakir namun memiliki makna yang terdalam yaitu merelakan penghasilan bahkan miliki kepunyaan diri sendiri untuk berbagi/dibagikan dengan orang lain. Mengorbankan kepentingan sendiri demi melihat kepentingan orang banyak.

Semangat makna berqurban di hari raya idul Adha atau Hari Raya Qurban ini adalah momentum berharga bagi Masyarakat Indonesia yang mayoritas masyarakat muslim. Budaya berkurban, mengurangi kepentingan diri dan mengedepankan kepentingan orang lain bahkan merelakan apa yang menjadi hak dan milik pribadi dapat disumbangsihkan bagi orang-orang yang membutuhkan. Makna seperti ini menjadi sangat berharga untuk diinternalisasikan bagi seluruh masyarakat yang pada minggu-minggu ini dalam suasana hiruk pikuk dan tikungan-tingan politik yang tajam di Senayan. Mengganti UU Pilkada menjadi lewat DPRD telah mengorbankan hak pilih rakyat. Zigzag politisi meraih kekuasaan di kursi DPR dan lain-lain merupakan pemandangan dan tontonan yang menonjolkan kepentingan diri dan kelompok. Makna semangat berqurban di Idul Adha ini adalah sumbangan yang sangat berharga dalam perayaan Idul Adha di tahun ini untuk rela berkorban, semakin peka melihat kebutuhan orang lain dan hormat serta menghargai hak-hak orang lain.

Semoga makna Idul Adha ini meresap bagi para politisi kita khususnya yang telah mengorbankan kepentingan rakyat demi mencapai kekuasaan dan pengaruh bagi diri sendiri. Sudah hampir dipastikan para politisi kita telah memberikan kurban di Idul Adha ini berupa ternak, karena pada umumnya politisi kita sangat religius dan secara formal melakukan perintah agama. Semoga bukan sekedar mengurbankan ternak atau memberi daging ternak untuk dibagi bagi fakir, tetapi menghidupi makna berqurban dengan merelakan apa yang menjadi hak pribadi dipersembahkan dan direlakan demi kepentingan rakyat. Jika ini terjadi maka agama benar-benar telah berfungsi mentransformasi kehidupan penganutnya.


KISAH SEDIH KEBUN ANGGUR; Benih Pilihan Berbuah Asam

KISAH SEDIH KEBUN ANGGUR: Benih Pilihan Berbuah Asam
Kotbah Minggu, 5 Okt 2014
Nats: Nekson M Simanjuntak


Pengantar
Mungkin kita pernah dengar atau baca kisah Malim Kundang, Sampuraga atau kisah si Mardan, cerita-cerita ini adalah kisah yang lupa akan budi baik orang tua, akhirnya kena kutuk. Dalam kejayaannya, mereka melupakan sejarahnya yang pahit hingga meyangkal kebenaran tentang sejarah hidupnya. Mereka malu mengakui ibunya sebagai ibu kandung karena miskin dan jorok, sementara dia telah berkilauan, kaya dan jaya. Ini contoh bentuk durhaka suatu cerita yang hidup yang beŕakhir tragedi menjadi legenda yang hidup di kalangan masyarakat. Sejajar dengan itu kita mengenal pula suatu ungkapan dalam masyarakat: "air susu dibalas dengan tuba". Kebaikan dibalaskan dengan kepahitan bahka kejahatan, Itulah tragedi kemanusiaan yang melupakan kebaikan bahkan meniadakannya dan membalaskannya dengan kejahatan. Kisah seperti ini menjadi legende dan palajaran di kalangan masyarakat sebagai pendidikan agar tidak terulang kisah yang sama, hormat terhadap orang tua, ingat pesan (poda) dan budi baik orang tua serta tetap rendah hati karena kebaikan sekarang adalah produk masa lalu.

Kisah Sedih Kebun Anggur
Kisah sedih semacam itu pula menjadi kotbah yang sangat menggugah hati dalam minggu ini. Yesaya mengutarakan kisah sedih itu dalam bentuk perumpamaan tentang kebun anggur dan pemiliknya. Kisah ini sangat menarik diungkapkan dan penuh haru dan hati yang miris. Lihatlah, pemilik kebun anggur meliliki tanah ysng sangat subur, sudah mempersiapkan benih pilihan, dia mencangkul dan mengolah lahannya dengan baik, mempersiapkan pondok, mendirikan menara penjaga, dan menggali lubang pengolahan anggur, merawat, merumput dan membuat pagar agar terlindung dari pengrusakan binatang buas. Pokoknya semua yang terbaik dilakukannya untuk kebun anggurnya dengan harapan menghasilkan buah anggur yang terbaik. Apa yang terjadi benih pilihan yang terbaik dengan pengolahan dan pemeliharaan yang terbaik berbuah asam. Ini suatu kepedihan, siasia rasanya berlelah, memberi hati dan perhatian yang panjang dan melelahkan. Apa yang terjadi, buah manis yang diharap, yang datang adalah buah masam.

Seandainya kita sebagai pemilik kebun apakah yang akan kita lakukan? Suatu pertanyaan yang membutuhkan jawaban dimana tak ada alasan untuk merawatnya lagi atau menunggu berlama-lama karena buah asam tetaplah asam tak mungkin manis. Langkah yang dilakukan pemilik kebun adalah membiarkannya terlantar atau dengan cepat untuk me-recycle (mendaur ulang) kebun anggurnya. Meninggalkannya dan membiarkan terlantar hingga tumbuh semak diri dan tanaman liar lainnya menghimpit dan membuat mati adalah pilihan yang tidak mungkin karena pemilik sangat sayang pada kebun anggurnya. Hal yang dilakukan adalah menata ulang pengolahannya dan mendaur ulang kebun anggur yang asam dan menanam ulang anggur, memilih benih pilihan , mengolah lagi seperti sejaķ awal. Langkah ini dilakukan karena pemilik kebun sangat sayang pada kebun anggurnya.

Kebun Anggur Adalah Umat Pilihan
Perumpamaan di atas adalah gambaran akan Allah terhadap umat pilihannya Israel. Allah telah memilih dan menetapkan mereka sebagai umat pilihan dan umat kesayanganNya. Allah menuntunnya keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan kokoh, membentuk mereka menjadi umat yang memiliki hukum dan tahu kebenaran dan kehendak Allah. Mereka telah ditetapkan mewarisi Tanah Kanaan, tanah yang subur dan makmur, penuh susu dan madu. Diangkatnya mereka menjadi bangsa yang besar di antara bangsa-bangsa dan segala kemasyurannya yang tiada terbandingi. Apa yang terjadi umat pilihan tidak berkarakter pilihan, mereka jatuh dan berbalik dari Tuhan, berhala, menindas dan tangan mereka berlumuran darah. Dari kepala hingga telapak kaki tak ada yang benar (1,6a). Dosa terstruktur dari raja, rakyat jelata dan gembala atau imam. Dosa umat sudah merah seperti kirmizi atau seperti kain kesumba (1,18). Mungkin sudah Ibarat Sodom dan Gomora yang sudah mesti ditunggangbalikkan oleh Tuhan, namun hanya karena masih ada sedikit orang yang percaya mereka itu tak dihukum seperti Sodom dan Gomora (1,9). Semuanya dosa2 itu dapat kita baca dalam pasal 1-4 dan pasal lainnya dlm kitab Yesaya. Kalau demikian halnya, tentu tinggal menunggu waktu penghukuman tiba. Isi hukuman itu telah diuraikan sebelum nats ini. Hukuman ini bentuk pendauran ulang untuk pemurnian awal. Inilah hukuman pembuangan yang akan dijatuhkan dalam penglihatan Yesaya. Tak ada jalan lain, buah asam dari umat Jehuda dan Yerusalem akan didaur ulang dalam pembuangan. Bagi Yesaya pembuangan adalah permunian umat yang diharapkan umat yang diperbaharui dengan buah yang manis.

Bagi Yesaya gambaran pemurnian ulang ini jelas sejak awal, bahwa pembuangan adalah hukuman atas buah yang asam, pendauran ulang mesti dilakukan untuk menantikan buah anggur yang baik dan manis. Menunggu kebun anggur yang asam berbuah manis adàlah sesuatu yang tidak mungkin dan siasia. Membiarkan terlantar, ditumbuhi semak belukar dan semak berduri atau langkah tukang kebun mengolah ulang kebun anggurnya dari awal merupakan satusatunya pilihan untuk mengharapkan buah anggur manis dan baik.

Beberapa Pendalaman:
1. TUHAN tak tinggal diam atas kebuan anggur yang asam.
Dalam kisah perumpamaan kebun anggur di atas memberikan suatu alasan bahwa Tuhan tidak tinggal diam dan membiarkan kebun anggurnya tetap memproduksikan buah asam. Dia akan bertindak. Kebun anggur Tuhan adalah Israel dan Yehuda, umat kesayangan Tuhan. Sebagai umat pilihanNya Tuhan menantikan keadilan namun mereka berbuahkan penindasan dan kelaliman, menantikan kebenaran namun hanya ada keonaran (ay 7).. inilah buah asam dari umat pilihan. Jika demikian adanya, sama seperti pemilik kebun anggur akan menata ulang kebonnya anggur agar menghasilakn buah yang manis. Demikian Tuhan dengan caranya sendiri akan memurnikan umat pilihanNya agar berbuahkan keadilan dan kebenaran.

2. Buahkanlah yang manis
Seperti tukang kebun mengharapkan buah yang manis, dengan memilih benih yang bagus, mengolah lahan, memelihara dan mempersiapkan segala sesuatu untuk agar kebun anggurnya berbuah manis. Sekalipun dia kecewa karena buah yang dihasilkan kebun anggurnya asam dan terpaksa harus melakukan pengolahan ulang kebun anggurnya untuk mengharapkan buah manis. Demikianlah Tuhan mengharapkan setiap pribadi lepas pribadi menghasilkan buah yang manis. Tuhan tidak menghendaki kita menjadi ranting pohon anggur yang menghasilkan buah yang asam karena kita telah dipilih dan ditetapkan untuk berbuah yang baik dan manis (Yoh 15,16). Kristus sendiri adalah pokok anggur dan kita carangnya, di dalam Kristus kita menghasilkan buah yang manis. Jangan kecewakan Tuhan dengan buah asam dari kehidupan kita.

3. Beri dirimu dibentuk dan diperbaiki.
Kita adalah manusia tidak sempurna, sering ungkapan ini dijadikan melegitimasi dirinya menjadi terbatas. Tidak sedikit menjadi pasrah dan permisif dan menerima dirinya kurang tanpa usaha yang maksimal untuk perubahan atau memperbaharui diri. Menyadari keterbatasan itu baik, karena memang kita manusia terbatas, namun dalam keterbatasan kita itu harus bersedia dirubah dan dibentuk untuk lebih baik. Allah mau bekerja dan turut bekerja untuk memperbaiki hidup agar lebih berbuahkan kebaikan. Seperti tukang kebun yang tidak menyukai anggur yang asam dan akan mengolah ulang kebun anggurnya serta berusaha menanam benih anggur yang baik agar hasilnya lebih baik. Demikianlah kebaikan dalam diri kita, sekalipuñ kebaikan belum berbuah, Allah turut bekerja agar hidup kita berbuahkan kebaikan tentu dengan syarat berkenan berubah dan bersedia diperbaharui oleh Allah.

Kamis, 02 Oktober 2014

PDT NEKSON M SIMANJUNTAK, MTh: Kegilaan Demokrasi Di Masa SBY

PDT NEKSON M SIMANJUNTAK, MTh: Kegilaan Demokrasi Di Masa SBY: Kegilaan Demokrasi Di Masa SBY oleh : Nekson M Simanjuntak Beta rittik artinya ayo gila.....itulah status teman FB yaitu pak Ramlo R Huta...

Kegilaan Demokrasi Di Masa SBY

Kegilaan Demokrasi Di Masa SBY
oleh : Nekson M Simanjuntak

Beta rittik artinya ayo gila.....itulah status teman FB yaitu pak Ramlo R Hutabarat seorang wartawan di sumut dan banyak menulis di koran lokal yg mengkritisi pemerintah di Sumut.

Saya tak habis pikir kok ngajak rittik bapak  ini, tak kukomnen memang, namun setelah sore kemarin betul2 ajakan itu sangat masuk akal. Kegilaan itu merupakan kata yang menunjukkan sungguh makin tak masuk akalnya langkah2 para DPR mengambil kekuasaan dan sikap Pemerintah SBY yang bermsin2 dengan UU Pilkada dan Perpu yang akan diajukannya. Satu presiden mengajukan RUU setalah disahkan mengajukan lagi untuk dibatalkan. Ini suatu kegilaan dlm sejarah demojrasi di Indonesia.

Ceritanya begini.
Pemerintah SBY yang mengajukan RUU Pilkada, oleh DPR mengambil kesempatan ini dengan mensahkannya menjadi pemilihan kepala daerah oleh DPRD tanggal 26 Sept, beberapa hari sebelum periode mereka berakhir di Senayan. Sebenarnya apapun ceritanya penyerahan RUU ini adalah ibarat memberikan palu bagi DPR dan mengambil hak pilih rakyat. Jadi tak usalah kita bicarakan sandiwara demokrat dengan SBY hal itu, yang all out or walkout apalagi dengan pernyataan prihatin dan akan adukan lewat hukum. Yang pasti penyerahan RUU ini adalah penyerahan hak pilih rakyat menjadi palu bagi DPRD.

Menurut ahlinya ditanda tangani atau tidak oleh Presiden, UU Pilkada yg sudah disahkan DPR akan berlaku dengan sendirinya oleh hukum. Apa yang terjadi Kamis, 2 Okt SBY tanda tangani UU Pilkada tak langsung ditandatangani juga dan saat yang sama SBY keluarkan PERPU (peraturan pengganti undang undang) untuk membatalkan apa yang ditandatanganinya. Mungkin benar itulah mekanisme hukumnya untuk membatalkan UU Pilkada, sambil menunggu gerakan dari berbagai lapisan masyarakat akan mengajukan Judicial Review ke MK seperti Perludem dan Kontras dan lapisan masyarakat lainnya.

Apa langkah SBY ini? Menurut saya benarlah pak Ramlo beta rittik, ayo gila...!. Kegilaan itu sungguh benar, kalau toh SBY pro pilihan langsung ada bebrrapa langkah yang bisa dilakukannya, 1. menarik RUU Pilkada pada saat pembahasan, namun tak dilakukan 2. Koalisi pemerintahan lewat setgab toh mayoritas pendukung pemerintah SBY jilid II, namun ini tak dilakukan juga 3 pada saat vooting penetapan RUU bisa intruksikan PD pro pilsung bukan malah walkout. Setelah disahkan, dia teken dan sekarang dia membatalkan apa yang dia teken, apakah ini bukan suatu kegilaan?

Mensahkan RUU Pilkada pada saat yang sama meneken PERPU membatalkan yang diteken yang akan diajukan ke DPR, yang belum tentu disetujui oleh DPR merupakan pekerjaan gila. Kalaupun ini gila karena hukum, yang meneken menjadi gila karena mensahkankan dan membatalkannya pada saat yang bersamaan. Inilah buah dari produk kebijakan sendiri. Dulu saya suka tanyangan Democrazy, kupikir ini cuma lawakan media yang menghibur rupaya menjadi suatu kenyataan yg gila bagi Indonesia. Sungguh #prihatin.com

Sebagai warga, saya masih berharap adalah langkah yang dilakukannoleh anak bangsa ini agar hak pilih rakyat dikembalikan kepada rakyat.

Selasa, 30 September 2014

SUMPAH JABATAN DAN HUTANG NYAWA PADA RAKYAT

Sumpah Jabatan dan Hutang Nyawa Pada Rakyat
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Hari ini, 1 Oktober 2014, bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila akan dilantik anggota DPR RI 20014-2019. Selengkapnya komposisi keanggotaan DPR periode 2014-2019 adalah PDIP beranggotaan 109 orang, FPG 91 anggota, Fraksi Gerindra 73 anggota, Fraksi PD 61 anggota dan Fraksi PAN 49 anggota. Fraksi PKB 47 anggota, Fraksi PKS 40 anggota dan PPP 39 anggota, Fraksi Partai Nasdem 35 anggota serta Fraksi Hanura 16 orang anggota.

Ada dua pesan berkaitan hari pelantikan in bertepatan pada Hari kesaktian Pancasila.
Pertama secara positip bahwa penyelenggara negara mengajak para anggota DPR yang dilantik mengenang kesaktian Pancasila yg di dalam perjalanan sejarah telah tertumpah darah anak bangsa untuk suatu kemerdekaan, kedaulatan dan martabat suatu bangsa. Momen ini penting dikenang oleh para dewan agar perjungangannya sebagai legislatif masih panjang bukanlah sebagai alat kekuasaan semata tetapi sebagai wakil rakyat yang meniliki wewenang legislasi, pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan negara agar tetap terarah pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Kedua, secara negatip, pelantikan ini telah mengabaikan suatu peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia dan mengubahnya menjadi acara celebration atau perayaan pesta para anggota dewan yg dilantik. Tentu usai pelantikan ini akan sibuk dengan pesta2 syukuran, dan tentu bertaburan bunga papan bunga ucapan selamat, sms dan cetak dokumen dari sana sini atau berbagai kesibukan lainnya yg berkaitan dgn syukuran atas pelantikan dan disahkannya memiliki kursi di Senayan. Sehingfa kesaktian pancasila sedikit terabaikan menjadi syukuran atas pencapaian diri sendiri memperoleh satu kursi di Senayan.

Plus minus penilaian masyarakat atas pelantikan anggota dewan ini tak dapat dipungkuri, ada yg berharap mereka duduk di senayan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, namun banyak pula yg sudah apatis bahkan berharap tak adà dewan. Hal ini terjadi karena pengalaman buruk para anggota legislatif periode 2009-2014 yang menetapkan UUD yg bernuansa dan berorientasi pencapaian kekuasaan, hal itu dibuktikan dengan UU MD3 dan UU Pilkada.

Bagi yang berharap tentu masih ada kesempatan, berangkat dari makna sumpah jabatan atau janji jabatan. Para anggota Dewan berharap memiliki komitment akan arti sumpah.

Sumpah adalah 1 pernyataan yg diucapkan secara resmi dng bersaksi kpd Tuhan atau kpd sesuatu yg dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dsb): perkataannya itu dikuatkan dng --; 2 pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar; 3 janji atau ikrar yg teguh (akan menunaikan sesuatu): seorang karateka harus menghayati -- dan pedoman karate; -- berselam air bersumpah dng masuk ke dl air untuk membuktikan salah tidaknya dsb; -- bohong sumpah palsu; -- celup sumpah celur; -- celur sumpah dng berani mencelupkan tangan ke dl minyak mendidih; -- jabatan sumpah yg diucapkan pd ketika mulai memangku jabatan; -- menyelam bersumpah (untuk membuktikan salah tidaknya dsb) dng masuk ke dl air; berselam air; -- minum air keris sumpah dng minum air keris (yg dianggap sakti); -- palsu ucapan atau keterangan seorang saksi ahli di bawah sumpah yg diikrarkan dl persidangan yg memuat keterangan tidak benar; -- pocong sumpah yg disertai tidur membujur ke utara menghadap kiblat (barat) di dl masjid dan berpakaian kain kafan (dipocong spt mayat); -- potong ayam sumpah dng menyembelih ayam (sbg adat bangsa Cina); -- satir sumpah setia; -- setia sumpah akan menyatakan tetap setia; (dikutip dari KBBI)

Dalam Alkitab, kita dilarang untuk bersumpah.
Matius 5:2, 34-37 Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Hal ini penting karena makna yang sangat dalam akan arti sumpah. Dalam kitab Perjanjian Lama tentang sumpah sebagai perjanjian atau tepatnya "memotong perjanjian" (kharat berith). Istilah ini dipakai ketika Allah dan Abraham mengadakan suatu perjanjian, dengan memotong kurban. Pada pihak Allah berjanji memberkati Abraham menjadi bangsa yang besar dengan memberikan keturunan baginya. Pada pihak Abraham menerima bahwa dia menjadi bapa leluhur orang percaya. Kurban sangat penting dalam perjanjian, bagi siapa yg tidak setia atau melanggar perjanjian maka darahhya akan tumpah seperti kurban dalam perjanjian. Inilah makna yg sangat dalam akan sebuah perjanjian. Perjanjian adalah hutang darah.

Jika kita sebut saat ini para anggota dewan menerima sumpah jabatan atan janji jabatan bagi yg beragama Kristen maka janji itu adalah hutang darah terhadap rakyat, karena telah berjanji dihadapan Allah untuk memenuhi dan melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati dan segenap jiwa. Pengingkaran akan janji ini adalah hutang nyawa terhadap rakyat yg diwakili. Kursi bukanlah untuk merebut kekuasaan dan hak rakyat tetapi memakai pengaruh dan kekuasan untuk mencapai kepentingan rakyat.

Selamat atas pelantikan DPR RI, sumpah jabatan /janji jabatan adalah hutang nyawa pada rakyat Indonesia

ORANG YANG MENCARI TUHA. AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU

 Kotbah Minggu Kantate, 28 April 2024 Ev. Mazmur 22:26-32 ORANG YANG MENCARI TUHAN AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU Selamat Hari Minggu! Sahabat yang...