Berdiam Diri di Hadapan Tuhan Allah!
Kotbah Minggu 16 Nopember 2014
Nats: Zefanya 1,7+12-18)
Kotbah Minggu 16 Nopember 2014
Nats: Zefanya 1,7+12-18)
Pendahuluan
Hanya dua konsekwensi pada hari Tuhan, yaitu: hukuman dan anugerah. Allah menghukum orang yang melakukan kekejian bagi Tuhan dalam hidupnya dan menganugerahkan kehidupan kekal bagi orang yang dikasihiNya. Dalam bahasa Ibrani Hari Tuhan dipakai adalah Hayom YHWH. Pada Perjanjian Lama khususnya kitab para nabi-nabi arti hayom YHWH merupakan hari penghukuman; Allah bertindak menghakimi setiap orang atas segala sikap dan perbuatannya (termasuk segala ciptaan). Istilah Hayom YHWH adalah wewenang Allah sendiri bertindak dan berbuat untuk menghakimi. Dalam kitab para nabi istilah hayom YHWH selalu berkaitan dengan peringatan kepada kemerosotan moral atau ketidak taatan terhadap TUHAN. Kemorosan moral yang terjadi di tengah-tengah bangsa diingatkan oleh para nabi agar berbalik, ketidak pedulian atas peringatan itu diperkeras dengan peringatan akan adanya hari Tuhan. Dalam kitab para nabi, hari Tuhan cenderung dipahami sebagai hari penghukuman, Allah bertindak dan melaksanakan hukuman atas segala kejahatan dan kekejian. Tidak ada yang bisa menghindar dari hari Tuhan. Dalam pemberitaan dan peringatan demikian biasanya nabi-nabi menganjurkan pertobatan. Agar umat berbalik dari kejahatannya, dan memohon pengampunan di hadapan Tuhan. Kalau kesempatan pertobatan tidak diindahkan maka Allah akan menghukum. Selah waktu peringatan dan hari Tuhan adalah menjadi kayros untuk memperbaiki diri.
Demikian halnya dengan kitab Zepanya ini, menurut keterangan 1:1 nabi Zefanya hidup pada masa reformasi Raja Yosia. Dalam reformasi Yosia satusatunya keselamatan bagi umat Israel adalah berbalik dan menaati hukum Tuhan (Lih 2 Raj 22:1 - 23:1 dst dan Band 2 Taw 35:16-19 dan ). Itulah sebabnya menurut para ahli PL kitab Ulangan adalah produk dari hasil reformasi Yosia untuk membentuk umat Israel menjadi umat yang taat kepada Tuhan dan memelihara hukum-hukumNya. Namun dalam isi kitab Zepanya ini kesempatan memperbaiki diri ini hanya tinggal waktu yang sangat sedikit. Bagi Zepanya hari Tuhan segera datang, dan sudah dekat sekali (ay 15). Hal ini menekankan untuk bersegera berubah sehingga di hari Tuhan umat memberoleh anugerah bukan hukuman.
Beberapa hal penting dari kotbah Minggu ini dapat kita kembangkan beberapa hal, yaitu:
a. Berdiam Diri di Hadapan Tuhan (Hohom maradophon Jahowa)
Dalam merespon Hari Tuhan ini sebagai penghukuman, Zefanya berpesan agar umat “berdiam diri di hadapan Allah” (ay 7) Berdiam diri dapat kita artikan dua hal: 1) berdiam diri mengingat dan memikirkan perbuatan sendiri sebagai refleksi atas apa yang telah manusia katakan dan lakukan terhadap diri, sesama dan lingkungannya. Dengan mengnal diri sendiri dan tindakan-tindakan sendiri yang sungguh jauh dari kehendak Tuhan mendorong umat untuk bersujud dan menyesali diri dan memohon pengampunanNya. 2) Berdiam diri bisa juga sebagai bentuk refleksi apa yang akan Tuhan jatuhkan atas manusia. Hari Tuhan sudah dekat dan hukumannya akan segera datang. Jika Tuhan bertindak tak ada jalan keluar, kengerian dan ratap akan menimpa diri dan umat. Karena jika hari Tuhan datang tak seorangpun yang dapat mengindar dari hukumNya. Mengingat kengerian itu semua Zefanya mengajak umat untuk berdiam diri dihadapan Allah. Berdiam diri ini juga bisa dalam bentuk doa syafaat, berpuasa, reatreat untuk memperoleh pencerahan diri apa yang dapat dilakukan karena hari Tuhan sudah dekat (ay 14).
Mungkin seperti sapaan BE 388:1
“So ma jolo jala pikir lao tu dia langkami.
Otiknai ma ho tarlombang dibaen hatangkangonmi.
Mulak ma tu Tuhan Jesus, Sipalua tondimi.
Ndang titulak ho na dangol boan nasa dosami.”
Berdiam diri di hadapan Allah adalah kesempatan untuk masing-masing pribadi untuk melakukan perenungan pribadi dihadapan Allah. Perenungan ini akan memperoleh pencerahan budi menyadari kesalahan dan dosa di hadapan Allah dn bergegas membenahi diri karena hari Tuhan akan datang.
b. Tindakan Tuhan (Uhum ni Debata)
Hari Tuhan yang digambarkan oleh para nabi-nabi PL sangat berkaitan dengan penghukuman. Misalnya dari Amos 5:18-20, Amos menerangkan bahwa Hari itu berarti penghakiman bagi Israel. Begitu juga Yes 2:12 dab; Yeh 13:5; Yl 1:15; 2:1,11; Zef 1:7,14; Za 14:1. Hari TUHAN ialah saatnya Yahweh secara aktif bertindak menghukum dosa yg sudah mencapai puncaknya. Hukuman ini bisa saja datang melalui penyerbuan (Am 5 dan 6; Yes 13; Yeh 13:5), atau melalui bencana alam, seperti serangan belalang (Yl 1 dan 2). Semua campur tangan yg lebih kecil mencapai kemuncaknya pada kedatangan Tuhan sendiri secara nyata. Pada Hari itu orang yg bertobat dan percaya akan diselamatkan (Yl 2:28-32), tapi orang yg tetap memusuhi Tuhan, biar Yahudi ataupun bukan, akan dihukum. Hari itu mempunyai akibat-akibat alarm juga terhadap alam semesta (Yes 2).
- Khusus dalam kitab Zefanya ini Hari Tuhan digambarkan menggeledah dengan obor (mandiori dohot sulu) mencari sampai dapat. Ibarat mengeledeh seorang buronan demikian Tuhan akan mengeledah perbuatan setiap orang dan tidak ada satupu yang luput dan tersembunyi. Semua ditemukan dan tidak ada yang dapat bersembunyi di hadapannya.
- Istilah kedua, penghukuman Tuhan diibaratkan sebagai korban jarahan, seperti tawanan perang semua miliki dijarah/dirampas. Ini adalah bentuk kengerian dalam hidup, karena apa yang dia kumpulkan dengan kerja dan usahanya sendiri tanpa alasan harus dirampas dari dirinya sendiri. Dirinya sendiri seperti tawanan yang tak dapat berbuat apa-apa.
- Hari Tuhan yang digambarkan oleh Zefanya dalam kotbah ini juga diibaratkan semacam kutuk; bekerja namun tak menikmati dan tak membuahkan hasil . Padahal umumnya theologi yang dipahami adalah kebahagiaan adalah ketika kita menikmati hasil dari pada jerih payah sendiri (Band. Maz 128:2). Hukuman bukan hanya dalam bentuk kehancuran namun adalah pekerjaan sia-sia; berlelah bekerja namun apa yang dikerjakannya tidak berdampak pada dirinya sendiri. Seperti seorang membangun rumah, namun tidak memasuki dan menikmati rumah yang dibangunnya atau seperti seorang tukang kebun anggur yang menanam dan mengelola kebun anggurnya namun tak menikmati anggur dari ladang yang dikerjakannya. Hal ini digambarkan oleh Hagai: “Kamu menabur banyak,tetapi mebawa pulang hasil sedikit..... dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang.” (1:6).
Ketiga bentuk hukuman yang digambarkan oleh Zefanya ini sangat penting untuk direfleksikan sebagai cermin. Memang kita percaya bahwa Tuhan tidak menuntut dan tidak membalaskan setimpal dengan apa yang kita perbuat. Dia panjang sabar dan penuh kasih setia. Namun jika kayros tidak dipergunakan untuk memperbaharui diri maka hukuman Tuhan itu akan menimpa. Hari Tuhan adalah pahit, kepahitrannya mendatangkan kesusahan bagi manusia. Pahlawan saja pun akan menangis! Kondisi ini mengajak kita untuk merenung, mungkin seperti Kotbah minggu lalu apakah bersiaga seperti perempuan-perempuan bodoh membawa pelita namun tak punya cadangan minyak. Orang yang berdiam diri dihadapan Tuhan sebagaimana dikehendaki oleh Zefanya adalah seperti perempuan yang bijaksana yang membawa pelita yang siap menyala dan menyediakan minyak agar pelitanya tak padam ketika hari Tuhan tiba.
c. Keadaan manusia di Hari Tuhan: sorak sorai atau ratapan (Managam di paruhuman: suraksurak manang anggukangguk)
Hanya dua konsekwensi di hari Tuhan: orang percaya di selamatkan namun yang tidak percaya akan dihukum. Seperti pada peristiwa ari bah manusia dimusnahkan dan Nuh mendapat kasih karunia. Bagi Zefanya hari Tuhan nampaknya adalah hukuman yang berdampak pada kesusahan, kengerian dan ratap tangis bagi manusia sebagaimana disebutkan pada ayat 15-18. Hal ini amat keras karena bagi Zefanya sudah menjelaskan bahwa; “Aku akan menyapu bersih segala-galanya dari atas muka bumi.” (1:2) Dalam menurut Zefanya tak seorang pun yang dapat selamat dari murka Tuhan.
Kritik Zepanya nampak juga bagi orang kaya, hal itu dihubungannya pada ayat 18: “mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas pada hari kegemasan Tuhan.” Mengapa Zefanya mengangkat ini tentu menentang roh materialisme yang ada dan pengaruh mammonisme. Roha materialisme dan cinta mamonisme adalah akar kejahatan (Band 1 Tim 6:10) karena untuk mengejar kekayaan orang dapat melakukan kejahatan dan kekejian bagi Tuhan. Mungkin dalam realitas sosial sudah masuk pada penyanjung kekayaan, kekayaannya dapat menyelamatkan dirinya. Bagi penyanjung materialisme dan mamonisme Zefanya bersuara bahwa di hari Tuhan mereka tidak dapat diselamatkan oleh seluruh harta dan kekayaannya.
Tidak ada yang dapat melepaskan manusia dari hukum Tuhan oleh emas dan peraknya.
Ilustrasi: Orang baik yang Terhambat di Pintu Sorga (Sahalak na tarambat masuk tu surgo)
Konon ada orang baik dihalau malaikat di pintu sorga, menghalaunya tidak bisa masuk. Orang baik ini pun protes bahwa dia sudah memperoleh jaminan keselamatan sesuai imannya. Malaikat tetap menghalaunya tidak boleh, lalu ditanya apa alasannya kenapa saya tidak boleh masuk? Malaikat pun menunjukkan berlian yang melekat di jarinya. Malaikat mengingatkan bahwa tak ada yang dapat dibawa dari bumi ke Sorga.
Orang baik ini pun berbalik dan berlari dengan kesalnya wa...gara-gara berlian ini saya tak bisa masuk sorga, maka dia pun membuka berliannya dan melemparkannya jauh-jauh. Setelah itu dia menjumpai malaikat di pintu Sorga dan memberikan apologi saya sudah membuangnya. Malaikat pun berkeras menghalaunya tidak bisa, orang baik itu pun menanyakan lagi pada malaikat, kenapa tak boleh masuk, apalagi yang kurang? Jawab malaikat: di sorga tidak bisa membuang sampah sembarangan....
Penutup:
Merosotnya moral di tengah-tengah masyarakat meruapakan suatu kritik yang tajam dari Zefanya. Sefanya sebagai seorang nabi ikut berperan dalam reformasi Yosia untuk melakukan pembaharuan bagi umat dengan mengembalikan peribadatan yang murni di hadapan Allah melalui pelaksanaan hukum dan kehendak Tuhan. Seruan pertobatan menurut Zefanya tidaklah cukup, tiulah sebabnya Zefanya mengangkat hari Tuhan segera datang untuk menekankan bahwa tidak ada lagi waktu untuk tidak memperbaiki diri karena hari penghukumannya teah hampir tiba. Ajakan Zefanya berdiam diri dalam bentuk refleksi pribadi untuk memperoleh pencerahan budi adalah kayros yang mesti digunakan agar di hari penghukumannya kita memperoleh kasih karunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar