Sabtu, 30 September 2023

TEKUN MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH

 Kotbah Minggu XVII Stlh Trinitatis

Minggu, 1 Oktober 2023

Ev: Yakobus 5:7-11




TEKUN MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH

(Tekun Seperti Petani, Sabar Seperti Ayub)


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mengajak kita untuk tekun dan sabar melakukan kehendak Allah sampai kedatangan Kristus. Ketekunan adalah bukti dari pada iman yang teruji. Roma 5:4 (TB)  dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 


Dalam kotbah ini Rasul Yakobus secara kongkrit memberikan dua contoh: tekun seperti petani dan sabar seperti Ayub. Tujuan rasul Yakobus menjelaskan ini adalah meyakinkan jemaat mula-mula agar sabar dan bertekun menghadapi penderitaan dan penganiayaan yang mereka alami. Hanya orang yang sabar dan bertekun memperoleh upah dan mahkota yang diharapkan. 


1. Memaknai Ketekunan

Nunut siraja ompuna! Suatu ungkapan orang Batak yang menjelaskan ketekunan menghantarkan orang menuju keberhasilan. Keberhasilan bukan oleh kepintaran namun oleh ketekunan. Dalam kisah-kisah inspiratif sangat banyak kita temukan kasus seperti ini. Ada orang yang pintar namun karena tidak tekun bekerja di tidak sampai kepada kesuksesan, karena sedikit ada hambatan langsung frustrasi dan patah semangat. Sebaliknya ada orang yang biasa-biasa namun karena tekun dia berhasil menekuni bidangnya. Ketekunan yang dimaksudkan dalam kotbah ini dapat juga kita terapkan dalam kehidupan kita. Dalam menghadapi masalah dan pergumulan, kesabaran dan ketekunan adalah kunci penting. 


Alkitab telah memberikan kesaksian bahwa Allah membentuk umatNya lewat ketekunan. Kisah Bapak Leluhur Abraham, Ishak dan Yakub. Demikian kisah perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan. Jika ditarik garis jarak Mesir ke Kanaan hanya sekitar 700-800 KM. Namun Tuhan membentuk Israel selama 40 tahun menyeberangkan mereka dari Mesir ke Kanaan, melewati kesulitan  melewati tantangan bahkan melewati ancaman kehidupan yang mematikan. Namun buah ketekunan itu menghasilkan kwalitas kehidupan yang teruji. 


Kotbah Minggu ini mengajak kita untuk bertekun. Berwtekun memiliki makna luas, bertekun dalam doa (Rom12:14, Kol 4:2; 1 Tes 5:19), bertekun dalam iman, bertekun melakukan kebaikan dan bertekun menantikan kedatangan Kristus. 


Sabar dan tekun dua kata kunci yang digunakan dalam kotbah ini. Sabar terjemahan dari Yunani adalah makrothumesate (Ay 7 dan 8). Mangondolhon adong hasabamon ni roha paimahon, songon pangila na manghirim tingki gotilon. Pandohan na paduahon ima "tekun" dalam bahasa Yunani disebut Hupmone (ay.11). Hupomone artinya sabar, tabah dan tahan uji menjalani suatu proses. Kata hupomone bisa menekankan ketekunan dalam menjalani tahapan atau suatu proses. 


Ada istilah bahwa sabar itu ada batasnya, tapi bagi setiap orang percaya kesabaran kita haruslah tidak ada batasnya sebab kesabaran dalam menanggung ujian-ujian iman itu haruslah sedemikian rupa tak terbatas sehingga iman kita tidak akan luntur karena penganiayaan atau penderitaan.

Ketabahan dalam menjalani ujian dibuktikan dengan sikap penerimaan dan berserah serta pengandalan akan Tuhan.  Ketabahan juga termanifestasikan dalam sikap mengampuni.  Meskipun dianiaya atau menderita karena perbuatan jahat orang lain, kita harus selalu mengampuni dan mengampuni terus menerus. 


Sebagaimana dikutim dari Roma 5:4 Ketekunan menghasilkan tahan uji. Tidak ada orang yang meraih kesuksesan tanpa menjalani tahapan demi tahapan, ujian demi ujian. Ketekunan merupakan bentukan dari proses menjadi. Ibarat suatu pekerjaan melakukan secara terus menerus dan pada akhirnya dapat menyelesaikan sampai akhir  


2. Sabar seperti Petani; 

Untuk memudahkan kita memahami ketekunan, rasul Yakobus memberikan contoh seperti petani. Petani dalam hidupnya memiliki perjalanan panjang menuju hasil. Proses awal dari pemilihan bibit, pengolahan lahan, pemeliharaan dan perawatan dari berbagai hama hingga menuju panen. Dalam istilah management start well, proses well dan finishing well. Seorang petani harus sabar menjalani semua proses ini dan dengan penuh pengharapan bahwa waktu akan tiba untuk panen. Harvest time adalah kebahagiaan seotang petani, dimana mereka menikmati hasil panennya. Panen tidak sendirinya tiba jika tidak dimulai dari awal yang baik dan kesiapsesdiaan memelihara pertumbuhan tanamannya sehingga semua itu dapat berjalan dengan baim dan menikmati hasil. 

Yakobus 5:7 (TB)  Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.


Kesabaran membuahkan hasil yang baik. Sebaliknya jika seorang petani tidak sabar, tidak memelihara pertumbuhan tanamannya dan merawatnya dari segala hama makan hasil panen pu  tidak akan sepeti yg diharapkan bahkan kerugian besar dan berlelah namun hasilnya sia-sia.


Rasul Paulus melengkapi ketekunan ini dalam.syrat ke Timotius, ketekunan itu seperti:  seorang prajurit, olahragawan dan petani.


2 Timotius 2:3-6 (TB)  Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. 

Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.

Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. 


Seorang prajurit pastilah tekun berlatih sebelum terjun ke medan perang, tabah menghadapi latihan untuk menjadi prajurit yang kuat dan tangguh. Demikian dengan olahragawan, selain latihan dia harus tekun berjuang samoai meraih mahkota kemenangan dan seperti petani melakukan proses dan tahapan-tahapan dilaluinya sampak panen tiba. 


3. Bertekun seperti Ayub;  

Kitab Ayub menjadi buku yang sangat inspiratif bagi setiap.pembacanya. Tokoh Ayub menjadi contoh dan teladan bagi orang percaya agar bertekun dalam hidup ini. Ayub seorang yang saleh, akrab bergaul dengan Tuhan dan dia tudak melakukan apa ya g jahat di mata Tuhan. Hidupnya diberkati, namun musibah pun datang, ibarat ujian yang menguji kesabaran dan ketabahan. Belajar dari hidup Ayub, seberat apapun beban hidup yang kita alami jika dijalani dengan kesetiaan dan ketekunan akan memperoleh hasil yang manis. 


Ayub orang yang setia kepada Tuhan, namun dalam pencobaan yang dialaminya seluruh miliknya telah diambil darinya; harta, ternak dan anak-anaknya pun meninggal. Ayub sendiri mengalami penyakit yang sangat parah kaulitnya membusuk hingga tidak boleh kain untuk melapisi tubuhnya. Bukan hanya itu para sahabatnya pun nampaknya menekan Ayub dan tekanan bahwa penderitaan yg dialaminya adalah buah dari perbuatannya sendiri. Hal paling menyedihkan  isterinya sendiri bahkan telah menjauh darinya bahkan menyesali diri karena nampaknya tidak ada manfaat untuk setia pada Tuhan. Namun apapun penilaian sahabatnya dan bagaimanapun rasa kesal isterinya dan orang-orang terdekat pada Ayub, Ayub tetap bertekun. 

Yakobus 5:11 (TB)  Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.  


Ayub yang bertekun, setia menjalani penderitaan dan hasilnta dia memperoleh anugerah yang besar. Allah menganugerahkab dua kali lipat dari apa yang dimilikinya sebelumnya. Ketahanan Ayub menghadapi tantangan dan hidup terus dalam ketekunan menjadi buah yang sangat indah. Ayub memperoleh lebih dari apa yang dimilikinya. 


Dua contoh yang diberikan oleh rasul Yakobus ini memberikan semangat bagi gereja mula-mula dalam menghadapi penderitaan. Kotbah ini  menjadi semangat dan sumber inspirasi bagi kita agar sabar dan bertekun menghadapi tantangan dalam kehidupan ini yang penuh tantangan, baik disebabkan oleh diri sendiri maupun oleh berbagai tantangan dari luar diri kita sendiri. 


Mari jalani semua itu dengan penuh kesabaran seperti seoran petani dan bertekun seperti Ayub. Menahan semua beban di dalam penuh keyakinan Tuhan akan menoloh dan waktunya akan tiba pergumulan dan beban ini berganti menjadi manis.


Tuhan memberkati, mari bertekun melakukan  kehendak Allah sampai kedatangan Kristus. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 23 September 2023

TUHAN MEMULIHKAN KEHIDUPAN UMATNYA

 Kotbah Minggu XVI Stlh Trinitatis

Minggu 24 September 2023

Ev.: Kejadian 8:15-22



ALLAH MEMULIHKAN KEHIDUPAN UMATNYA


Selamat Hati Minggu! Pada Minggu ini diagendakan sebagai Minggu Ekologi, minggu yang mengingatkan tugas dan tanggung jawab manusia terhadap alam dan lingkungan hidup. Setelah Allah menciptakan manusia , Allah memberkati mereka dan memberikan amanah untuk menahlukan bumi, merawat dan melestarikannya. Namun apa yang terjadi, manusia jatuh ke dalam dosa. 


Kejatuhan manusia dalam dosa merusak hubungan manusia fengan Allah, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam. Allah mendatangkan hukum: Adam dan Hawa diusir dari taman Eden. Pengasingan demikian tak membuat manusia berhenti berdosa namun dosa terus berkecamuk hingga Allah menetapkan jntuk menghukum manusia dengan mendatangkan air Bah. 


Kejadian 6:5-6 (TB) Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,

maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. 


1. Dosa telah membuat Tuhan menyesal menciptakan manusia.


Datangnya air bah disebabkan dosa manusia. Dosa manusia yang telah merusak segalanya, merusak hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam. Dosa memutar balikkan arti ciotaan, jika pada kisah penciptaan Allah melihatnaoa yang diciprakannya baik adanya, dosa telah merusak segalanya. Alkita menggunakan istilah yang sangat jarang digunakan: "Allah menyesal". Allah yang Maha Tahu, Maha Kuasa, Maha segala-galanya menyesal karena dosa.


"Allah menyesal" suatu kalimat yang sangat jarang ditemukan dalam Alkitab. Hanya satu kali dalam kitab Kejadian (6:6) dan 3 kali dalam kitab nabi-nabi (Yeremia 18:10; Amos 7:3 dan 6). Konteksnya adalah Allah menyesal karena telah merencanakan hukuman bagi manusia. Hukuman itu karena dosa yang sudah keterlaluan. Dalam Kejadian 6 bahwa dosa telah merajalela, manusia memproduksikan dosa dan di dalam hatinya hanya kejahatan. Maka Tuhan menghukum manusia dan penghuni bumi. Hanya Nuh dan keluarganya yang mendapat kasih karunia. Itu pun sudah mendapat tantangan dari masyarakat karena Nuh membuat perahu. Bagi yang binasa pekerjaan Nuh adalah sesuatu yang tak lazim, namun Nuh sebagai orang saleh dan berpegang pada perintah Tuhan tetap membuat bahtera sesuai perintahNya. Oleh perahu Nuh dan keluarganya selamat.


2. Persembahan Nuh

Jika oleh Dosa, Allah telah mendatangkan murka, maka oleh persembahan yang harum dari Nuh berjanji tidak mendatangkan hukuman kepada manusia lewat air bah. Persembahan Nuh disukai Tuhan. Hal ini mengingatkan kita bahwa hal yang dikehendaki Tuhan dari manusia adalah Persembahan. Persembahan bukan hanya kurban ternak atau kurban bakaran di hadapan Allah namun persembahan dengan arti luas mempersembahan hidup ini untuk pelayanan dan kemuliaan Tuhan. (Baca Rom 12:1)


Persembahan Nuh telah membuat keputusan penting dalam keputusan Tuhan tentang jaminana keselamatan manusia dan penghuni bumi. Setelah Nuh keluar dari bahtera hal pertama dilakukan oleh Nuh membangun altar persembahan, beribadah dan membakar korban persembahan bagi Tuhan. Atas korban yang harum itu Allah membuat suatu keputusan penting ditandai dengan bujur Tuhan bahwa tak akan mendatangkan air bah untuk menghukum manusia dan penghuni bumi ini. Bahkan ada kalimat penting, sekalipun hatinya jahat sejak kecil namun Tuhan tidak membinasakan mereka.


Namun tidaklah boleh disalah artikan, bahwa Allah membiarkan manusia berhati jahat? Sama sekali tidak. Penghukuman seperti masa air bah tidak akan pernah lagi. Tuhan panjang sabar dan penuh kasih karunia, tidak dibalaskannya setimpal dengan apa yang kita perbuat. Sekalipun kasihNya tidak terukur namun tetap menghukum kejahatan dan puncak hukuman itu adalah pada penghakiman kelak. Manusia berdiri dihadapan Allah mempertanggungjawabkan hidupnya. Tuhan tidak menghendaki dosa. Upah dosa adalah maut. Namun Allah sendiri telah menggantikan hukuman itu dengan kasih karunia. Yesus telah mati di kayu salib untuk menggantikan kita manusia berdosa. Sesungguhnya dosa kitalah yang ditanggungnya sehingga kita dibenarkan dan beroleh kasih karunia di hadapan Allah.


Apa yang menarik dari renungan ini? Sungguh besar peran orang yang mendapat kasih karunia. Tuhan berkenan atas kurban Nuh. Tuhan menetapkan tak akan mengutuk bumi dan membinasakan manusia seperti hukuman air bah. Demikian halnya dengan Abraham, ketika Tuhan hendak menjatuhkan hukuman terhadap Sodom dan Gomora, seolah ada tawar menawar Abraham dengan Tuhan sebelum menjatuhkan hukuman. Namun hal Sodom dan Gomora tak terelakkan lagi. Orang benar dan yang mendapat kasih karunia dari Tuhan sangat berperan menjadi berkat bagi sesama dan bagi dunia ini. Marilah menyampaikan doa syafaat untuk kebaikan bangsa dan negara kita. Mari kita menyampaikan permohonan dihadapan Tuhan untuk kesatuan dan persatuan bangsa kita agar Tuhan tidak mendatangkan murkanya atas perilaku dan perbuatan segelintir orang yang merusak kedamaian dan ketenteraman kita. Mari naikkan doa syafaat sebagaimana Nuh dan Abraham agar Tuhan melunakkan hatinya untuk tidak mendatangkan hukuman bagi bangsa kita.


Mari pula kita berdoa untuk mereka yang selalu menyebarkan kebencian agar diubah menjadi berhati damai. Tuhan tidak membinasakan manusia lagi di bumi oleh air bah, namun angkara murka manusia yang membuat orang dan pembunuhan sadis adalah buah dosa dan kejahatan. Inilah tugas agama yang menggarami dan menerangi setiap hati manusia yang berkewajiban mendatangkan kedamaian.


3. Janji Allah:


Kejadian 8:21 (TB) Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. 


3.1. Kita pasti ingat janji Tuhan pada Nuh bahwa Tuhan tidak mendatangkan air bah lagi untuk menghukum manusia. Sebagai tanda perjanjian itu, Tuhan menempatkan busurNya yang lazim kita sebut dengan pelangi. Busur adalah panah, yang digunakan untuk perang. Jika Tuhan menempatkan busurNya itu berarti Tuhan menghentikan perang menghentikan penghukuman atas umat manusia melalui air bah. Tuhan akan menata ciptaanNya dengan kasih berkat dan kasih karunia lewat Nuh dan keturunanNya.


Selain busur, janji Tuhan terhadap Nuh dan keluarganya adalah bahwa Tuhan akan memberkati Nuh sama seperti berkat yang diberikan kepada Adam: memberkati dan memberikan mandat untuk mengelola alam. Tuhan akan memelihara hidup Nuh dan keluarganya, Tuhan akan memberkati tanah yang akan diolah dan menghasilkan tuaian yang besar. Nuh adalah pengelola kebun anggur yang diberkati dan penuh kelimpahan. Janji Tuhan tentang pemeliharaan hidup Nuh dan anak cucunya diberi dengan statement yang pasti, dikatakan: "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."


3.2. Tak henti-hentinya musim nenanam dan menuai. 

Seorang petani pasti akan tahu, jika menanam padi pasti hasilnya padi, kacang akan menuai kacang, mananam jagung memanen jagung. Apa yang ditanam itulah yang dituai. 


Hukum tabur-tuai adalah hukum alamiah yang dipahami oleh setiap orang. Namun harus kita pahami bahwa tabur tuai itu bukanlah hukum alam semata tanpa campur tangan Tuhan, tabur tuai adalah jaminan pemeliharaan Tuhan paskah air bah. Jaman Adam di taman Eden, manusia tinggal menikmati apa yang Tuhan berikan. Namun setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat kita harus bekerja dan berlelah mencari nafkah. Dalam kelelahan kita itulah ada janji pemeliharaan Tuhan atas umat manusia yaitu jaminan bahwa selagi bumi masih ada tak henti-hentinya menanam dan menuai.


Janji pemeliharaan Tuhan ini menjadi motivasi dan semangat bagi kita untuk bekerja, karena Tuhan akan memberkati apa yang kita kerjakan. Tuhan telah mengatur musim sedemikian rupa untuk menopang kehidupan kita. Marilah dengan giat bekerja, dan mendoakan pekerjaan kita agar menikmati hasil dari pekerjaan seturut dengan pemberian Tuhan. Jangan mengeluh jika musim panas tiba, sabar dan tabahlah mengikuti rencana Tuhan waktunya akan datang musim dingin. Jangan berkeluh jika musim kemarau, tapi pelajarilah apa yang dapat kita kerjakan di musim kemarau, waktunya akan tiba untuk musim penghujan. Tuhan perencana ulung dalam hidup ini, Dia penata dan pengatur yang maha baik.


4. Tanggung jawab kita kini


Dengan ancaman yang sangat serius, kerusakan alam dan perubahan iklim pada minggu Ekologi ini kita diajak untuk merenungkan sikap manusia terhadap alam. Dapat kah manusi menghentikan gaya hiduo yang merusak alam? Bisa kah kita berdampingan dengan ciotaan lain tanpa harus merusak dan menhorbankan mereka?  


Dalam minggu ekoogi ini kita diajak untuk merenungkan pula, masih adakah yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan alam dan memperlambat pemanasan global?


Berbagai ahli menganjurkan agar kita bisa bisa hidup di bumi yang sudah rusak dan ancaman serius daei dampak pemanasan hlobal, manusia harus hidup ramah lingkungan, menanam pohon dan perubahan tatanan dunia baru. Penggunaan energy yang tidak terbarukan (fosil) kepada energy yang terbarukan dengan tehnologi yang ramah lingkungan, mengurangi penggunaan bahan-bahan plastik, semakin hemat dalam menghasilkan sampah dan semakin produktif menghasilkan hang baik bagi alam dan lingkungan.


Sahabat yang baik hati, selamat merayakan minggu ekologi bagi kita semua. Tuhan memberkati. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Minggu, 17 September 2023

KRISTUS JALAN PENDAMAIAN

 FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi

Senin, 18 September 2023


KRISTUS JALAN PENDAMAIAN


Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan


Roma 3:25 (TB)  Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 


Romans 3:25 (UKJV)  Whom God has set forth to be a propitiation through faith in his blood, to declare his righteousness for the remission of sins that are past, through the forbearance of God; 


Perjanjian biasanya dilakukan oleh dua pihak, sepakat untuk melakukan sesuatu dan menerima konsekwensi. Dalam berbagai perjanjian bisa dsri hutang harta hingga hutang nya, makanya janji itu berat dan janji itu harus ditepati, jika tidak ditepai itu akan diperhitungkan sebagai hutang yangbharus dibanyar. Saya kurang tahu diantara kita yang membaca renungan ini masih ada janji yang belum dipenuhi? Moga sudah tuntas dan tak ada hutang.


Alkitab berisi perjanjian, namanya saja sudah kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Isi Alkitab adalah janji keselamatan. Allah mengikat perjanjian kepada ciptaanNya, hambaNya, UmatNya dan umat tebusanNya. Dalam bahasa Ibrani, perjanjian ini disebut dengan 'Karath Berith'. Istilah ini menjelaskan dua pihak yang berjanji dengan memotong ternak, ternaknya dibagi dua dan memiliki bagian yang sama. Dalam memotong perjanjian itu mereka sepekat jika salag seorang melanggar perjanjian maka mereka akan mati, darahnya akan tertumpah seperti darah ternak yang tertumpah saat mengikat perjanjian.


Istilah 'Karath Berith' inilah dipakai Alktab menjelaskan perjanjian Allah dengan manusia. Allah tetap setia pada janjiNya, manusialah gagal memenuhi tetapi melanggar janji dan jatuh dalam dalam dosa. Upah dosa adalah maut, Allah tidak suka melihat pelanggaran dan dosa, namun Tuhan tidak membinasakan kita. Allah menentukan Yesus Kristus sebagai jalan pendamaian. Yesus sendirilah yang mati dan menumpahkan darahnya untuk tebusan dosa dan pelanggaran kita. Dari segi perjanjian manusia yang melanggar janji itulah yang harus mati, namun Allah tidak membiarkan binasa, Allah tidak terus menuntut tetapi Allah mendamaikan dirinya dengan manusia melalaui Yesus Kristus. Itulah yang disebutkan Paulus dalam ayat ini sebagai jalan pendamaian. 


Sahabat yang baik hati! Inilah ajaran yang luat biasa dari kekristenan. Allag yang maha kasih tetap setia pada  janjiNya. Tuhan tidak membiarkan manusia oleh pelanggarannya binasa, justru karena kasihNya yang besar Allah sendiri yang berinisiatif menentukan jalan pendamaian untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan.


Kristus sebagai pendamaian memberikan penjelasan yang mendalam bagi kita bagaimana Yesus memenuhi hukum Taurat. Hukum Taurat menuntut manusia untuk memenuhi pertantah Allah dan kenyataannya tak seorang pun dapat memenuhi tuntutan hukum Taurat. Allah sendiri didalam Yesus Kristus memenuhinya, manusia yang seharusnya matinoleh pelanggaran namun Kristus yang mati di kayu salib sebagai korban pendamaian. Dengan peristiswa ini Allah mendamaikan dirinya dengan menerima manusia berdosa dibenarkan, bukan karena perbuatannya tetapi oleh pembenaran Allah. 


Marilah kita syukuri keselamatan yang Tuhan tetapkan bagi kita, sehingga kita boleh diperdamaiakan. Semua kita harus memaknai hidup yang didamaikan oleh Allah dengan menghadirkan damai sejahtera dalam kehidupan sehari-hari kita. Amin


Salam: NMS





Sabtu, 16 September 2023

JANGAN MENGHAKIMI

 Kotbah Minggu XV Stlh Trinitatis

Minggu, 17 September 2023

Ev. 1 Korint 4:1-5



JANGAN MENGHAKIMI


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, salah satu sifat manusiawi kita adalah menilai orang lain dari kaca mata kita sendiri. Baik itu mengenai pribadi seseorang atau mengenai hasil dari pekerjaannya. Setiap orang pasti tidak bisa menghindarinya, karena apa yang dilihat, didengar dan dirasakan selalu ada dorongan seseorang untuk menilai atau mengatakan sesuatu terhadap orang lain. 

Apakah menilai itu salah? Sama sekali tidak, tetapi yang menjadi masalah adalah kita tidak menyadari bahwa penilaian kita itu adalah subyektif dan telah menghakimi orang lain. Apa yang kita nilai adalah salah satu pendapat atau persepsi, bukan satu-satunya yang benar. Coba bayangkan apa jadinya jika seorang yang sudah sentimen dan sinis terhadap orang lain, sebaik apapun pekerjaannya akan selalu buruk dihatinya. 


Jangan menghakimi merupakan nasihat yang sangat keras dari Paulus ke jemaat Korintus yang perlu kita kembangkan terus dalam kehidupan pribadi dan bergereja kita. Gereja Korintu pada saat itu sedang dilanda fanatisme kelompok dan diambang perpecahan. Mereka terbagi-bagi menurut pemberi Injil yang mereka sukai; ada kelompok Apollos, Kefas, Paulus dan Kristus. Pastilah mwreka mengagungkan pengi jil.pavorit merwka dan mencari kelemahan dan men mencela kelompok lain. dalam konteks demikianlah Paulus hadir untuk menyatukan jemaat Korintus. Salah satu hal penting adalah hentikan mencela dan menghakimi karena pemberita Injil yang datang ke Korintus adalah orang pilihan, yang dipercayai Allah untuk melakukan tugas pelayanan. Kepada merekalah diberitakan rahasian Allah, yaitu Injil Keselamatan. 


Untuk lebih mendalami kotbah ini baiklah kita ambil beberapa pelajaran:


1. Jangan menghakimi: dapat dipercaya.


1 Korintus 4:1-2 (TB) Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.

Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.


Salah satu pekerjaan yang paling sulit saat ini adalah mencari orang yang dapat dipercaya. Apalagi tugas yang diemban itu dalah tugas yang strategis dan menentukan. Pernyataan ini sangat diterima karena tidak mudah memberikan kepercayaan pada seseorang. Jika kita urai tentu banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memberikan kepercayaan pada seseorang; dikenal baik, jujur, setia, bertanggung jawab dan dianggap mampu mengemban tugas tersebut.


Jika kita sudah menemukan orang yang anggap tepat untuk dipercaya, maka persoalan belum selesai. Penghambat utama memberikan kepercayaan kepada seseorang adalah curiga. Mula-mula ragu, kemudian curiga dan kecurigaan menghasilkan penilaian. Curiga ini adalah asumsi negatif dalam diri seseorang. Jika curiga dalam bentuk praduga masih mudah diobati, namun curiga yang cepat menghakimi merupakan kesalahan yang sungguh fatal.


Saya jadi ingat cerita kura-kura yang hendak pergi jalan menikmati liburan mereka. Mereka sepakat setiap kura-kura membawa apa yang bisa.mereka bawa. Kura-kura pertama membawa makanan yang enak dan lezat untuk dinikmati bersama. Kura-kura kedua membawa tikar dan tenda yang hendak digunakan. Kura-kura ketiga tidak membawa apa-apa, walau pun demikian mereka sepakat dan berjalan. Belum lama mereka jalan mendung pun tiba, mumpung masih belum jauh mereka sepakat agar ada yang membawa payung. Maka tugas mengambil payung diberikan kepada kura-kura ketiga. Dia pun meyanggupinya dan pergi. Jam pun berlalu kura-kura ketiga belum datang, tunggu demi tunggu sampai sore dan hari hampir malam kura-kura ketiga tak kunjung bawa payung. Tahu kah anda yang dikerjakan kura-kura ketiga: bukan pergi mengambil payung, namun bersembunyi di balik semak mengamati apakah kura-kura menikmati makanan yang dibawa dan tak menyisakan buatnya? Curiga membuat mereka sengsara dan tak jadi menikmati liburan.


Pelayanan adalah hal kepercayaan. Tuhan telah mempercayakan tugas pelayanan kepada rasul untuk memberitakan rahasia Allah. Mereka melakukan tugas tersebut dengan penuh tanggungjawab. Namun dalam pelayanan yang mereka lakukan selalu ada hambatan: kucurigaan bahkan dihakimi dengan pikiran yang macam-macam. Hal ini dialami oleh Paulus di Korint, jemaat Korint yang dirundung masalah perpecahan sangat dekat dengan menghakimi sesama. Mengangap diri benar yang lain salah, mengganggap diri pintar dan berhikmat yang lain bodoh dan berbagai penilaian yang menyesatkan sesama. Termasuk kepada Paulus. Paulus dinilai bukan rasul, karena bukan salah satu dari kedua belas murid. 


Paulus menegaskan bahwa tugas-tugas yang diterimanya adalah langsung dari Yesus Kristus. Ini sebagai bukti bahwa Allah mempercayakan tugas pelayanan itu dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab sebagai hamba Tuhan yang dipercaya. 


2. Jangan menghakimi, Tuhanlah hakim yang benar


1 Korintus 4:4 (TB) Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan


Siapakah kita sehingga kita menjadi hakim terhadap sesama? Perintah utama bagi orang percaya adalah mengasihi (Bac Yohanes 13:14), jadi orang percaya bukanlah hakim terhadap sesama tetapi sahabat yang mengasihi. Allahlah yang menjadi hakim atas setuap orang.


Bagaimana kita menerjemahkan tugas mengasihi ini, dalam 2 Timotius 3:16 Firman Tuhan menjadi dasar bagi kita untuk menegor, menasihati, memperbaiki kesalahan dan menggembalakan namun menghakimi adalah hak Allah sendiri.


Jangan menghakimi, merupakan perintah keras dari Alkitab. Apa jadinya kalau penghakimannya salah seseorang disalahkankan karena fitnah. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan demikian ungkapan orang Melayu. Ungkapan ini bukanlah sekedari hiperbola, ungkapan yang meelebih-lebihkan itu benar adanya karena dengan fitnah seseorang telah melakukan pembunuhan karakter bagi orang lain. Padahal apa yang dituduhkan belum tentu benar, tetapi telah terlebih dahulu menjudge atau menghakimi tanpa dasar yang kuat. Sakit memang dan sulit disembuhkan.luka korban fitnah. Menyebar fitnah sama seperti ibarat menebarkan kapas dalam karung, dia akan terbang kemana-mana dan tak akan bisa dikumpulkan kembali. Fitnah yang keluar dari mulut juga demikian, kata-kata yang terucap tak akan dapat dikembalikan. Sekalipun ada klarifikasi namun kata-kata yang keluar dari mulut tak akan ditarik kembali, jika pun ada klarifikasi tak semua orang dapat memahaminya atau mengetahuinya malah justru semakin tercipta opini lain yang menyesatkan. 


Alkitab mengajarkan kepada orang Kristen agar jangan menghakimi. Penghakiman adalah milik Tuhan. Jika pun manusia dapat mengetahui sesuatu, namun harus kita akui pikiran kita terbatas, persepsi kita hanyalah salah satu dari persepsi dari sekian banyak persepsi yang bisa muncul dalam menilai suatu permasalahan. Jika ada sesama kita yang salah, menurut hukum pastoral dalam Matius 18:15, dekati dan ingatkan bukan menghakiminya. Siapakah kita sehingga kita menghakimi sesama kita? Penghakiman adalah milik Tuhan dan Yesuslah menjadi hakim yang agung bagi setiap ciptaanNya.


Berikut ini beberapa perrimbangan penting yang kita temukan mengapa Alkitab melarang kita menghakimi sesama: 

- Pertama: apa yang kita lihat belum tentu itu suatu kebenaran, apa yang kita saksikan adalah produk dari berbagai peristiwa dan kejadian yang sulit kita ketahui kebenarannya. Jadi secuil fakta yang ditafsirkan dari suatu persepsi tak dapat kita jadikan sebagai dasar untuk menghakimi orang lain. 


Kedua, seseorang menghakimi biasanya menganggap diri lebih benar dan memiliki kebenaran. Tanpa mempertimbangkan kebenaran orang lain. Kekristenan adalah ajaran yang terbuka, setiap orang harus diberi kesempatan yang sama untuk menjelaskan duduk persoalan suatu perkara atau masalah. Dan diberi kebebasan untuk menguji sesuatu dan memegang apa yang baik.1 Tesalonika 5:21 (TB) Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 


- Ketiga, manusia memiliki keterbatasan dalam mengetahui, mempertimbangkan dan memutuskan apa yang setimpal kepada kesalahan orang lain. Maka tugas kita bukanlah menghakiminya atau memberi ganjaran atas kesalahannya. Tugas orang percaya adalah mendorong seseorang mengakui kesalahannya dan memohon oengampuanan dari Tuhan. Tugas kita mengarahkan dan memberikan nasihat dari Firman sebagai petunjuk hidup baru agar bertobat dan mau melakukan kehendak Allah. Hal ganjaran yang harus diterima oleh orang bersalah, Tuhan telah memberikan wewenang kepada pemerintah dan aparatusnya untuk memproses hukum yang setimpal (Band Ron 13). 


- Keempat; tugas utama kita adalah hidup dalam kasih. Mengasihi semua orang bahkan musuh kita sekalipun. Jika ada orang yang berbuat salah dan melakukan apa yang tidak seha rusnya dilakukan untuk kita tetaplah mengasihinya, mendoakan dan memberkatinya. 


- Kelima: penghakiman adalah milik Tuhan. Cepat atau lambat Tuhan akan betindak dan menghakimi setiap orang menurut perbuatannya bahkan dari hati yang terdalam sekalipun Tuhan tahu. Dan akhir dari segala penghakiman adalah Kristus akan datang untuk menghakimi setiap orang dan menentukan memperoleh hidup yang kekal. Orang yang percaya akan menerima mahkota kemenangan dan sebaliknya orang yang tidak percaya akan dihukum. 


3. Jangan menghakimi hadirkanlah pujian


Benar mungkin nasihat penganut ajaran berpikir positip. Setiap keadaan yang terjadi mari kita lihat dari sisi yang positip. Saya kadang sulit menerima ini, saya selalu berpikir realistis ada baiknya kita memberikan sisi positip dan sisi buriknya. Namun berpikir posotip dimaksud dalam setiap keadaan mulailah lihat yang positip sedangkan yang lurang adalah diri kita dan PR bersama kita. 


Berpikir positip menekankan dalam setiap keadaan mulailah memuji hal baik. Hingga saat ini saya masih sulit melakukan hal ini. Saya kurang tahu dengan saudara sekalian. Saya lebuh cenderung, terbawa bahwa mata ini terlalu tajam melihat kekurangan dan kelemahan, padahal kekurangan itu hanya satu diantara 1000 kebaikan. Kenapa menjadi semua salah? 


Anjuran Paulus dalam kotbah minggu ini menyebutkan, bagimana kita menjadi orang-orang yang mengapresiasi orang lain. Tetapi sekalipun iyu sulit diterima karena memang Yesus mengajarkan melakukan kebaikan adalah pamrih (Baca Lukas 17:10). Paulus memberikan suatu hal uang melegakan hati bahwa orang percaya akan mendapat pujian dari Allah. Dalam 1 Korintus 4:5 (TB) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah. 


Apakah pujian dari Allah bagi orang percaya? Jawabnya upahmu besar di sorga. Tuhanberkati!


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 09 September 2023

ALLAH BERKENAN KEPADA PERTOBATAN ORANG FASIK

 Kotbah Minggu XIV Stlh Trinitatis

Minggu, 10 September 2023

Ev: Yehezkiel 33:7-11



ALLAH BERKENAN KEPADA PERTOBATAN ORANG FASIK


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati siapapun pasti senang menyambut pertobatan seseorang. Sebagai contoh seorang anak brandalan berubah menjadi anak baik, seorang alkoholik berhenti dan seorang napi pulang dengan pengabdian yang baik di masyarakat. Semua orang akan senang pertobatan seseorang dari yang buruk menjadi baik. Yesus pernah kata dalam Lukas 15:10 (TB)  Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."


Tapi bagaimana jadinya jika orang fasik dibiarkan dan tidak ada yang menasihati? Disilah kotbah minggu ini diingatkan kepada kita akan tugas dan tanggung jawab orang percaya sebagai penjaga sesama. Kotbah minggu ini bukanlah tugas sang gembala atau para pendeta atau hamba Tuhan ansih, tetapi tugas semua orang percaya untuk menjaga setiap orang. 


Memang tugas penggemabalaan itu spesifik diterima oleh para hamba Tuhan, apabila ada orang fasik mati tanpa diingatkan oleh sang gembala, maka Tuhan akan menuntut pertanggung jawaban kepada kembala dan akan berhutang nyawanya. 


Marilahnkita buat contoh, jika anda pernah wisata ke daerah pantai, biasanya anda akan menemukan line pembatas sebagai petunjuk sampai dimana batas  pengunjung bisa berenang. Jika ada pengunjung yang mendekati batasan ini biasanya sang penjaga pantai akan memberikan peringatan agar tidak melewati line batas karena akan berbahaya dan beresiko tinggi. Tentu line pembatas seperti ini adalah petunjuk dan alarm agar tetap dlm posisi aman. Penjaga adalah tugas yg sangat mulia karena dengan peringatannya setiap orang terhindar dari bahaya. Penjaga harus tetap berjaga kalau sempat tak mengingatkannya akan berdampak fatal. Tidak jarang pula sang penjaga harus bersuara keras pada pengunjung nakal yang berkemauan kuat melewati line. Jika penjaga tidak mengingatkan dan pengunjung mendapat musibah, sang penjaga akan kehilangan pekerjaannya. 


Tugas penjaga ini perlu didalami  sebagaimana pesan kotbah minggu ini.


1. Tugas penjaga - watchman

Gambaran penjaga merupakan istilah yang dipakai dalam Kitab Yehezkiel. Sebagai penjaga umat Israel, bagi nabi bertugas menyampaikan Firman untuk memberikan peringatan bagi umat yg melampauhi perbuatan yg tidak betkenan dihadapan Allah. Bagi umat Israel telah ada Tsurat, pesan imam dan nabi sebagai pagar bagi mereka. Namun dlm praktek kehidupan sering terjadi pelanggaran. Disinilah nabi diutus menyampaikan peringatan. Firman itu mesti disampaikan, jika umat berdosa dan kehilangan nyawanya tanpa diingatkan maka hutang nya ada pada sang penjaga. Ini suatu tugas yang maha penting dan beresiko, selain menyampaikan Firman sebagaimana dipesankan oleh Allah, sang penjaga akan  berhadapan pula dengan berbagai sikap yang muncul dari umat. Respon yang diabaikan, dilecehkan, ditolak bahkan dikejar merupakan resiko berat bagi penjaga.


Penolakan terhadap peringatan nabi sering terjadi dlm kitab para nabi. Yesaya saja misalnya harus bersembunyi atas penolakan umat (Yes 8,11-22) namun terpaksa juga harus keluar karena Firman harus disampaikan. Demikian Yeremia nyawanya terancam di Atot (12,18-23) mengeluh dan meminta agar dia tidak lagi dibebani dengan tugas pewarta, namun tak ada gunanya berbantah dengan Tuhan dan mesti bernubuat dan menyampaikan pesan Allah kepada umat. Demikian Elia yang lari ke gua menyembunyikan diri dari pengejaran Izebel (1 Raj 19,9dst)  namun Tuhan terus memaksanya untuk mengingatkan umat dan raja Israel yang menyimpang, memberitakan tanda dan berbagai kesaksian. Dari sini nabi sebagai penjaga sarat dengan tantangan, penolakan karena umat tak mau mendengar peringatan, sebagai ebed YHWH tidak dapat menghindar dari pengutusan. Alkitab menyampaikan juga bahwa tidak ada ruang untuk menghindar dan menolak dari tugas pengutusan, kisah ini dikemas oleh kitab Yunus. Sekalipun berat, mesti berangkat untuk mewartakan, menyampaikan firman agar sampai ke umat. Firman harus disampaikan hal diterima atau ditolak oleh umat itu  bukan lagi menjadi hutang nyawa sang penjaga, namun  menjadi hutang nyawanya sendiri yang tidak mau bertobat atau mengindahkan peringatan Allah.


Penjaga istilah lain dari tugas seorang nabi. Penjaga memiliki tugas berat yang panggil dan diutus Tuhan menyampaikan peringatan bagi umat. Sebagai penjaga dia mesti memantau dan melihat kehidupan umat agar tatap hidup dalam damai sejahtera, dan memberikan peringatjika ada yg menyimpang bahkan berbalik dari Tuhan.


Tugas penjaga ini merupakan hal yg pantas dikembangkan dalam kehidupan kita saat ini. Sungguh amat sedih ketika Tuhan memanggil Kain: "...dimana kah adikmu Habel?" Jawaban yang sangat mengejutkan: "...apakah aku penjaga adikku...?" (Kej 4,9). Demikian halnya pertanyaan seorang ahli Taurat dialog dengan Yesus, bertanya, "......siapakah sesamaku..?" (Mat 10,29). Ketidak pedulian dan sikap tidak mau tahu terhadap sesesama merupakan realitas sosial. Membiarkan orang melakukan kejahatan, bahkan bersekongkol dan pendukung kejahatan adalah kekejian bagi Tuhan.  Kotbah minggu ini dengan munculnya tugas baru umat yaitu penjaga bagi orang lain dan menjadi saudara bagi sesama. Penjaga sesama agar tidak menyimpang atau melewati line syalom yang ditetapkan Tuhan.


2. Memaknai peringatan - mencintai kehidupan


Ada ungkapan orang Batak yang mengingatkan pentingnya memperhatikan nasihat. Jika tidak akan menyesal kemudian. 


Duda itakmi, saut ma ho maritak bari

Tuntun lomomi saut ma ho sumolsol bagi


Tinallik bulung sihupi pinarsaong bulung siala

Unang sumolsol di pudi, sipasingot soada


Dua umpasa orang Batak diatas merupakan nasehat atas peringatan yg sejajar artinya dgn ungkapan "menyesal tua, tiada guna". Jika sudah diberi peringatan namun tak pedulikan peringatan itu, jangan salahkan siapa-siapa, rasakan sendiri akibatnya. Anda adalah korban pelanggaranmu, lain hal jika anda korban perlakuan tak adil.  Jika jatuh dalam berbagai kesusahan apalagi pelanggaran itu adalah keinginan sendiri untuk pemuasan hasrat dan keinginan sempit, picik dan sesaat. Ungkapan di atas nikmatilah resiko yg dihadapi karena anda sendiri yg melanggar nasihat dan peringatan. Itu bukan lagi hutang penjaga atau pemberi peringatan namun menjadi tanggungan sendiri. Peringatan adalah petunjuk, yg mesti diperhatikan. Mengindahkannya adalah baik bagi kehidupan.


Dalam orang Batak kita kenal "poda" atau petuah yg sangat logis baik dalam adat, tutur dan hikmat menjalani hidup yg ditemukan dlm tradisi lisan. Jika itu dilakukan maka dia akan selamat dan sukses.  Umat Israel amat berbeda karena mereka telah memiliki hukum yg mesti ditaati agar hidup sebagai umat Tuhan. Sebagai umat Tuhan mereka mengenal Tuhan dan kehendakNya melalui Taurat dan buku para nabi.  Namun kerap kali dilanggar bahkan tak mengindahkannya. Kecaman yg sangat keraspun muncul seperti Hosea menyebutkan Lho Ami...kamu bukan lagi umatKu, dan Lho Ruhama ...kamu tidak lagi diberkati. Kritik terpedas dari nabi-nabi tidak membuat mereka bertobat dan berbalik justru semakin hebatnya pelanggaran bahkan mengusir nabi dan mendatangkan nabi palsu bagi mereka. Nabi Yesaya, Yeremua dan Yehezkiel sama2 melihat jatuhnya umat Israel ke pembuangan adalah penolakan atas peringatan. Inilah resiko yang tak mengindahkan peringatan nabi, dulunya bangsa yg besar menjadi bangsa kecil yg diperbudak dan ditawan di negeri asing. Dulu memiliki kebanggaan atas berdirinya Bait Suci yang megah dihancurkan hingga tak satu batupun berdindi di atasnya. Risiko pahit memang yg tak mengindahkan peringatan. Pahitnya hidup seperti itu digambarkan dalam umpasa orang Batak:


Landit porhot gota ni si margalagala

Hanssit ngotngot naung adong i gabe soada


Peringatan sang penjaga adalah petunjuk kehidupan. Peringatan ini penting untuk dimaknai dan direnungkan sebagai ketaatan kepada Tuhan dan mencintai kehidupan. Jika ada peringatan yg mengingatkan kesalahan adalah kebaikan, "matua dilinsing Jahowa do angka na niasianNa". Peringatan adalah alarm pentìng penting bagi kita untuk mengingatkan kita dlm berbàgai sikap, kata dan perbuatan. Mencintai kehidùpan  sikap hidup yang mempèrhatikan peringatan dan berjalan dalamm petunjuk.


Memberikan peringatan adalah tugas berat apalagi bagi pelaku pelanggaran. Karena pada umumnya orang tidak suka dibatasi apalagi diingatkan perilaku yg disukai yang sesungguhnya sudah melanggar kehidupan. Namun bagi orang yang berhikmat peringatan adalah petunjuk yang membawa kehidupan. Seorang penjaga yg mewartakan pemberitaan harus  memiliki keberanian bahkan berhadapan dengan berbagai resiko sebagai reaksi yang diingatkan. Tak apalah, itu tugas mulia karena kebenaran adalah tetap kebenaran.


3. Bertobat; menyelamatkan nyawa dan memperbaiki kehidupan


Alkitab sangat banyak memberikan kesempatan untuk memperbaiki kehidupan melalui konsep pengampunan. Allah tetap mengasihi umatNya. Pengampunan itu adalah kesediaan Allah bagi manusia untuk memperbaiki kehidupannya. Allah tidak menghendaki kematian orang fasik, namun berbalik dari jalannya yang salah dan memperbaiki kehidupan merupakana sikap yang dikehendaki Allah (Yeh 33,11)


Pemazmur menyampaikan ini cukup indah dalam Maz 103,8-12,

Tuhan adalah penyayang dan pengasih

Panjang sabar dan berlimpah kasih setia

Tidak selalu ia menuntut dan tidak selamanya Ia mendendam

Tidak dilakukannya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita

Tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setiaNya atas orang-orang yang takut akan Dia

Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita.


hal sama sajak yang sangat indah dari Yesaya 1,18

-- sekalipun dosamu merah seperti kirmizi,

Akan menjadi putih seperti salju

Sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba

Akan menjadi putih seperti bulu domba


Dua kutipan di atas merupakan deklarasi pengampunan, ada ruang perbaikan bagi pelanggaran yaitu memperbaikì diri.

Orang yang memperbaiki diri menyelamatkan nyawanya dan memperbaiki kehidupannya. Inilah yg dikehendaki Allah, karena Tuhan tidak menghendaki kematian orang fasik tetapi bertobat dan berbalik dari jalannya yang salah adalah kesenangan bagi Tuhan.


Tuhan menghendaki pertobatan orang fasik.   Tuhan tidak menghendaki siapapun mati dalam kejahatannya. Allah menunggu dan pertobatan. 


Ilustrasi: mungkin benar pesan dari gambar Yesus yang berditlri di depan pintu. Jika diperhatikan tidak ada gagang pintu tersebut. Kenapa demikian, karena pintu yang dimaksud adalah hati manusia. Yesus mengetuk di balik pintu dan menunggu kwdatangan kita untuk berbalik kepadaNya.


Sahabat yang baik hati, marilah kita tingkatkan sikap menjaga sesama, saling menasihati dan saling meneguhkan yangbsatu dan yang lain. Jauhkan sikap yang tidak peduli seperti jawaban Kain saat ditanya oleh Tuhan dimana adiknya Habel. Kejadian 4:9 (TB)  Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?" 


Sikap Kain yang merupakan pribadi yang harus kita jauhkan dari sikap pribadi kita masing-masing, tetapi minggu ini kita dipanggil sebagai penjaga sesama. Pertobatan dan keselamatan teman, sahabat dan lingkungan keluarga kota adalah tugas kita bersama. 


Tuhan memberkati kita semua menunaikan tugas kita masing-masing untuk memperbaharui diri dan menjadi penjaga bagi sesamanya. Amin 


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak


Sabtu, 02 September 2023

KAYA DALAM PELAYANAN KASIH

 Kotbah Minggu XIV Stlh Trinitatis

Minggu, 3 September 2023

Nas: 2 Korint 8:1-7




KAYA DALAM PELAYANAN KASIH


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, Kotbah Minggu ini tertulis pada 2 Korintus 8:1-7 tentang memberi dukungan dalam pelayanan kasih. Bagi Paulus gereja yang hidup adalah persekutuan oramg percaya yang melakukan pelayanan kasih. Pesan inilah yang dikembangkan oleh gereja mula-mula yang harus terus kita kembangkan. Gereja ada oleh karena kasih dan kehidupan bergereja adalah untuk melakukan pelayanan kasih.


Ada hal yang serius diperhatikan oleh Paulus terhadap jemaat Korintus, mereka menguras tenaga dan pikiran karena terkoptasi dalam pengkotak-kotakan bahkan telah jatuh pada perpecahan dan terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok. Ada kelompok Paulus, ada kelompok Kefas, ada kelompok Apolos dan ada kelompok Kristus.  Mereka masing-masing hidup dalam sentimen kelompok dan saling mengunggulkan diri sendiri dan mengganggap diri benar dan lebih sesuai dengan ajaran Injil. Dapat kita bayangkan keadaan demikian tidak akan pernah mendiskusikan pelayanan yangbsaling membangun dan menguatkan tetapi mereka sibuk dengan keunggulan diri sendiri dan larut dalam mencela kelompok lain. Akhirnya jatuh pada perpecahan, pengelompokan dan pengkotak-kotakan.


Paulus menyurati jemaat ini agar meninggalkan perselisihan memulai kehidupan bergereja yang hidup dalam kasih, mengembangkan solidaritas dan kebersamaan karena orang percaya adalah satu persekutuan sebagai tubuh Kristus. Tubuh Kristus adalah gambaran gereja bawa semuanya satu di dalam Kristus dan saling menghargai, menolong dan menopang karena semuanya adalah anggota tubuh Kristus menurut fungsi yang berbeda-beda.


Dalam kotbah ini Paulus mendorong mereka agar ikut terlibat dalam pelayanan kasih. Gereja melihat keluar banyak hal yang membutuhkan pertolongan dan uluran tangan orang percaya.  Pelayanan kasih adalah missi gereja menopang yang miskin, orang yang dianiaya dan dikejar-kejar. Hal ini disampaikan oleh Paulus agar mereka bukan lagi berorientasi pada dirinya atau kelompoknya namun menunjukkan solidaritas dan kasih kepada sesama orang percaya yang menderita dan mengalami penganiayaan. Jangan asyik dengan diri sendiri, tetapi terpanggillah untuk memberikan sesuatu bagi orang lain. Kurangi mengeluh atas kebutuhan diri, tetapi mulailah mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan bagi orang lain. 


1. Contoh Jemaat-jemaat Makedonia: bergumul tetapi tetap memberi


Ada kebiasaan jemaat saat mendiskusikan dan membahas permohonan bantuan hang datang ke gereja. Sering muncul, ngapain membantu di luar sana, sedang kita masih banyak yang perlu dibantu. Pernyataan seperti itu sering terjadi jika ini terus dibiarkan maka gereja akan terus asyik pada diri sendiri tak akan pernah berbuah bagi ornag lain. 


Harus kita ingat dan sadari bahwa orang miskin dan yang perlu ditolong akan tetap selalu ada diantara kita, sebagamana pesan Tuhan Yesus dalam Matius 26:11 (TB)  "Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu." Namun bukan berarti bahwa kita harus menutup diri apa yang bisa kita buat bagi orang lain di luar persekutuan kita. Disekitar kita hafus kita perhatikan, namun gereja harus tetap peduli bagi orang-orang yang menyampaikan permohonan bagi kita sejauhnkita bisa. Siapa tahu dengan demikian kita lebih mensgukuri hidup ini, apa yang menurut kita perlu ditong disemitar kira justru dengan melihat kehiduoan orang lain justru kita harus lebih teregerak lagi untuk peduli dengan orang lain.


Paulus memberikan contoh jemaat-jamaat di Makedonia, mereka adalah orang-orang yang sederhana mungkin masih jauh dibawah kehidupan jemaat Korintus tetapi lihatlah mereka ikut berpartisipasi dalam pelayanan kasih. Mereka bukan hanya sekedar memberi namun sungguh-sungguh memberi bahkan melebihi dari kesanggupan mereka. Mereka tidak memiliki apa-apa dibanding dengan jemaat Korintus namun dengan tulus memberi, memiliki solidaritas dan hidup dalam kasih. Mereka miskin namun kaya dalam perbuatan kasih terhadap sesama. 


Bukan mereka tidak bergumul dan menderita, mereka memiliki banyak pergumukan dan tangangan namun dalam menjalani gantangan itu mereka merasakan hidup dalam kemurahan Tuhan. Itukah sebabnya dalam.keadaan mereka yang menderita sanggup pula memberi dukungan bagi jemaat lain. 2 Korintus 8:2 (TB)  Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.


2. Melayani dengan tulus memberi dari kekurangan.


Melayani dengan tulus dan memberi dsri kekurangan.  Menurut saya semboyan ini sangat baik, dalam pelayanan harus tulus bukan ada apanya. Melayani memang harus berangkat dsri ketulusan seperti Kristus yang tulus melayani. Melayani bukan untuk dilayani  (Markus 10:45). Memberi dari kekurangan seperti persembahan seorang janda yang dicontohkan oleh Yesus kepada murid-muridNya. Markus 12:43-44 (TB)  Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.

Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."


Panggilan jemaat-jemaat yang keterlibatan mendukung Paulus dalam memberitakan injil semata-mata dengan ketulusan. Mereka memberi bukan untuk pujian diri atau sebagai prestise, sama sekali tidak. Paulus mengorganisir jemaat untuk mendukung missi pemberitaan semuanya dilakukan dengan tulus bukan dengan sungut-sungut. Ada memang orang melayani namun disertai dengan sungut-sungut. Pekerjaan demikian kurang memahami arti dan makna pelayanan.  


Kesaksian Paulus mengenai persembahan jemaat mula-mula adalah mereka juga memberi bukan dari kelebihan, tetapi dari kekurangan. Jemaat mula-mula banyak dari kehidupan yang sederhana, miskin dan berkekurangan. Memang dalam Alkitab ada disebutkan beberapa yang kaya namun orang Kristen mula-muka sangat terbatas jumlahnya dari orang-orang yang berkehidupan yang mapan. Sekalipun demikian jemaat mula-mula dalam keterbatasannya mereka memberi lebih dari apa yang mereka bisa. 


Hal inilah yang perlu kita kembangkan bersama, bagaimana setiap orang yang sudah merasakan berkat Tuhan dapat menopang pelayanan gereja dengan rela memveri dan berpartisipasi dalam pelayanan kasih yang diorganisir gereja. 


3. Tranfsormasi dari receiver (penerima) menjadi giver (pemberi)- kaya dalam segala sesuatu.


Kenyataannya ada yang kaya dalam ukuran harta benda, namun miskin dalam pelayanan kasih. Ada orang yang sebaliknya berkekurangan dari ukuran materi namun sangat kaya dalam pelayanan kasih. 


Paulus mengajak jemaat Filipi untuk memiliki mental kaya. Lebih baik memberi dari pada menerima, lebih baik menolong daripada ditolong, lebih baik memperhatikan daripada diperhatikan. Inilah spirit yang bermental kaya dalam segala hal. Tidak merasa.kecil hati karena tidak bisa berbuat banyak, tetapi apa yang bisa diberi dengan potensi yang ada pada dirinya dioersembahkan bagi orang lain. Baik itu materi, baik pikiran, pengetahuan , perkataan dan iman yang bisa disharing kan bagi orang lain.


Inilah ayat oenutup dalam kotbah ini, Paulus mengajak dalam 2 Korintus 8:7 (TB)  Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, — dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami — demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. 


Alangkah baiknya jika jemaat Korintus ikut berperan dalam pelayanan kasih. Ikut dalam menyokong pemberitaan Injil. Ini suatu ajakan Paulus agar jemaat Korintus keluar dari permasalahan internal mereka kepada suatu missi yang lebih besar yaitu pelayanan kasih. Paulus mencontohkan jemaat-jemaat di Makedonia tentu karena alasan bahwa jemaat Korintus tahu siapa mereka sekalipun mereka tidak kaya namun kaya dalam hal memberi dan menopang pelayanan kasih. 


Apa yang disampaikan oleh Paulus ini mengajak kita untuk ikut berperan dalam hal missi. Gereja yang bertumbuh (growth church) adalah gereja yang keluar dari permasalahan internal dan berperan bagi orang lain. Church for other adalah suatu gereja yang bertumbuh dan menjadi berkat bagi sesamanya.


Mari kita kembangkan bersama hidup dalam pelayanan kasih. Kaya dalam pelayanan kasih tidak diukur dari besar kecilnya pemberian tetapi kebesaran hati dan ketulusan hati untuk memberi dan kesediaan kita terlibat dalam missi pengembangan Kerajaan Allah. Tuhan telah memberkati kita dengan berbagai pemberian dan karunia-karunia, mari kita persembahkan untuk menghadikan pelayanan kasih bagi semua orang. Tuhan memberkati. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak








ORANG YANG MENCARI TUHA. AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU

 Kotbah Minggu Kantate, 28 April 2024 Ev. Mazmur 22:26-32 ORANG YANG MENCARI TUHAN AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU Selamat Hari Minggu! Sahabat yang...