Sabtu, 16 September 2023

JANGAN MENGHAKIMI

 Kotbah Minggu XV Stlh Trinitatis

Minggu, 17 September 2023

Ev. 1 Korint 4:1-5



JANGAN MENGHAKIMI


Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, salah satu sifat manusiawi kita adalah menilai orang lain dari kaca mata kita sendiri. Baik itu mengenai pribadi seseorang atau mengenai hasil dari pekerjaannya. Setiap orang pasti tidak bisa menghindarinya, karena apa yang dilihat, didengar dan dirasakan selalu ada dorongan seseorang untuk menilai atau mengatakan sesuatu terhadap orang lain. 

Apakah menilai itu salah? Sama sekali tidak, tetapi yang menjadi masalah adalah kita tidak menyadari bahwa penilaian kita itu adalah subyektif dan telah menghakimi orang lain. Apa yang kita nilai adalah salah satu pendapat atau persepsi, bukan satu-satunya yang benar. Coba bayangkan apa jadinya jika seorang yang sudah sentimen dan sinis terhadap orang lain, sebaik apapun pekerjaannya akan selalu buruk dihatinya. 


Jangan menghakimi merupakan nasihat yang sangat keras dari Paulus ke jemaat Korintus yang perlu kita kembangkan terus dalam kehidupan pribadi dan bergereja kita. Gereja Korintu pada saat itu sedang dilanda fanatisme kelompok dan diambang perpecahan. Mereka terbagi-bagi menurut pemberi Injil yang mereka sukai; ada kelompok Apollos, Kefas, Paulus dan Kristus. Pastilah mwreka mengagungkan pengi jil.pavorit merwka dan mencari kelemahan dan men mencela kelompok lain. dalam konteks demikianlah Paulus hadir untuk menyatukan jemaat Korintus. Salah satu hal penting adalah hentikan mencela dan menghakimi karena pemberita Injil yang datang ke Korintus adalah orang pilihan, yang dipercayai Allah untuk melakukan tugas pelayanan. Kepada merekalah diberitakan rahasian Allah, yaitu Injil Keselamatan. 


Untuk lebih mendalami kotbah ini baiklah kita ambil beberapa pelajaran:


1. Jangan menghakimi: dapat dipercaya.


1 Korintus 4:1-2 (TB) Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.

Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.


Salah satu pekerjaan yang paling sulit saat ini adalah mencari orang yang dapat dipercaya. Apalagi tugas yang diemban itu dalah tugas yang strategis dan menentukan. Pernyataan ini sangat diterima karena tidak mudah memberikan kepercayaan pada seseorang. Jika kita urai tentu banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memberikan kepercayaan pada seseorang; dikenal baik, jujur, setia, bertanggung jawab dan dianggap mampu mengemban tugas tersebut.


Jika kita sudah menemukan orang yang anggap tepat untuk dipercaya, maka persoalan belum selesai. Penghambat utama memberikan kepercayaan kepada seseorang adalah curiga. Mula-mula ragu, kemudian curiga dan kecurigaan menghasilkan penilaian. Curiga ini adalah asumsi negatif dalam diri seseorang. Jika curiga dalam bentuk praduga masih mudah diobati, namun curiga yang cepat menghakimi merupakan kesalahan yang sungguh fatal.


Saya jadi ingat cerita kura-kura yang hendak pergi jalan menikmati liburan mereka. Mereka sepakat setiap kura-kura membawa apa yang bisa.mereka bawa. Kura-kura pertama membawa makanan yang enak dan lezat untuk dinikmati bersama. Kura-kura kedua membawa tikar dan tenda yang hendak digunakan. Kura-kura ketiga tidak membawa apa-apa, walau pun demikian mereka sepakat dan berjalan. Belum lama mereka jalan mendung pun tiba, mumpung masih belum jauh mereka sepakat agar ada yang membawa payung. Maka tugas mengambil payung diberikan kepada kura-kura ketiga. Dia pun meyanggupinya dan pergi. Jam pun berlalu kura-kura ketiga belum datang, tunggu demi tunggu sampai sore dan hari hampir malam kura-kura ketiga tak kunjung bawa payung. Tahu kah anda yang dikerjakan kura-kura ketiga: bukan pergi mengambil payung, namun bersembunyi di balik semak mengamati apakah kura-kura menikmati makanan yang dibawa dan tak menyisakan buatnya? Curiga membuat mereka sengsara dan tak jadi menikmati liburan.


Pelayanan adalah hal kepercayaan. Tuhan telah mempercayakan tugas pelayanan kepada rasul untuk memberitakan rahasia Allah. Mereka melakukan tugas tersebut dengan penuh tanggungjawab. Namun dalam pelayanan yang mereka lakukan selalu ada hambatan: kucurigaan bahkan dihakimi dengan pikiran yang macam-macam. Hal ini dialami oleh Paulus di Korint, jemaat Korint yang dirundung masalah perpecahan sangat dekat dengan menghakimi sesama. Mengangap diri benar yang lain salah, mengganggap diri pintar dan berhikmat yang lain bodoh dan berbagai penilaian yang menyesatkan sesama. Termasuk kepada Paulus. Paulus dinilai bukan rasul, karena bukan salah satu dari kedua belas murid. 


Paulus menegaskan bahwa tugas-tugas yang diterimanya adalah langsung dari Yesus Kristus. Ini sebagai bukti bahwa Allah mempercayakan tugas pelayanan itu dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab sebagai hamba Tuhan yang dipercaya. 


2. Jangan menghakimi, Tuhanlah hakim yang benar


1 Korintus 4:4 (TB) Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan


Siapakah kita sehingga kita menjadi hakim terhadap sesama? Perintah utama bagi orang percaya adalah mengasihi (Bac Yohanes 13:14), jadi orang percaya bukanlah hakim terhadap sesama tetapi sahabat yang mengasihi. Allahlah yang menjadi hakim atas setuap orang.


Bagaimana kita menerjemahkan tugas mengasihi ini, dalam 2 Timotius 3:16 Firman Tuhan menjadi dasar bagi kita untuk menegor, menasihati, memperbaiki kesalahan dan menggembalakan namun menghakimi adalah hak Allah sendiri.


Jangan menghakimi, merupakan perintah keras dari Alkitab. Apa jadinya kalau penghakimannya salah seseorang disalahkankan karena fitnah. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan demikian ungkapan orang Melayu. Ungkapan ini bukanlah sekedari hiperbola, ungkapan yang meelebih-lebihkan itu benar adanya karena dengan fitnah seseorang telah melakukan pembunuhan karakter bagi orang lain. Padahal apa yang dituduhkan belum tentu benar, tetapi telah terlebih dahulu menjudge atau menghakimi tanpa dasar yang kuat. Sakit memang dan sulit disembuhkan.luka korban fitnah. Menyebar fitnah sama seperti ibarat menebarkan kapas dalam karung, dia akan terbang kemana-mana dan tak akan bisa dikumpulkan kembali. Fitnah yang keluar dari mulut juga demikian, kata-kata yang terucap tak akan dapat dikembalikan. Sekalipun ada klarifikasi namun kata-kata yang keluar dari mulut tak akan ditarik kembali, jika pun ada klarifikasi tak semua orang dapat memahaminya atau mengetahuinya malah justru semakin tercipta opini lain yang menyesatkan. 


Alkitab mengajarkan kepada orang Kristen agar jangan menghakimi. Penghakiman adalah milik Tuhan. Jika pun manusia dapat mengetahui sesuatu, namun harus kita akui pikiran kita terbatas, persepsi kita hanyalah salah satu dari persepsi dari sekian banyak persepsi yang bisa muncul dalam menilai suatu permasalahan. Jika ada sesama kita yang salah, menurut hukum pastoral dalam Matius 18:15, dekati dan ingatkan bukan menghakiminya. Siapakah kita sehingga kita menghakimi sesama kita? Penghakiman adalah milik Tuhan dan Yesuslah menjadi hakim yang agung bagi setiap ciptaanNya.


Berikut ini beberapa perrimbangan penting yang kita temukan mengapa Alkitab melarang kita menghakimi sesama: 

- Pertama: apa yang kita lihat belum tentu itu suatu kebenaran, apa yang kita saksikan adalah produk dari berbagai peristiwa dan kejadian yang sulit kita ketahui kebenarannya. Jadi secuil fakta yang ditafsirkan dari suatu persepsi tak dapat kita jadikan sebagai dasar untuk menghakimi orang lain. 


Kedua, seseorang menghakimi biasanya menganggap diri lebih benar dan memiliki kebenaran. Tanpa mempertimbangkan kebenaran orang lain. Kekristenan adalah ajaran yang terbuka, setiap orang harus diberi kesempatan yang sama untuk menjelaskan duduk persoalan suatu perkara atau masalah. Dan diberi kebebasan untuk menguji sesuatu dan memegang apa yang baik.1 Tesalonika 5:21 (TB) Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 


- Ketiga, manusia memiliki keterbatasan dalam mengetahui, mempertimbangkan dan memutuskan apa yang setimpal kepada kesalahan orang lain. Maka tugas kita bukanlah menghakiminya atau memberi ganjaran atas kesalahannya. Tugas orang percaya adalah mendorong seseorang mengakui kesalahannya dan memohon oengampuanan dari Tuhan. Tugas kita mengarahkan dan memberikan nasihat dari Firman sebagai petunjuk hidup baru agar bertobat dan mau melakukan kehendak Allah. Hal ganjaran yang harus diterima oleh orang bersalah, Tuhan telah memberikan wewenang kepada pemerintah dan aparatusnya untuk memproses hukum yang setimpal (Band Ron 13). 


- Keempat; tugas utama kita adalah hidup dalam kasih. Mengasihi semua orang bahkan musuh kita sekalipun. Jika ada orang yang berbuat salah dan melakukan apa yang tidak seha rusnya dilakukan untuk kita tetaplah mengasihinya, mendoakan dan memberkatinya. 


- Kelima: penghakiman adalah milik Tuhan. Cepat atau lambat Tuhan akan betindak dan menghakimi setiap orang menurut perbuatannya bahkan dari hati yang terdalam sekalipun Tuhan tahu. Dan akhir dari segala penghakiman adalah Kristus akan datang untuk menghakimi setiap orang dan menentukan memperoleh hidup yang kekal. Orang yang percaya akan menerima mahkota kemenangan dan sebaliknya orang yang tidak percaya akan dihukum. 


3. Jangan menghakimi hadirkanlah pujian


Benar mungkin nasihat penganut ajaran berpikir positip. Setiap keadaan yang terjadi mari kita lihat dari sisi yang positip. Saya kadang sulit menerima ini, saya selalu berpikir realistis ada baiknya kita memberikan sisi positip dan sisi buriknya. Namun berpikir posotip dimaksud dalam setiap keadaan mulailah lihat yang positip sedangkan yang lurang adalah diri kita dan PR bersama kita. 


Berpikir positip menekankan dalam setiap keadaan mulailah memuji hal baik. Hingga saat ini saya masih sulit melakukan hal ini. Saya kurang tahu dengan saudara sekalian. Saya lebuh cenderung, terbawa bahwa mata ini terlalu tajam melihat kekurangan dan kelemahan, padahal kekurangan itu hanya satu diantara 1000 kebaikan. Kenapa menjadi semua salah? 


Anjuran Paulus dalam kotbah minggu ini menyebutkan, bagimana kita menjadi orang-orang yang mengapresiasi orang lain. Tetapi sekalipun iyu sulit diterima karena memang Yesus mengajarkan melakukan kebaikan adalah pamrih (Baca Lukas 17:10). Paulus memberikan suatu hal uang melegakan hati bahwa orang percaya akan mendapat pujian dari Allah. Dalam 1 Korintus 4:5 (TB) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah. 


Apakah pujian dari Allah bagi orang percaya? Jawabnya upahmu besar di sorga. Tuhanberkati!


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...