Selasa, 30 September 2014

SUMPAH JABATAN DAN HUTANG NYAWA PADA RAKYAT

Sumpah Jabatan dan Hutang Nyawa Pada Rakyat
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Hari ini, 1 Oktober 2014, bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila akan dilantik anggota DPR RI 20014-2019. Selengkapnya komposisi keanggotaan DPR periode 2014-2019 adalah PDIP beranggotaan 109 orang, FPG 91 anggota, Fraksi Gerindra 73 anggota, Fraksi PD 61 anggota dan Fraksi PAN 49 anggota. Fraksi PKB 47 anggota, Fraksi PKS 40 anggota dan PPP 39 anggota, Fraksi Partai Nasdem 35 anggota serta Fraksi Hanura 16 orang anggota.

Ada dua pesan berkaitan hari pelantikan in bertepatan pada Hari kesaktian Pancasila.
Pertama secara positip bahwa penyelenggara negara mengajak para anggota DPR yang dilantik mengenang kesaktian Pancasila yg di dalam perjalanan sejarah telah tertumpah darah anak bangsa untuk suatu kemerdekaan, kedaulatan dan martabat suatu bangsa. Momen ini penting dikenang oleh para dewan agar perjungangannya sebagai legislatif masih panjang bukanlah sebagai alat kekuasaan semata tetapi sebagai wakil rakyat yang meniliki wewenang legislasi, pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan negara agar tetap terarah pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Kedua, secara negatip, pelantikan ini telah mengabaikan suatu peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia dan mengubahnya menjadi acara celebration atau perayaan pesta para anggota dewan yg dilantik. Tentu usai pelantikan ini akan sibuk dengan pesta2 syukuran, dan tentu bertaburan bunga papan bunga ucapan selamat, sms dan cetak dokumen dari sana sini atau berbagai kesibukan lainnya yg berkaitan dgn syukuran atas pelantikan dan disahkannya memiliki kursi di Senayan. Sehingfa kesaktian pancasila sedikit terabaikan menjadi syukuran atas pencapaian diri sendiri memperoleh satu kursi di Senayan.

Plus minus penilaian masyarakat atas pelantikan anggota dewan ini tak dapat dipungkuri, ada yg berharap mereka duduk di senayan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, namun banyak pula yg sudah apatis bahkan berharap tak adà dewan. Hal ini terjadi karena pengalaman buruk para anggota legislatif periode 2009-2014 yang menetapkan UUD yg bernuansa dan berorientasi pencapaian kekuasaan, hal itu dibuktikan dengan UU MD3 dan UU Pilkada.

Bagi yang berharap tentu masih ada kesempatan, berangkat dari makna sumpah jabatan atau janji jabatan. Para anggota Dewan berharap memiliki komitment akan arti sumpah.

Sumpah adalah 1 pernyataan yg diucapkan secara resmi dng bersaksi kpd Tuhan atau kpd sesuatu yg dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dsb): perkataannya itu dikuatkan dng --; 2 pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar; 3 janji atau ikrar yg teguh (akan menunaikan sesuatu): seorang karateka harus menghayati -- dan pedoman karate; -- berselam air bersumpah dng masuk ke dl air untuk membuktikan salah tidaknya dsb; -- bohong sumpah palsu; -- celup sumpah celur; -- celur sumpah dng berani mencelupkan tangan ke dl minyak mendidih; -- jabatan sumpah yg diucapkan pd ketika mulai memangku jabatan; -- menyelam bersumpah (untuk membuktikan salah tidaknya dsb) dng masuk ke dl air; berselam air; -- minum air keris sumpah dng minum air keris (yg dianggap sakti); -- palsu ucapan atau keterangan seorang saksi ahli di bawah sumpah yg diikrarkan dl persidangan yg memuat keterangan tidak benar; -- pocong sumpah yg disertai tidur membujur ke utara menghadap kiblat (barat) di dl masjid dan berpakaian kain kafan (dipocong spt mayat); -- potong ayam sumpah dng menyembelih ayam (sbg adat bangsa Cina); -- satir sumpah setia; -- setia sumpah akan menyatakan tetap setia; (dikutip dari KBBI)

Dalam Alkitab, kita dilarang untuk bersumpah.
Matius 5:2, 34-37 Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Hal ini penting karena makna yang sangat dalam akan arti sumpah. Dalam kitab Perjanjian Lama tentang sumpah sebagai perjanjian atau tepatnya "memotong perjanjian" (kharat berith). Istilah ini dipakai ketika Allah dan Abraham mengadakan suatu perjanjian, dengan memotong kurban. Pada pihak Allah berjanji memberkati Abraham menjadi bangsa yang besar dengan memberikan keturunan baginya. Pada pihak Abraham menerima bahwa dia menjadi bapa leluhur orang percaya. Kurban sangat penting dalam perjanjian, bagi siapa yg tidak setia atau melanggar perjanjian maka darahhya akan tumpah seperti kurban dalam perjanjian. Inilah makna yg sangat dalam akan sebuah perjanjian. Perjanjian adalah hutang darah.

Jika kita sebut saat ini para anggota dewan menerima sumpah jabatan atan janji jabatan bagi yg beragama Kristen maka janji itu adalah hutang darah terhadap rakyat, karena telah berjanji dihadapan Allah untuk memenuhi dan melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati dan segenap jiwa. Pengingkaran akan janji ini adalah hutang nyawa terhadap rakyat yg diwakili. Kursi bukanlah untuk merebut kekuasaan dan hak rakyat tetapi memakai pengaruh dan kekuasan untuk mencapai kepentingan rakyat.

Selamat atas pelantikan DPR RI, sumpah jabatan /janji jabatan adalah hutang nyawa pada rakyat Indonesia

Kamis, 25 September 2014

ISSU BEGU GANJANG DAN KETANGGAPAN PELAYAN GEREJA

ISSU BEGU GANJANG DAN KETANGGAPAN PELAYAN GEREJA

Oleh: Nekson M Simanjuntak

Photo: Pdt Renova Sitorus berkordinasi dengan pemuka agama dan aparatur 
mendiskusikan langkah antisipatif tanggkal issu Begu Ganjang di Manduamas 
(Diakses dari status FB Pdt Renova Sitorus, Kamis, 25 September 2014)


A.      Pengantar
Cukup prihatin fenomena masalah Begu Ganjang masih terus masalah yang fenomenal dalam masyarakat Batak. Hal itu bukan saja berada di wilayah Bona Pasogit, namun juga merambah ke daerah per
antauan orang Batak.

Rabu, 25 September sesuai pemberitaan Pdt. Renova Sitorus dalam status FBnya dia berkordinasi dengan pemuka agama dan muspika kecamatan Manduamas Tapteng. Ini membuktikan bahwa hingga sekarang fenomena issu Begu Ganjang merupakan salah satu masalah fenomenal dalam masyarakat Batak. Saya salut dengan Pendeta Renova yang berkodinasi dengan pemuka agama dan mendiskusikan bersama langkah-langkah antisipatif dalam menghempang issu begu ganjang dalam masyarakat. Hal seperti ini adalah langkah yang paling efektif dalam menghentikan meluasnya issu Begu Ganjang di suatu daerah. Jika tidak tanggap dampaknya akan meluas dan akan terjadi korban kekerasan massa kepada orang yang dituduh sebagai pemelihara begi ganjang.

atas peristiwa ini, kembali saya membaca ulang tulisan saya tentang issu begu ganjang yang pernah saya muat dalam notes. 

B.      Beberapa Pandangan Tentang Begu Ganjang.
Jika kita runut dan evaluasi berbagai berita dan pemberitaan tentang issu begu ganjang, setidaknya ada empat pemahaman yang berbeda perihal Begu Ganjang yang muncul di tengah-tengah masyarakat, yaitu:

1.       Begu ganjang sebagai warisan agama Batak purba.
Pandangan ini masih kuat hidup di tengah-tengah masyarakat Batak hingga kini. Khususnya masyarakat yang sangat dekat pada pemahaman kekuatan magic dan perdukunan. Pandangan ini didukung pula dengan ada risert dari leteratur Batak bahwa sebelum  kekristenan ada dukun yang memelihara begu dengan tujuan baik dan jahat. Tujuan baik biasanya sebagai  'parjaga' untuk melindungi seseorang atau memelihara ketentraman suatu kampung atau pelindung dari niat jahat dari luar kampung. Keyakinan semacam ini masih banyak di kalangan masyarakat batak. Sedangkan tujuan jahat adalah membuat penyakit dengan mengirim pangulu balang dan mendatangkan seseorang atau suatu kampung.

Menurut kepercayaan orang Batak, sebelum kekristenan ada 7 begu yang terdiri dari 2 jenis, yaitu begu yang sudah ada sejak awal dan begu yang berasal dari manifestasi orang mati. Ketujuh begu tersebut adalah :
1. Begu Toba, yaitu begu yang menguasai suatu kampung dan merupakan begu lokal.
2. Begu Jau, adalah begu yang datang dari kampung lain untuk mengganggu penduduk desa tetangga.
3. Begu Siherut, begu yang mengakibatkan orang semakin kurus dan kemudian mati.
4. Begu Ladang, begu yang menguasai ladang/hutan, dan mengganggu orang di sana.
5. Begu Antuk, begu penyebab penyakit menular, seperti kolera yang menyebabkan kematian yang tiba-tiba.
6. Begu Siharhar, adalah begu seorang ibu yang mati pada saat melahirkan atau mati karena bunuh diri.
7. Begu Ganjang atau Begu Nurnur, yaitu begu dari orang yang peti matinya terlalu sempit/pendek.

Khusus mengenai Begu Ganjang : Menurut kepercayaan "hasipelebeguon" jika seorang dikuburkan dengan peti mati yang terlalu sempit/pendek maka di dalam kubur dia meronta-ronta sehingga begu-nya menjadi tinggi, setinggi pohon enau (aren-bagot). Di antara ke-tujuh begu di atas begu ganjang inilah yang bisa dipelihara atau dimiliki oleh seseorang dengan suatu "kesepakatan" tumbal antara sang begu dan calon pemilik. Begu inilah, katanya, yang bisa diperintah oleh pemiliknya untuk mengganggu, menyakiti, membunuh orang-orang yang tidak disukainya . Oleh tingginya begu ini maka setiap orang yang didatanginya otomatis menengadah ke atas dan kesempatan itulah dipergunakan begu ganjang untuk mencekik korban.

Pandangan seperti ini sebenarnya telah banyak berubah di kalangan orang Batak khususnya setelah datangnya kekristenan yang menekankan dunia orang meninggal tidak ada kaitannya dengan dunia orang hidup. Namun harus diakui masih ada yang menyakini memahami pandangan ini dan tetap ada di tengah-tengah pemahaman sebagian orang Batak. Apalagi mereka yang dekat keyakinannya akan perdukunan. Namun bagi sebahagian orang hal ini sungguh sulit diterima akal karena dianggap tidak logis dan tak masuk akal.

2.       Begu ganjang tidak ada tapi penyamaran kuasa jahat atau iblis.
Ini yang diyakini oleh sebagian orang Batak yang telah menjadi Kristen dan sangat mudah menerima dan mengembangkan exorcism (pengusiran roha jahat). Pandangan ini mengakui tidak ada begu yg ada roh jahat atau roh iblis yg ingin mempengaruhi kehidupan manusia. Roha jahat bisa masuk di dalam diri seseorang melalui suatu pintu masuk dalam jiwa seseorang. Pintu masuk dimaksud adalah bisa dalam berbagai hal misalnya, fisik yang lemah, keturunan dukun, mengalami pergumulan beran dan kurang beriman. Roh jahat ini bisa memasuki jiwa seseorang dan mempengaruhinya  untuk terikat pada roh jahat. Masuknya roh jahat dalam diri seseorang biasanya menghambat seseorang memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Maka agar tidak ada penghalang pada ibadah yg murni perlu ada pengusiran roh jahat.

Pandangan semacam ini banyak dikembangkan oleh orang Kristen yang mengembangkan diskusi exorcisme dan okultisme. Di beberapa orang Kristen ini sangat diterima, bahkan menjadi bidang pelayanan yang sangat populer. Namun sebagian Kristen juga kurang menerima pandangan semacam ini karena teori masih mengambang dan sulit dibuktikan secara logis.

3.       Begu ganjang sebagai fenomena sosial.
Ini pandangan yg modern dengan berbagai kasus begu ganjang yang diadili baik secara hukum formal dan pembuktian dalam pencarian bukti yang disaksikan masyarakat tidak pernah ada bukti yang memuaskan bahwa seseorang dapat dibuktikan sebagai orang memelihara begu ganjang. Dalam berapa kasus ada hal-hal yang tidak masuk akal; misalnya dengan klaim dukun ada kertas berisi nama-nama yang telah meninggal dimana sebagian sudah meninggal dan sebagian lagi belum. Daftar yang belum meninggal ini diisukan akan menjadi sasaran berikutnya.  Penemuan kertas ini sangat misteri dan nampaknya kurang berterima. Contoh lain pihak dukun mengklaim menemukan boneka dengan tertusuk-tusuk jarum, namun proses penemuan bonega kurang transparan. Artinya ini proses pembuktian parbegu ganjang dalam beberapa kasus sangat jarang memuaskan namun motif-motifnya sangat memicu pada suatu misteri, namun tidak secara langsung menyebutkan orang tertentu dalam pemelihara begu ganjang, namun dengan isiarat dan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menyalurkan kebencian kepada pihak yang dituduhkan sebagai parbegu ganjang.

Pandangan ketiga ini berpendapat bahwa kasus begu ganjang ini muncul karena ada situasi tertentu yang muncul dalam masyarakat yang sulit di terima akal yang bisa kita sebut ‘unlogic’. Misalnya dengan adanya kasus meninggal tiba2 atau ada penyakit yang aneh secara medis tidak mendapatkan penjelasan yang memadai di suatu kampung atau daerah. Peristiwa semacam ini bisa menimbulkan pertanyaan di tengah-tengah masyarakat dan mencoba meraba-raba apa sesungguhnya yang terjadi. Dalam situasi seperti ini sangat mudah masuk pengaruh untuk pembuktian macam ini ditanyakan kepada dukun atau ahli yang didaulat dapat membuktikan atau menjelaskan keadaan ini. Dalam berbagai kasus dukun semacam ini dapat memberikan ciri-ciri yang dimiliki seseorang dan dengan secara mudah di tangkap masyarakat dengan menuduh seseorang pelaku yang memelihara begu ganjang sebagai faktor penyebab munculnya peristiwa yang ‘unlogic’ dimaksud.  Teori pembuktian seperti ini biasa sangat cepat di terima dalam masyarakat yang dekat pemahamannya pada magic. Sehingga sang dukun dapat dengan mudah mempengaruhi masyarakat untuk menuduh seseorang di kampung tersebut sebagai pemelihara begu ganjang. 

Pandangan ini berpendapat jika suatu peristiwa dikampung tersebut yang ‘unlogic’ dapat dijelaskan dan ditangani secara cepat dan logis maka peristiwa begu ganjang tidak akan terjadi dalam masyarakat. Dalam pandangan ini sangat berharap agar para medis dan pelayan gereja dapat menjelaskan fenomena dalam masyarakat secara logis dan rasional, sehingga masyarakat tidak diberi ruang untuk bertanya kepada dukun atau yang didaulat memiliki kemampuan membuktikan parbegu ganjang. 

4.       Teori penyaluran kebencian pd seseorang.
Ini bisa berdekatan dengan point 3, namun beda motifnya. Jika pada no 3 pada peristiwa 'unlogic' maka pada point ke empat ini lebih pada iri atau kebencian pada seseorang. Misalnya seseorang di kampung pekerja keras dan usahanya tergolong baik, sehingga yang lain yang pernah bersinggungan atau selisih menjadi faktor yg dominan untuk tuduhan-tuduhan pada seseorang sebagai parbegu ganjang. Dalam teori sosial bisa ini dikatakan sebagai ‘dirty tactic’ memanipulasi data dan informasi dengan membungkus issu begu ganjang sebagai penyaluran kebencian. Teori semacam ini bisa dilakukan oleh seseorang karena kalah dalam suatu usaha, atau iri terhadap keberhasilan dan kelebihan orang lain. Namun dalam proses pembuktiannya hampir sama dengan point ketiga. Seseorang memiliki kelebihan atau berhasil dalam suatu usaha atau pekerjaan karena dianggap bekerjasama atau karena memelihara begu. Untuk proses pembuktian ini biasanya diundang dukun yang dianggap ahli dan didaulat memiliki kemampuan untuk membuktikan seseorang parbegu ganjang.

C.      Peran Gereja dan Pelayan
Apakah yang dapat kita lakukan dalam penangkalan Begu Ganjang? Dalam melihat konteksnya,  latar belakang issu begu ganjang  berkaitan dengan keyakinan dan respon masyarakat keluar dari situasi tertentu  yang dianggap tidak biasa. Misalnya terus gagal panen, ada musibah atau peristiwa-peristiwa aneh yang menjadi perbincangan warga. Dalam situasi seperti ini agar issu Begu Ganjang dapat ditangkal, maka beberapa hal dapat dilakukan oleh gereja dan pelayan adalah sebagai berikut:  
1.       Cepat dan tanggap mewaspadai jika ada semacam kegelisahan dalam masyarakat!
Pendeta mesti tanggap darurat dan dengan cepat mengantisipasi untuk memberikan pencerahan dalam masyarakat jika terjadi fenomena sebagaimana dikemukakan di atas, jangan sampai diberi ruang untuk mendatangkan datu atau dukun untuk menanyakan perihal yang terjadi dalam masyarakat. Biasanya jika ada rapat-rapat di dalam masyarakat yang memberi ruang untuk menanyakan dukun atau orang yang didaulat mampu membuktikan hal ihkwal yang terjadi. Disinilah muncul issu Begu Ganjang yang biasanya dengan modus yang hampir sama di beberapa daerah. Gereja harus memiliki langkah-langkah baik pendekatan kepada kepala desa dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat lainnya agar tidak sampai ada pikiran atau niat masyarakat kampung untuk mengundang secara resmi di kampung tersebut apalagi dengan ritus tertentu. Dalam hal ini gereja perlu bekerjasama dengan aparatur pemerintah seperti keamanan atau berbagai lintas ilmu untuk memberikan penjelasan yang lebih logis dalam mengamati dan mencermati fenomena yang ada di dalam masyarakat atau desa.

2.       Perlu pendekatan theologis yang tegas bahwa tidak ada kaitan roh orang meninggal dengan orang yang hidup.
Sebagian orang Batak masih melekat pemahamannya tentang Begu Ganjang sekalipun telah menjadi Kristen. Mereka percaya kepada begu itu oleh issu dan provokasi dari orang-orang yang layak mereka percayai, ditimpali lagi oleh perasaan benci terhadap orang yang dicurigai, tanpa berpedoman pada nalar apalgi pada iman Kristiani yang seharusnya mereka pergunakan sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan. Alkitab tidak pernah berbicara tentang roh orang mati seperti konsepsi 'hasipelebeguon batak' di atas dengan segala jenis dan peranannya. Rasul Paulus, memang, pernah berbicara mengenai "roh-roh jahat di udara" -namun itu menunjuk kepada kuasa iblis dalam segala bentuknya (Efesus 6, 12) - tapi Paulus telah menyodorkan kepada kita "perlengkapan rohani" untuk menghadapi semuanya itu (baca Efesus 6, 10-20). Perlu ditekankan bahwa "ndang tutu adong begu di portibi on, jala ndang adong debata dungkon ni Nasasada i" (1 Kor. 8, 4)

Hal yang tidak kalah pentingnya adanya penegasan pada Luk 16:23-26 tentang Lazarus dan orang kaya, dikatakan: “Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.” (ay.26).

3.       Gereja melakukan pendidikan iman untuk menjelaskan bahwa dunia orang mati tidak berkaitan lagi dengan orang yang hidup.
Bukankah jaman missionaris ini sudah teruji? Di dalam berbagai kasus missionaris diberi tanah yang nota bene dianggap sebagai parbeguan atau di anggap angker dan terbukti para miissioner tidak dimakan begu. Sehingga tidak ada lagi semacam keraguan di tengah-tengah jemaat akan pemahaman roh  orang meninggal.

4.       Gereja dan Pelayan mesti bertindak sebagai pelindung korban.

Ini sangat penting agar tidak terjadi tindak kekerasan di tengah-tengah warga masyarakat. Amatlah tragis jika pelayan membiarkan masyarakat melakukan tindak kekerasan yang bisa berakibat kehilangan nyawa namun gereja tidak berbuat apa-apa. Gereja mesti terpanggil mengeliminasi kekerasan dan tindak kriminal di tengah-tengah masyarakat. 

Rabu, 24 September 2014

MEMAKNAI SUMPAH JABATAN

Memaknai Sumpah Jabatan 

Oleh : Nekson M Simanjuntak

Gabe its Aufgabe
Pemberian adalah Tanggujawab


Pada bulan September dan Oktober 2014 Indonesia sedang sibuk melaksanakan pelantikan para wakil Rakyat. Di berbagai media acara pelantikan dan angkat sumpah jabatan para wakil rakyat merupakan berita paling ramai bahkan menjadi sajian berita menarik berbagai Daerah serta segala dinamikanya. Hal ini akan berlangsung ke depan di berbagai daerah lainnya hingga DPR di Senayan. Penantian puncaknya mungkin yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia adalah Pelantikan Presiden Jokowi -Jusuf Kallah tanggal 22 Oktober 2014.

Perihal pelantikan para wakil rakyat tersebut, saya jadi teringat satu istilah dari orang German yang mengatakan   Gabe its Aufgabe, artinya "pemberian adalah tanggungjawab." Istilah ini memberikan pengertian yang dalam akan arti dan makna pekerjaan dan tugas khususnya dalam pelayanan gerejawi. Pekerjaan adalah pemberian yang mesti dihormati dan dihargai melalui suatu tanggungjawab dan mesti dilakukan dengan kerja keras, displin dan taat pada rule atau aturan yang ada. Jika diitinjau dari sudut theologi, pekerjaan adalah pemberian Allah. Allah sendiri yang memberikan mandat bagi pemangku jabatan. Dalam pelayanan gerejawi, pekerjaan adalah panggilan yang mesti dilakukan secara bertanggungjawab pada Allah sang pemberi pekerjaan. Karena Allah adalah sang pemberi, maka tanggung jawab dalam pelayanan gerejawi bukanlah bertanggungjawab pada manusia tetapi pada Allah yang sendiri. Pekerjaan dalam pelayanan gereja mesti dipahami oleh setiap pelayan, bahwa pelayan bukanlah pemilik dalam gereja tetapi sebagai pekerja. Pekerjaan adalah titipan dari sang pemberi yaitu pemilik. Pemilik dan pekerja harus dibedakan. Pemilik adalah Allah sendiri dan pekerja adalah pelayan yang dipanggil. Ibarat ladang, pemilik ladang bukanlah pekerja, tetapi adalah Allah sendiri. Allah sendiri yang memanggil dan mengutus orang bekerja di ladang milik kepunyaanNya. Pemilik berwewenang penuh memilih dan menentukan siapa yang menjadi pekerja diladangnya dan berwewenang penuh memberikan upah pada orang-orang yang dipekerjakannya. Pemahaman pelayan terhadap milik dalam pelayanan gerejawi penting, untuk meningkatkan kesadaran bahwa pelayan adalah Hamba Tuhan yang diberi kesempatan dan dipercayakan melakukan tugas dan dilakukan mesti sesuai dengan rule yang ada. Seorang pekerja tidak dapat seenaknya bekerja, namun memiliki ketaatan dan ketundukan pada aturan yang ditetapkan pemilik. Demikianlah seorang hamba Tuhan mesti memiliki ketaatan dan ketundukan pada Aturan yang ditetapkan Allah melalui uraian tugas tohonan masing-masing. 

Hal yang sama tertitip pesan akan makna ungkapan ini bagi para pemangku jabatan yang dilantik dan yang akan dilantik di bulan September dan Oktober ini baik para legislatif, eksekutif dan jajarannya. Pemberian adalah tanggjawab meruapakan suatu ungkapan sangat baik direnungkan dalam mengabdikan diri sebagai wakil rakyat dan aparatur negara. Tugas dan jabatan yang diemban adalah pemberian Allah yang diterima melalui suatu proses politik oleh rakyat. Tugas itu diberikan dan dipercayakan oleh rakyat dengan harapan dilaksanakan dengan tanggungjawab sebagai wujud ketaatan dan komitmen dalam mengabdikan dan mengabadikan diri sebagai pelayan rakyat. 

Pemberian adalah tanggungjawab, hal ini yang mesti dihayati dan ditumbuhkembangkan oleh semua pemangku jabatan (gerejawi dan publik).  Dengan istilah ini semua pelayan menyadari bahwa pekerjaannya sebagai pelayan mesti disyukuri sebagai pemberian dan kepercayaan Tuhan. Kepercayaan ini adalah sangat berharga dan memiliki nilai yang sangat tinggi. Tentu akan banyak godaan, tantangan, persaingan bahkan gesekan dalam berbagai dinamika menjalankan tugas. Pemangku jabatan yang menerima mandat mesti taat dan mengabdikan hidupnya mengabdi pada yang memberikan mandat. 

Dalam menunaikan tanggungjawab yang besar ini Alkitab 2 Timoteus 4:5 memberikan pesan: “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!”. Ini adalah suatu pesan yang sangat baik direnungkan dan dihayati sebagai bentuk ketaatan dalam menunaikan tanggungjawab. 

Kutuliskan ini sebagai pesan buat beberapa teman yang telah dilantik menjadi anggota Dewan!

Senin, 22 September 2014

PATUNG YESUS TERBENGKALAI DI SIATAS BARITA

PATUNG YESUS TERBENGKALAI DI SIATAS BARITA
Oleh : Nekson M Simanjuntak

Harapan: Dua Tangan Memberkati
Kenyataan: Dua Tangan Memohon Pengampunan 


Pembangunan patung Yesus setinggi 40 meter di Siatas Barita berdekatan dengan Salib Kasih sebenarnya akan menjadi harapan masyarakat Tapanuli Utara mengabadikan Siatas Barita menjadi Obyek Wisata Rohani di Tapanuli. Menurut Rencana peresmian Patung ini dijadwalkan Desember 2013 sebagai kado Natal buat Masyarakat Tarutung dan Masyarakat Batak umumnya, namun apa hendak di kata lain harapan dengan kenyataan. Pembangunan patung ini macet dan terbengkalai, bahkan dalam dua kali berkunjung ke sana tak ada aktifitas tanda-tanda untuk kelanjutan pembangunan ini.

Jika pembangunan ini selesai, diperkirakan patung ini akan menjadi patung Tuhan Yesus tertinggi kedua atau ketiga di dunia, sejajar seperti di Rio de Jeneiro Brazil atau di Dilly, Timor Leste. Setiap saya duduk di rumah (kebetulan teras rumah dinas yang kutempati sekarang di Tangsi persis berhadap dengan patung ini, atau juga di kantor saya di Pearaja akan selalu menarik-narik pandangan untuk menatap ke arahnya. Apa yang kulihat ini, dua tangan ini  mungkin direncanakan sebagai gambar untuk memberkati bagi setiap orang di lembah Silindung, namun bagiku pemandangan ini menjadi tangan yang menengadah ke langit memohon pertolongan dan ampun atas dosa dan khilaf dalam seluruh proses pembangunan Patung ini.  Inilah kurasa tragisnya pembangunan patung Tuhan Yesus di Siatas Barita, Tarutung yang hingga saat ini terbengkelai dan tak ada tanda-tanda akan kelanjutannya. 

Saya tidak berpretensi untuk investigasi terbengkalainya Patung ini, namun saya hanya berefleksi bahwa merencanakan Wisata Rohani mesti didasari iman yang rohani dan diikuti spiritualitas tinggi, bukan sebagai obyek bisnis dan proyek, namun suatu usaha untuk melekatkan hal rohani bagi setiap yang mengunjunginya. sehingga benar-benar menjadi berkat bagi sekelilingnya ataupun bagi setiap orang yang datang berkunjung.  

Kutuliskan ini sebagai ungkapan keprihatinan kepada dua tangan yang menengadah ke langit, bagiku ini bukan sebagai tangan yang memberkati, namun tangan yang menengadah ke langit untuk memohon pertolongan pengampunan atas pengerjaan patung ini!


QUICK COUNT, KPI DAN KETAKUTAN

QUICK COUNT, KPI dan KETAKUTAN
Pemberhentian Penayangan QC Mengubur Kebebasan Pers dan Kemunduran Demokrasi;
Suatu Kommentar atas Sikap KPI Pada Pilpres 2014
Oleh : Nekson M Simanjuntak





Sabtu, 12 Juli 2014, KPI instruksikan pemberhentian penayangan dan publikasi hasil QC lembaga survei dan Real Count dari dua kubu Pilres di seluruh stasiun TV di Indonesia. Pemberhentian ini didukung oleh komisi I DPR RI. Sikap ini diambil karena takut terhadap ancaman atau benturan fisik para pendukung kedua capres/cawapres yg sama klaim kemenangan. Sesungguhnya pemberhentian itu adalah bentuk ketakutan demi menjaga keamanan. Harga mahal dibalik pemberhentian tersebut adalah telah membunuh dan mengubur kebebasan pers sendiri yang diperjuangkan di era reformasi. Apalagi KPI ada dan diperjuangkan dengan tujuan kebebasan pers.

Instruksi KPI ini dianggap sebagai jalan alternatif mengatasi situasi nasional yg terbelah kepada kedua pasangan capres/cawapres yg sama2 klaim unggul dlm Pilpres 9 juli. Pemberitaan keunggulan masing-masing capres yg didukung oleh data quick count dari berbagai lembaga surey dan semakin hangat dan dinilai panas. Delapan lembaga survei menangkan Jokowi-JK dgn kisaran 52-53% sementara Prabowo/Hatta unggul tipis menurut 4 lembaga survey. Konsentrasi kekuatan massa tentu akan tertuju pada hasil pilpres ini karena berharap agar presidan pilihannya menang. 

Persaingan ketat Pilpres ini dianggap rawan konflik, berbagai elemen masyarakat pun serukan pengawalan ketat perhitungan suara dan desak KPU independen tanpa dipengaruhi pihak manapun dan tanpa takut terhadap presser (tekanan) dan mendorong pihak Kepolisian untuk jamini perhitungan suara yg jujur dan tanpa kecurangan. Bahkan Presiden didesak untuk mengawal Pilpres ini secara jujur hingga penetapan pemenang pemilu oleh KPU tanggal 22 juli. Berbagai desakan terhadapmpemerintah tersebut adalah sungguh ssangat wajr  karena itulah tujuan bernegara. Namun sangat berbeda jika KPI menghentikan publikasi perhitungan cepat tersebut karena lembaga ini bertujuan mendorong kebebasan pers dan membuka akses informasi seluas-luasnya bagi masyarakat agar dapat mengakses informasi dan fenomena yang terjadi di tengah2 masyarakat. 

Bagaimana kita melihat instruksi KPI ini dari segi kebebasan dan demokrasi ke depan ? Kebebasan Pers adalah salah satu produk reformasi yang mungkin dibanggakan dan mungkin hanya sisi ini yang tertinggal, sementara agenda lain masih dianggap lambat.  Bagi penulis hal ini sangat mengejutkan. Setelah 16 tahun reformasi lembaga KPI yang mesti mendorong transparansi dan kebebasan pers justru melakukan tindakan yang berlawanan dgn tujuan KPI itu sendiri. Betul alasan ini sangat logis demi keamanan nasional. Apakah dengan ancaman terjadinya keributan dari pendukung capres/cawapres maka masyarakat Indonesia harus mundur dari kebebasan pers atau membunuh dan mengubur kebebasan pers. Apakah tidak ada hukum bagi yang akan melakukan keributan karena pilihannya tidak menang, dimana polisi, dimana pihak keamanan dan dimana negara?

Apapun hendak dikata bahwa Langkah KPI ini sungguh bertentangan dengan tujuan KPI, jika karena ancaman keamanan seharusnya KPI merekomendasikan untuk memperkuat keamanan dan penegakan hukum bukan mengorbankan kebebasan pers sebagai garda depan dalam demokrasi. Dalam hal ancaman dan ketakutan situasi panas para pendukung mestinya KPI dorong pihak keamanan meningkatkan kewaspadaan dan penegakan hukum yg tegas bagi yg mencoba melakukan kisruh serta menyuarakan jaminan kenyamanan pilihan yg berbeda. Hal ini penting dilakukan agar masyarakat tidak bermain-main dengan hukum. Apakah kalau capres tertentu kalah dapat melakukan kisruh dan anarkis. Sekali lagi langkah yg dilakukan KPI yg hentikan pemberitaan Quick Count ini telah membunuh dan mengubur kebebasan pers. Mestinya lembaga ini mendorong pemberitaan yg lebih bebas dan bertanggungjawab sehingga masyarakat dapat mengakses informasi yg berbeda dan menghargai perbedaan dalam payung hukum yang kuat. Mestinya yang didorong adalah tanggung jawab dan pencerahan berbagai elemen masyarakat. Misalnya jika lembaga survey melakukan penelitian dan surveynya keliru tentu ada sanksi moral yg sangat tinggi, jika tak penuhi kaidah yang beri sanksi dan mengubur lembaga survey tersebut agar tak bisa lakukan penelitian picisan. Demikian terhadap stasiun televisi yang memberitakan pembohongan publik misalnya maka ijinnya dicabut dan hukum yg tegas. Moment ini sebetulnya mesti moment penting dalam pendidikan bagi masyarakat menuju demokrasi yg sesungguhnya dan proses edukasi bahwa jika tak menang capres/cawapres tetap menghargai hasil dan tidak melakukan tindakan anarkis. Sehingga masyarat terdidik dengan sikap fair play, mental satria dan legowo dalam setiap pertarungan.

Artinya KPI seharusnya mempertahankan kebebasan pers dan rekomendasikan kebebasan yg bertanggungjawab. Bisa bebas mendirikan lembaga survey dan buat Quick Count namun turuti kaidah dan bersedia kena sanksi berat jika tak penuhi kaidah. Langkah seperti ini yg mestinya dilakukan KPI bagi masyarakat bukan instruksikan pemberhentian data dan informasi yg berdampak hak memperoleh informasi yg dibutuhkan oleh masyarakat. Demikian dengan stasiun TV jika dlm pemberitaan tak memenuhi kode etik pemberitaan dapat KPI dapat memberikan sanksi yg tegas. 

Langkah KPI ini akan menjadi preseden buruk ke depan dalam berdemokrasi di Indomesia khususnya di Pemilu (Pileg dan Pilpres) dan Pilkada. Kalau sempat moment ini menjadi diundangkan tak boleh lembaga survey publikasi lewat media hasil hitungan cepat dalam pemilu dan pilkada proses tranparansi dalam demokrasi telah terkubur. Akses informasi pun jauh dari harapan masyarakat. Bukan kah dalam Pilkada akan terbuka klaim kemenangan dan berbagai pihak yang bertarung dalam perebutan Kepala Daerah? Dengan pemberhentian publikasi oleh KPI maka lembaga2 survey tidak dapat lagi melaksanakan fungsi penelitian dan publikasi yang sangat berharga bagi masyarakat. Padahal lembaga-lembaga survey yang independen dan obyektif adalah lembaga yang dipakai oleh masyarakat sebagai indikator lain dalam menilai hasil perhitungan suara oleh KPU dalam Pemilu. Kebebasan yang dikubur KPI akan sulit bangkit karena pengalaman Pilpres ini dan dengan alasan keamanan akan menjadi jalan mudah menutupi transparansi. Dalam setiap pemilu mesti dalam prinsip boleh berbeda namun masing-masing orang harus bertanggungjawab dlm kebebasannya, bebas dari tekanan dan intimidasi. Dalam alam demokrasi negara harus menjamin setiap orang nyaman dalam perbedaan.

Salam demokrasi, merdeka!

SELAMAT DATANG ANAKKU TIMOTIUS

SELAMAT DATANG ANAKKU TIMOTIUS
Jadilah anak yang baik, kestaria dan berbudi bhakti
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Minggu, 20 Juli 2014 menjadi hari istimewa bagi keluarga kami! Pagi seperti biasa kami serapan dan kemas-kemas untuk mengikuti ibadah pukul 09.00 di HKBP Kapuk. Memang sudah satu bulan kami di Jakarta di rumah mertua sambil menunggu urusan yg belum kunjung tampak titik terangnya. Setiba di gereja Theofilus anak kedua kami masuk ke ruangan atas gereja untuk ikuti pengajaran Sekolah Minggu. Sementara Theresia Carlita anak pertama kami, istriku dan saya sandiri memasuki gedung dan duduk menenangkan diri berdoa dan mengikuti kebaktian, nyanyian pujian dan pembacaan Firman.

Dalam ibadah saya berdoa agar Tuhan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi bangsa Indonesia khususnya berkaitan dengan pengumuman hasil Pilpres 22 Juli 2014. Kegalauan ini bukan saja soal situasi kondusif Kota Jakarta, namun berdasarkan konsultasi Dokter Soetikno Sabtu, kemarin tgl 19 Juli di rumah Sakit Harapan Kita bahwa Dokter memperkirakan kelahirannya tangal 22 Juli bertepatan dengan pengumuman KPU dan telah membuat beberapa surat untuk kami bawa tanggal 22 Juli pukul 09.00 di ruang Cempaka RS Harapan Kita. 


Selama mengikuti ibadah saya mencoba konsentrasi untuk ikuti nyanyian dan doa sesuai dengan urutan acara, namun dalam benak tetap juga muncul bagimana nanti tanggal 22 Juli ya, apalagi baru baca status teman FaceBook ada katanya tokoh politik tertentu bagi baju kotak2 padahal Jokowi sudah instruksikan agar tak turun ke jalan. Itu pertanda tak baik sebagaiman disinyalir akan ada rusuh dan tindakan anarkhis karena tak berterima hasil rekapitulasi Pilpres. Kekhawatiran saya ini juga bertambah kerena ingat betul peristiwa Mei 1998 yg menyeramkan itu. Pada waktu itu saya baru tiba di Jakarta untuk menjalani masa praktek yg di HKBP Slipi. Saya yakinkan diri saya dlm doa apalagi teks kotbah dari Yes 44,6-8 yang sudsh saya baca sebelumnya menekankan Allah satu-satunya Tuhan, pencipta, pemelihara dan yang menentukan awal dan akhir sejarah. Menambah keyakinan saya bahwa Allah itu baik, Dia hidup dan berkuasa atas hidup umatNya.

Dalam pikiran yang galau begitu, saya perhatikan istriku dan saya sapa: "bagaimana Ma, sehat?" Dia jawab: "baik!", kami pun ikuti nyanyian Buku Ende sesuai dengan jadwal acara. Menjelang pukul 10.00 saya perhatikan istri saya agak gelisah dan rupanya dia mengalami sakit perut dan mulas. Saya langsung tawarkan untuk siap2 berkemas saja sesuai dengan pengalaman anak pertama dan kedua, tanda seperti itu adalah tanda2 kelahiran. Kami pun keluar dari gereja dan permisi dari sintua agar didoakan kami mau menuju rumah sakit. Di jalan saya sms dokter Soetikno namun tak dijawab dan kami terus menuju RS Harapan Kita karena seperti penjelasan dokter selalu ada dokter jaga yang selalu stand by. Kami pun permisi bersama mertua saya dari penatua dan mergegas meninggalkan gereja, pergi ke rumah sebentar untuk membawa perlengkapan bersalin sebagaimana telah dipersiapkan.

Sekitar jam 11.00 kami tiba di RS Harapan kita dan mendaftar ke ICU sambil menunjukkan surat yg sudah diberikan dokter Soetikno. Kami pun dituntun ke ruang Cempaka, C.06. Perawat pun datang untuk cek jantung bayi dan hits ibunya setelah ditunggu setengah jam data2 computer itu ditunjukkan sama kami bahwa betul ibunya sudah kontraksi dan akan melahirkan. Dokter jaga memberikan beberapa nasehat sambil menunggu kelahiran. Dalam mengerang sakit sayapun berikan nasihat dan beberapa canda agar istri saya bisa tertawa, kadang tertawa kadang tak perdulikan canda saya sambil menahan rasa sakit. Dokter jaga pun beri tahu bahwa Dr Sietikno tidak bisa hadir dan sudah direkomendasikan ke Dr Vira, kami pun mengiayakan dan di dalam keyakinan kami serahkan semuanya kepada dokter.

Dengan perjuangan seorang ibu dengan segala rasa sakit dan situasi menegangkan itu sekitar pukul 16.54 anak kami pun lahir. Setelah keluar dia menangis kencang, saya memeluk istri saya kamu memang hebat dan luar biasa anak kita sudah lahir. Para perawat pun membersihkannya dan seluruh perawatan lainnya, kulihat anakku dan kusebut dalam hatiku, kamu hebat nak. Berat badannya 4.045 KG dan panjang 54CM.

Dalam ruang bayi saya diberi penjelasan perawat tentang keadaan bayi dari tangan, kaki, kepala, hidung, mata, lobang dubur dan seluruhnya lengkap dan sehat setelah didandani diberikan untuk saya untuk saya gendong. Dalam gendonganku saya berdoa dan menciumnya: "Anakku kamu hebat , jadilah anak yang baik, berjiwa kesatria dan berbudi bhakti.

Kutuliskan ini hanya sekedar catatanku saja, kelak anakku setelah bisa membaca boleh membacanya.


Oh, ya, sedikit kutambahkan , kami panggil engkau Timotius. Itulah namamu, mengingatkan aku akan murid seorang paulus yang sangat muda namun memiliki pelayanan yang baik. Bahkan Paulus sendiri meneguhkannya jangan seorangpun menganggap engkau muda, jadilah teladan bagi semua orang, dalam perkataan, dalam iman dan kasih!

SIKAP MENANG SENDIRI - SIGURU DOK

Sikap Menang Sendiri - Siguru Dok
Suatu Catatan Kepada Competitor Yang Tak Mengaku Kalah
Oleh: Nekson M Simanjuntak



Sikap menang sendiri adalah perilaku yg kurang terpuji. Sikap ini muncul dalam diri seseorang yg menonjolkan diri dan memuji diri sendiri secara berlebihan. Biasa tidak mau menerima apa yg namanya kelebihan orang lain, bahkan selalu berpikir negatif dan menyusun segala argumentasi untuk menyalahkan orang lain. Orang seperti ini tidak mau dievaluasi atau koreksidiri, tidak mau mendengar nasehat. Dalam bahasa Batak sifat ini disebut dengan Siguru Dok. Siguru Dok daoat diterjemahkan: "segaka sesuatu mesti menurut dia, di luar dia tak ada yg benar."

Dalam kehidupan sosial, Sikap Menang Sendiri - Siguru Dok ini tidak bisa bekerja sama atau koperatif, tidak pernah akomodatif semuanya beririentasi pada diri sendiri. Siguru Dok biasanya pintar bersilat lidah dan membela diri, dalam keadaan salahpun bisah menyalahkannorang lain tanpa dasar, cekatan melihat titik lemah orang lain dan lihai membuka ruang menyerang lawan, dalam berkonflik apapun dilakukannya agar menang. Pada akhirnya Siguru Dok akan ditinggalkan temannya, karena susah memegang janji dan sikap dan tabiat mengorbankan orang lain demi kepentingan menang sendiri

Vocation: adalah manusiawi jiwa kita memiliki keinginan untuk mendapatkan apresiasi dari orang lain. Tentu pula sebagai makhluk sosial kita hidup berdapingan dgn orang lain. Adalah sangat mulia hidup yg korektif - evaluasi kelemahan diri demi kualitas yg terbaik dan menghargai orang lain akan mendapat penggargaan. Dalam komunitas masyarakat mementingkan kepentingan umum disampung kepentingan pribadi adalah suatu panggilan.

suara perubahan mental...!

TRADISI MUDIK DAN INKULTURASI RELIGIUS

Tradisi Mudik - Inkulturasi Religius
Colek Lebaran 2014 Lalu
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Mudik berasal dari kata 'udik' artinya 'desa' dan 'kampungan'. Mudik berarti seseorang atau sekelompok masyarakat yang kembali ke desa atau ke kampung halaman. Perayaan besar keagamaan menjadi kesempatan penting untuk mudik. Bagi beragama Islam mudik lebaran menjadi salah satau moment yang sangat penting, demikian dengan umat Kristen pada saat Natal dan Tahun Baru. Tradisi mudik ini menjadi fenomena dalam masyarakat Indonesia dan menjadi agenda tahunan yang mendapat perhatian serius dari pemerintah untuk mempersiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan seperti jalan umum, jembata, dan jalur-jalur alternatif dipersiapkan secara serius agar semua pemudik dapat sampai di ke tujuan masing2.

Mudik adalah Inkulturasi Religius.
Hal menarik dari mudik adalah adanya inkulturasi tradisi keagamaan menjadi praktek kehidupan masyarakat Indonesia. Agama Yahudi misalnya adalah menjadi kewajiban bagi mereka untuk merayakan Paskah di Bait Suci Yerusalem. Perayaan paskah di Yerusalem ini sangat banyak dimanfaatkan oleh para imam di bait suci dan penduduk sekitar. Bagi Yahudi Diaspora adalah menjadi kewajiban religius untuk naik ke Yerusalem; beribadah serta sampaikan kurban di Bait Suci. Hal menarik disini adalah keyakinan religius yang mewajibkan merayakan paskah di Yerusalem menjadi perilaku masyarakat Yahudi diaspora secara rutin yang kembali ke kampung halamannya.

Tradisi Kekristenan mudik juga merupakan peristiwa religius. Menurut kitab suci peristiwa ini dimulai dengan tindakan politik yang merecanakan sensus penduduk diseluruh kekuasaan Romawi namun menjadi peristiwa keagamaan yg mengagungkan (Band Lukas 2). Sensus ini ditetapkannoleh Kaisar Agustus agar seluruh penduduk kekaisaran Romawi kembali ke kampung halamannya. Dalam memenuhi peristiwa politik ini pula Yesus lahir di Bethlehem karena Yusuf dan Maria adalah orang Nazareth. Peristiwa lahirnya Yesus di Bethlehem merupakan Perayaan Natal atau yang disebut dengan Merry Christmass. Dalam merayakan Natal banyak umat Kristen merayakannya di kampung halaman yang kita sebut dengan mudik. Mereka yang hidup diperantauan pulang ke kampung merayakan natal dan tahun baru di Bona Pasogit. Mudik di masa natal bukan sebagai pulang kangen dan pelepas rindu semata, namun memiliki makna khusus untuk penghargaan terhadap kampung halaman. Makna ini digali dari peristiwa religius. Peristiwa natal di mana Yusuf dan Maria kembali ke kampung halamannya dan dalam kembali ke kampung halaman ini nubuatan keselamatan di genapi (band Mikha 5,1). Hal ini menjadi term menarik yang diyakini umat kristen sebagai suatu pesan moral akan tingginya arti bona pasogit. Apa yang mau dilihat disini adalah kekristenan memahami iperistiwa pulang kekampung terjadi keselamatan besar. Hal ini dimaknai sebagi peristiwa religius yang sangat penting dalam sejarah keselamatan dan menjadi pendorong bahwa kembali ke kampung halaman. Perayaan natal adalah merayakan Yesus yang lahir di Betlehem, sekaligus mengenang yusuf dan maria yang kembali ke kampung halamannya.

Bagi masyarakat muslim di Indonesia, tradisi mudik di masa lebaran (idul fitri) nampaknya menjadi agenda tahunan masing2 prubadi dan keluargayang memiliki makna tersendiri. Berangkat dari pemahaman arti lebaran: lebar+an. Memohon keluasan hati atas dosa, khilaf dan sala terhadap sesama manusia. Dalam memohon maaf peristiwa silaturahmi sangat penting dengan saling mengunjungi, khususnya ke kampung halaman tempat sanak saudara kumpul. Defenisi yang sama dari Idul Fitri, fitri=fitrah manusia, kembali ke fitrah, setelah berpuasa manusia menahan diri atas segala godaan dan dosa manusia memperoleh kemenangan dan pencerahan budi, kembali ke fitrahnya dlm menjalani hidup. Mudik lebaran bukanlah semata2 mengisi liburan namun merupakan peristiwa religius dengan merayakan kemenangan iman dan kemenangan penguasaan diri atas godaan. Dalam idul fitri biasanya dirayakan melalui sembayang Id atau kemenangan. Dalam merayakan lebaran umat Islam berkewajiban memberikan zakad fitrah, sebagai persembahan atas berkat dan ridho Allah dalam hidupnya yang memberikan rizki, maka rizki yang diterima wajib hukumnya untuk dipersembahkan bagi sesama khususnya yang membutuhkan atau kekurangan, yatim dan anak terlantar. Apa yang mau kita lihat disi adalah peristiwa lebaran dengan mudik adalah pemenuhan kewajiban religius untuk memohon keluasan hati maaf dan kelapangan hati.

Mudik atau kembali ke kampung halaman yang dirayakan oleh umat muslim di saat lebaran, memiliki makna spiritualitas yang terdapat dalam tradisi Kekristenan di saat Natal dan Yahudi di saat paskah adalah peristiwa religius. Peristiwa religius ini memikiki dimensi iman dannikatan dengan kampung halaman. Melaksanakan keyakinan keagamaan ini menjadi fenomena masyarakat yang memikiki dampak berbagai dimensi kehidupan. Dalam makna demikin mudik atau kempali ke kampung halaman mestinya diikuti dengan peningkatan spiritualitas masing masing pengikutnya.

ALLAH TURUT BEKERJA MENDATANGKAN KEBAIKAN KITA

ALLAH TURUT BEKERJA MENDATANGKAN KEBAIKAN KITA 
Pokok2 Renungan dari Kotbah Minggu, 27 Juli 2014: Rom 8,26-30
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Dalam memahami perikop kotbah ini ada baiknya kita membaca keseluruhan pasal 8, hal ini penting untuk memahami penjelasan Paulus tentang peran Roh Kudus dalam diri orang2 yang diselamatkan. Orang yang diselamatkan telah hidup menurut Roh. Mereka tidak lagi menurut daging, karena jika kita hidup menurut daging maka kita akan mati. Kristus tela telah menyelamatkan kita maka Roh mendiami kita. Roh bukan hanya diam pasif namun menjadi penggerak dalam nurani orang percaya. Atau dapat kita sebut dengan Hidup orang percaya adalah hidup yang dipimpin oleh Roh atau hidup yang digerakkan oleh Roh. Dalam duka Roh menghibur, dalam menghadapi pergumulan Roh mengajar, dalam keadaan tersesak Roh menolong dan melindungi. Hidup di dalam Roh adalah menjadi kesaksian bagi dunia bahwa kita adalah pewaris Kerajaan Allah, hidup di dalam Roh adalah hidup yang bertekun di dalam doa.

Dengan memahami penjelasan di atas kita bisa memahami begitu sentralnya peran Roh Kudus di dalam kehidupan orang percaya. Hal ini yang disimpulkan oleh Paulus dalam perikop kotbah minggu ini:

1. Roh membantu kita menghadapi pergumulan dan penderitaan. Paulus memberikan penjelasan bahwa semasa hidup ini, kita masih terus menghadapi pergumulan dan penderitaan (ay 2-23), itu adalah realitas yang harus dijalani oleh orang percaya. Namun Roh Kudus adalah penolong bagi orang percaya, bahkan dalam pergumulan dan penderitaan yang tak terucapkan dengan kata-kata Roh kudus membantu kita menyampaikan doa dan permohonan kita kepada Allah. Ini adalah suatu mistery hidup orang percaya bahwa di luar kemampuan naluri manusiawi kita bisa melakukan sesuatu dengan dibantu dan digerakkan oleh Roh Kudus. Bagian pertama ini sekaligus mengajarkan bahwa jika seseorang bisa keluar dari pergumulan berat semata mata bukan karena kepiawaiannya melainkan peran Roh Kudus, yang sekalipun tidak kita minta namun Roh bekerja melindungi kita.

2. Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi kita. Manusia tidak bekerja sendirian, atau dibiarkan oleh Allah bekerja sendiri mencari apa yang baik bagi dirinya sendiri. Manusia tidak ditinggalkan menghadapi kesulitan yang dijalaninya. Tetapi Allah bekerja mendatangkannkebaikan bagi kita. Sama seperti pesan Yesus ketika naik ke Sorga, bahwa murid2 tidak dibiarkan sebagai yatim. Hal yang sama dalam ayat 28 ini, Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Pengalaman seperti itu dialami oleh Musa di Gurun, dalam Keluaran 14,14 dikatakan: "Tuhan berperang untuk kamu, asal kamu diam saja." Diam bukan berarti pasif, kita mesti berjalan dalam terang Tuhan, usaha kita kita serahkan kepada Tuhan agar diberkati dan sesuai dengan kehendakNya. Dalam pergumulan yang sangat berat serasa kuta tak mampu memikulnya, kita percaya bahwa Tuhan turut bekerja mendatangkan kebaikan. Pesan kedua ini memberikan motivasi yang besar bagi kita untuk menjalani hidup dan merencanakan kebaikan dalam hidup kita. Jika kita perhatikan dengan seksama dlm ayat 28 memang nampaknya ada syarat, yaitu bagi yang mengasihi Dia. Ini menjadi catatan penting, mengharapkan tindakan Allah dalam hidup kita mesti disertai dengan hidup yang mengasihi Allah. Percayalah dalam setiap usaha yang kita gumuli bahwa Dia turut bekerja untuk kebaikan kita.

3. Recana Allah yang indah sejak semula. Disini memang ada semacam penekanan yang membuka pemahaman tentang predestinasi, bahwa Allah telah menentukan kebaikan kita sejak semula. Marilah kita baca ayat 29-30, ditekankan bahwa Allah sejak semula telah melakukan sesuatu pada umatnya: dipilih-ditentukan-dipanggil-dibenarkan dan dimuliakanNya. 5 istilah ini menjadi penting bahwa semuanya tindakan itu didasarkan pada Allah sendiri. Hal ini penting untuk meyakinkan kita akan jaminan keselamatan Allah bagi orang percaya. Allah sendiri telah menentukan sejak semula tentang kebaikan dan warisan kesekanatan yang akan diterima oleh orang pilihannya. Agak berbeda dengan Calvin, Luther sedikit menekankan kehendak bebas pada diri manusia, sekalipun Allah sudah menentukan sejak semula tentang umat pilihanya namun jika tidak diterima dengan tanggung jawab bagi Luther itu adalah pelanggaran. Maka kebaikan itu agar menjadi warisan harus disertai dengan tanggung jawab dengan tetap percaya.

Tiga pokok penting akan kotbah hari minggu ini menjadi sangat menarik untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Melalui kotbah ini kita diingatkan akan peran Roh Kudus yang sangat central dalam kehidupan orang percaya. Percaya bahwa Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi kita sesuai dengan rencana dan kehendakNya.

Salam!

ETIKA BERPENDAPAT

Penilaian Yang Berbeda!
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Manusia diberi rasa agar bisa merasakan, diberi pikiran agar bisa menilai dan memberikan suatu evaluasi atas usaha dan pekerjaan yang dilakukan. Mengapa ini saya tuliskan karena minggu lalu, Saya terlibat dalam diskusi yang seru dalam melihat suatu photo. Dalam photo itu ada seseorang memberikan kenangkenangan kepada sahabatnya karena baru pulang dari perjalanan. Banyak orang berkommen wah bagus ingat teman, ada yang bilang kalau masih ada bagibagi donk pada umumnya kommen positip, namun yang menjadi keheranan saya salah satu kommen yang menunjukan rasa yang berbeda, ngapai pake2 photo segala, kalau yg beginian, masih banyak yg mesti dilakukan dan bersikap sinis atas photo dan prosesi orang dalam photo tersebut. Yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa muncul pernyataan yang begitu sinis padahal oranga pada melihat hal positip.

Kita mesti menyadari bahwa perbuatan baik yang kita lakukan tak semuanya menyenangkan orang, harapan kita tentu setiap perbuatan baik kita mestinya mendapat apresiasi dan sikap positip dengan demikian kita dianggap melakukan suatu kebaikan. Perbuatan baik sekalipun dimata kita bisa saja dianggap tak berarti. Tak apalah kita menerima perbedan seperti itu mesti kita beri ruang bagi semua penilaian, baik yang positip aupun negatip. Karena baik buruknya yang kita lakukan bukan berada pada suatu penilaian, namun pada diri kita yang tulus melakukan kebaikan, yang menerima dampak dan tentu pada Allah sendiri sebagai hakim atas segala tindakan kita.

Munculnya perbedaan penilaian itu karena berbagai rasa yang berbeda, pengalaman manusia yang berbeda, latar belakang dan berbagai kepentingan yang berbeda. Penilaian adalah subyektif, tumpahan perasan pribadi. Ada kalanya menilai bukan pada obyek yang dinilai tapi pada diri pribadi yang berbuat baik, kalau dia suka pada pribadinya apapun dilakukannya adalah baik, sebaliknya kalau tidak suka terhadap pribadinya segala sesuatunya adalah dianggap tak baik. Inilah naifnya sebuah penilaian jika sudah menonjolkan subyektifitas, karena yang dinilai bukan lagi pada obyek yang dilakukan tetapi subyek.

Apa pelajaran yang mesti kita lihat dari sini, penilaian yang berbeda adalah wajar, jangan kecut dan tawar hati karena perbuatan baikmu dianggap jelek oleh orang lain. Baik buruknya perbuatanmu adalah terletak pada ketulusan hatimu, manfaat bagi orang lain dan pada Allah sendiri. Pada pihak lain jika kita menilai orang lain berupayalah obyektif, katakain baik pada halyang baik dan kurang pada yang kurang. Penilaianmu dapat membantu orang lain lebih termotivasi untuk melakukan lebih baik.

EME DOHOT SIMAREMEEME (LALANG DAN GANDUM)

Eme dohot Simaremeeme
Catatan 31 July atas berbagai rumor Penetapan KPU
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Eme dohot simaremeeme, ima ra sada tuduson na sian Buku Nabadia na gabe gombaran na masa di situan na torop nuaeng di bangsonta. Pasimpang pasebut do barita masa andorang so masa boaboa paretongan na rasmi sian KPU, na deba mandok Jokowi do na monang, na deba nari mandok si Prabowo do namonang. Masipandok na monang na be do angka "Lembaga Survey" i hombar tu pandapotna. On do pe masa songoni ala ni lam tamba hamajuon, biar do roha ni pamarenta sotung pasual situan na torop ala ni paretongan i pola sampe ro pamarenta marhite KPI na pinaganjang Komisi Penyiaran Pers asa dipaso barita si songon i. Mangirput do angka Tivi di oraorai asa unang be dipaboaboa paretongan ni lembaga survey di paretongan ni suara na nidapotna diparsilumbaon Pilpres. Dapot ma tingki di tanggal 22 Juli dipaboa KPU ma paretongan na rasmi jala ditotophon Jokowi - JK do na monang di paretongan rasmi di pamilliton ni panggomgomi ni bangsonta Indonesia 53.15%. Alai andorang so i, dung hira dapot paretongan rasmi ala tar dua propinsinai na ma paretongan ni sude Propinsi, dibaritahon piga2 tivi do na mundur amanta si Prabowo sian sude parsirangguton ni Pilpres, jala aluhoninna ninna KPU tu panguhum. Ndang mansohot KPU diondamondami ditorushonnasida do paretongan sahat tu na manotophon na monang di paretonganna.

Ni tagam do sodung ma parsualon dungkon adong haputusan ni paretongan na rasmi sian KPU, hape marudut dope muse, ala mangadu do horong Prabowo tu panguhum na ginoar Mahkamah Konstitusi nang pe naung mundur sian parsiguluton Pilpres. mK do panguhom na manontuhon parpudi sahali di hasil ni paretongan KPU hombar tu undangundang. Ndang mulai dope manjujur angka alualu i, alai masa ma muse binege barita na lam tu jebuna ima disuan ma simaremeeme di barita alogo (jaha: situs) "dunia maya" na targoar surat kabar digital. Adong do pigapiga barita alogoi na tung mansai somal dibuha situan na torop ala sai paboahon angka barita masa di bangsonta jala dirajuji deba sai tio angka barita dapot disi. Alai dungkon ni parsirangguton ni pilpres on gabe adong na manumannuman barita alogo hira dos goarna alai baritana asing, isara dipaganda do http: www.kompas.comgabe tubu ma barita alogo sipaganda goarna: www.kompasnews.....com,www.detik.com gabe adong ma muse www.detiknews....com. tarditambatambai otik goarna manamaknamak. Songon i ma dipasumansuman goar ni barita alogoi diri manumannuman barita alogo naung tinanda ni hatoropan alai ia barita na binaritahonna tung holan sipaganda jala barita sipaototo do dibagasanna.

Tarhalomong do roha disi jala sungkunsungkun nang di roha: "ue..eee tahe, ninna roha tuang aha do nuaen niula ni jolma?" Loja ni jolma i, dipasuda tingki dohot ringgitna , ringit na holan pasuansuan simaremeeme di situan na torop, paombusombus barita alogo na so marimpola i jala pabalikbalik hasintongan. Gabe tarsunggul roha songon na dipaandar Tuhan Jesus taringot tu Eme dohot Simaremeeme. Didok di tudosan i, paboa dung disaburhon panabur i boni na denggan tu ladang i, pintor ro do bornginnai parjahat manaburhon simaremeeme. Rap tubu do duansa, tingki poso dope eme dht simaremeemei sarupa do i idaon nang pe apala tung marasing, didok sesean ma asa diloas manirang simaremeemei sian eme i, alai diorai tutu sotung tarbutbut emei alani naeng mabutbut simaremeemei. Diujungna di masa gotilon tandap mai tutu, ditutung do simaremeeme alai anggo emei dipalungguk jala dipamasuk doi tu lumbung. Boni na denggan ido na dapot tumpal.

Ua tung marsiajar ma nian hajolmaon on di tudosan na arga sian buku nabadia i, ai tung aha ma gunana holan na manaburhon simaremeeme jolmai tu situan na torop, pabalikbalik hasintongan jala patagamtagam jea? Nunga jumpang gotilon ai naung matoras do situan natorop i di barita masa nang di barita alogo pe, ai nga tau nasida mananda eme dohot simareme eme. Aut sugari ma angka boni na denggan disabur nunga lam tamba tumpalmu.

Tabe, na mauas di barita na sintong!

Takut Tenggelam? Ingat Tuhan Beserta Kita

Catatan Kotbah hari Minggu 10 Agustus 2014
Nats: Matius 14:22-33
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Takut Tenggelam, ingat Tuhan Beserta Kita


Tantangan adalah realitas hidup, tak seorang pun kita hidup tanpa masalah atau pergumulan hidup. Semua itu mesti dijalani dengan berani dan tegar. Menjalani tantangan dengan segala potensi tentu tak cukup, karena potensi dan kemampuan kuta terbatas. Inilah kelebihan orang beriman bahwa kita percaya Tuhan senantiasa hadir dan mengulurkan tanganNya menolong dan menyelamatkan kita.
Sebelum memasuki kisah murid2 diterpa badai perikop ini menunjukkan aktifitas Yesus yang berdoa. Menjadi bagian penting agar kita dalam kehidupan sehari hari mesti memulainya dalam doa. Doa adalah keterbukaan hati kita di hadapan Allah yang Maha Tahu dan membuka diri dihadanNya dan memberikan ruang bagi allah mengatur dan menggerakkan hidup kita. Dengan demikian apapun yang kita alami dalam hidup apakah berupa tantangan atau badai kehidupan, kitanpercaya tuhan ada dan hadir menolong kita.

Marillah kita gali beberapa pesan menarik dari kotbah mingu ini menjadi berkat bagi kita:

01. Ketakutan menduga Tuhan jadi hantu
Hal ini yang ditunjukkan dalam perikope kotbah ini: angin kencang dan ombak nampak bermusuhan dan mengancam mereka, badai ingin menenggelamkan dan membalikkan perahu yang mereka tumpangi. Dengan angin shakal memunculkan badai kencang ini membuat mereka goncang. Tentu ada ketakutan di antara mereka dan itu wajar dan sifat manusiawi. Normal itu jika setiap ada ancaman yang membahayakan ada rasa takut dalam diri. Di samping cemas atas terpaan badai, muncul pula rasa takut yang menghantui pikiran mereka, dengan munculnya sosok banyangan yang semakin mendekati mereka. Mungkin dlm benaknya mereka ini hantu atau setan danau yang akan mengakhiri kisah mereka. Ketakutan pun berbalik setelah sosok bayangan itu jelas, rupanya bukan hantu tetapi Tuhan Yesus yang berjalan di atas air. Yesus yang berjalan di atas air mendekati perahu dan ingin bersama dengan muridsebagaimana pesan awal. Kehadiran Yesus membuat mereka tenang, nyaman dan tidak takut.

Ada pesan penting di sini ketakutan membuat kita samar2 bahkan semakin gelap mata. Dalam berbagai hal ketakutan membuat orang melakukan hal aneh dan bodoh yang semakin menjerumuskan kita pada perilaku aneh yang semakin tak rasional. Lihatlah seperti murid2 ini, ketakutan mereka mengganggap banyangan yang datang itu adalah hantu. Padahal bukan hantu melainkan Tuhan sendiri. Dalam banyak hal itu bisa terjadi ketakutan bahkan hingga pengalaman traumatik orang akan mengurungnya sulit keluar dari ketakutan, sekalioun jalan solutif yang ditawarkan dia akan terkungkung dan dipenjara oleh ketakutannya. Bukankan ketakutan Petrus dalam perikope ini yang memberikan rasa pd angin k3ncang membuat dia hendak tenggelam? Padahal Yesus sendiri yang menyuruh mereka berperahu dan Yesus sendori yang menyuruh Petrus berjalan di atas air.

02. Tuhan segera menolong
Melihat Yesus berjalan di atas air, menimbulkan ketakjuban Petrus, langsung spontan meminta agar Yesus mengajak Petrus berjalan di atas air, Yesus pun mengundangnya dan Petrus berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Namun alkitab mencatat ayat 30 "tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam". Disini ada hal menarik dalam dirimPetrus, yaitu mengikuti panggilan dan tiupan angin. Spontanitas Petrus berjalan mendapatkan Yesus adalah iman yang digerakkan melakukannperintah Yesus. Iman itu bergerak dan hendak mengikuti dan melaksanakan apa yang Yesus sampaikan. Perjalanan melakukan perintah itu, ada oula tantangan, yaitu badai. Lihatlah teks ini, disebutkan ketika Petrus merasakan tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam. Ini hal menarik yang perlu didalami. Ketika kita lebih mendengarkan badai dan ancaman tak ada yang bisa kuta lakukan, justru ketakutan demi ketakutan yang semakin menenggelamkan kita. Padahal Yesus ada di depan dan penuh kuasa untuk menolong hingga kita sampai kepadanya. Ini pelajaran penting dari kotbah ini, ketakutan terhadapa ancaman yang melebihi rasa percaya mendapatkan Yesus akan menenggelamkan. Kita mesti percaya pada Yesusyang memikiki kuasa menolong dan menyelamatkan kita. Dia tidak membiarkan kita tenggelam. Seperti Petrus yang berseru, ya Tuhan tolong lah aku. Maka Dia pun akan segera datang dan mengulurkan tanganNya menolong kita. Hal ini mengingatkan kita akan Firman yang begitu indah dsri Mazmur 50:15 "Berserulah kepadaKu pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau dan engkaunakan memuliakan Engkau."

03. Berilah Kesaksian dan muliakan Tuhan
Hal ketiga dari kotabah ini perlu juga kita teladani. Pengalaman menerima pertolongan dari Yesus mendorong Petrus memberikan kesaksian dan pengakuan iman: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah". Hal ini penting bahwa pengalaman iman yang merasakan pertolongan Tuhan harus disertai dengan syukur dan kesaksian. Syukur dan kesaksian Petrus disini menguatkan imannya untuk bersaksi bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah. Syukur dan kesaksian seperti ini akan mempertebal rasa percaya pada Tuhan Yesus. Sebaliknya jangan anggap pertolongan Tuhan adalah sebagai kewajibannya saja yang tidak perlu disyukuri. Pemahaman seperti ini bisa saja muncul, bahwa ada banyak orang mengakui kebaikan Tuhan namun tidak disertai dengan ungkapan syukur karena kebaikan Tuhan dianggap sebagai kewajiban Tuhan. Tuhan menghendaki kita menjadi kesaksian bagiNya (band Kis 1,8) memberitakan dan mengungkapkan kebaikan Tuhan dalam hidup kuta, sehingga semua orang daoat memukikan Tuhan melalui kesaksian kita. Orang percaya yang berkonfessio adalah bagian ketiga yang perlu kita dalami dari pesan kotbah minggu ini. Mari hitung berkat dan tindakan Allah yang kita alami dalam hidup ini, dan mari sampaikan syukur dan terima kasih kita.

Penutup
Kotbah minggu ini sangat penting menguatkan kita dalam mengahadapi terpaan badai kehidupan. Jangan takut, Tuhan ada bersama kita. Jika badai hendak menenggelamkan hidupmu, berserulah padaNya, Dia akan segera menolong dan menyelamatkan kita. Ketikan kita telah menerima pertolongan dari Tuhan jangan lupa bersyukur dan memberikan kesaksian. Pengalaman hidup kita dapat menjadi kesaksian bagi orang lain sehingga semakin banyak pula orang yang memuliakan Allah dalam hidupnya.

JALAN SALIB, MEMIKUL SALIB DAN SAKSI SALIB

Catatan Kotbah Minggu, 31 Agustus 2014
Nats: Mat 16, 21- 28

Jalan Salib, Memikul Salib, Saksi Salib
Oleh: Nekson M Simanjuntak


Jika kita baca keseluruhan perikop ini sangat banyak yang dapat dikembangkan dalam kotbah khususnya berkaitan dengan jalan yang ditempuh Yesus dalam menyelamatkan dunia, panggilan menjadi seorang murid dan menjadi saksi atas peristiwa salib sebagai pemenuhan keselamatan.

Tiga topik yang sangat menarik dikembangkan adalah

1. Jalan Salib
2. Memikùl salib
3. Saksi Salib

Ad, 1. Jalan salib
Jalan salib ini adalah merupakan pikiran yang terbalik dari alur pikiran manusiawi pada umumnya. Alur pikiran manusiawi (duniawi) sama seperti pernyataan Petrus yang berprinsip: Jauhkanlah penderitaan dan raihlah kebahagiaan diri sebanyak mungkin bahkan yang paling ekstrimnya adalah manusia tega mengorbankan orang lain demi mencapai kebahagiaan diri sendiri. Itulah pandangan manusia, yang terkadang bahkan sering tak manusiawi. Dalam kotbah ini kita diberi suatu jalan baru yang manusiawi. Yesus memberitahukan jalan yang dipilihnya dengan konsep pengorbanan. Yesus mempersembahkan hidupnya dengan rela menempuh jalan yang penuh tantangan, hinaan, makian dari para tuatua, imam dan ahli Taurat hingga mati di kayu salibkan untuk keselamatan dunia. Inilah jalan yang ditempuh Yesus memenuhi misi Allah untuk menyelamatkan dunia dan manusia.

Dalam perikope ini dua jalan pikiran yang berbeda antara Yesus dan Petrus.
Jalan duniawi: raih kebahagian diri sendiri dengan mengorbankan orang lain
Jalan salib: persembahkan (korbankan) diri menjadi kebahagiaan orang lain

"Enyahlah Ibllis!" Kata Yesus terhadap respon Petrus yang memakai jalan duniawi. Ini suatu sikap yang mengusir kepentingan diri menuju jalan salib. Jika kita buat dialog dalam hal ini mungkin kita bisa saja membenarkan pandangan Petrus: wajar dan manusiawi. Manusia pasti mengejar apa yang membahagiakan dirinya, namun megejar kebahagiaan diri yang berdampak kehilangan segalanya tentu kita akan berubah pikiran. Teks ini bukan sekedar nasihat menghindari godaan2 hidup yang duniawi kepada yang lebih rohani, namun mengubah secara fundamental sikap dan cara berpikir jalan hidup yang memperbaiki kehidupan adalah kerelaan mempersembahkan apa yg kita anggap sebagai keuntungan diri menjadi kebahagian sesama. Bukankah kita sering membuat ilustrasi lilin: menerangi sekeliling dengan mengorbankan tubuhnya, tanpa pengorbana ya tak ada cahaya.

Pemberitahuan jalan salib menurut Injil diberitahukan sebanyak tiga kali (Mat 16,21-23, 17,22-23 dan 20,17-19 lih juga paralel di Injil Markus, n Lukas). Ini catatan yang sungguh penting, bahwa jalan salib ini bukan sesuatu di luar rencana atau terjadi karena situasi tertentu yang kebetulan. Yesus memberitahukan ini sampai tiga kali sebagai suatu bukti bahwa jalan salib itu adalah rencana dan kehendak Allah dalam diri Yesus sejak semula. Yesus mengetahui itu sepenuhnya dan melaksanakannya dengan sepenuhnya. Peristiwa salib merupakan tindakan Allah untuk menyelamatkan dunia (Yoh 3,16) - Pengutusan Yesus di dunia ini jelas pula diutarakan dalam doa Yoh 17 untuk memuliakan Allah.

Yesus menempuh jalan salib memenuhi misi Allah demi keselamatan dunia. Ini bukan suatu tantangan, namun memenuhi pengutusan. Bagi Yesus sendiri itu berat bahkan dengan doa yang berkèringat darah di Taman Getsemane adalah bukti bahwa memenuhi ini sungguh sulit dan berat. Memenuhi hàl ini hanya melalui kepasrahan pada rencana Allah: jangan kehendakKu Bapa, kehendakMu jadilah. Kemampuan untuk menyerahkan segala keputusan pada Allah adalah sebagai bentuk kesetiaan memenuhi panggilan dan pengutusan.

Kesungguhan menempuh jalan salib dibuktikan, tidak ada pikiran untuk menempuh jalan lain, atau bahkan memakai kuasa yg padaNya menghindari jalan yang maha berat ini. Jalan salib dilalui sebagai bentuk ketaatan dan demi memenuhi kehendakNya.

Ad 2. Memikul salib
"Apalah artinya orang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?" (Ay 26) Yang mencintai dirinya sendiri akan kehilangan nyawanya. Barang siapa yang menjadi murid bersedia memikul salib, mengikui jejakNya mengambil jalan salib. Ini suatu tantangan yang harus diuji:

Bagaimanankita memaknai bagian kedua ini, rupanya buka orang yang mempertahankan harga dirinya yang memenangkan nyawanya, melainkan dalam ayat 25 disebut "barang siapa menyelamatķan nyawanya dia akan kehilangan nyawanya."

Dalam berbagai kasus menyangkut kepentingan diri biasanya orang mempertaruhkan segalanya untuk sebuah harga diri. Dalam sejarah dunia bertaruh dan mempertaruhan harga diri telah menimbulkan banyak perang yang menimbulkan banyak korban jiwa. Hanya demi idiologi Ras Unggul misalnya di Jerman harus membunuh 6 juta Jahudi.bahkan jika kita runut berbagai sejarah perang umumnya berdasar pada upaya menunjukkan dan mempertahankan harga diri. Ini suatu jalan baru bagi dunia, suatu pandangan yg memberikan pencerahan dalam menentukan yang lebih utama. Mengutamakan orang lain adalah hidup yang menggunakan jalàn salib.

Selain itu teks ini mengingatkan atas usaha manusia dalam mencapai kebahagiaan. Ada orang yang bekerja keras dengan segala kemampuannya untuk meraih apa saja yang dianggap membahagiakan dirinya, kekayaan, jabatan, kekayaan, pengaruh dan lain sebagainya. Ini semakin menarik dengan perumpamaan Tuhan Yesus tentang: "orang kaya yang bodoh." (Luk 112, 13-21). Dalam perumpamaan tersebut orang kaya tersebut merombak lumbungnya menjadi lebih besar menyediakan bekal, setelah dirasa cukup dia berkata: jiwaku padamu ada banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya, beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah."(ay 20). Apa yanģ terjadi? Malam itu juga Tuhan mencabut nyawanya n tamat riwayatnya dan habislah cerita tentang kebahagian yang hendak dicapai. Perumpaman ini bukan anti kekayaan, namun memberikan makna orientasi hidup tentang memiliki sègalanya dan mengingstkan ttg siapa yang berkuasa mutlak akan nyawa. Memiliki segalanya namun kehilangan nyawanya. Bukankah lebih bahagia Lazarus miskin yang tidak punya apa apa, namun dia memiliki segalanya bersama Abraham bapak dari semua orang percaya.

Bagian kedua ini mengingatkan kita tentang apa yang dikatakan Paulus: "manang ise na manghirim holan na di hasiangan on, ima jolma na dumangol sian jolma saluhut".

Kembali kepada memikul salib. Yesus berkata: "setiap orang yang mau mengikut aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salib dan mengikut Aku.". Memikul salib adalah konsekwensi dari seorang murid. Ini suatu tantangan yang diperhadapkan Yesus kepada murid-muridNya. Apakah bersedia dirubah atau ditransformasi dari berorientasi pads diri menuju kepada Allah. Atau semacam pilihan melepaskan pikiran yang mengutamakan diri sendiri atau mengikuti pikiran Allah. Hal ini sangat penting, menjadi seorang murid, Petrus mesti merubah haluan, yang berorientasi pada diri berubah kepada Allah. Artinya kita dipanggil sebagai murid yang memahami konsep pengorbanan sebagai bagian dari panggilan mewujudkan kehendak Allah.

Hal memikul salib, Kosuke Koyama menguraikan memikil salib adalah pilihabn hidup untuk ikut terbeban. Beban harus dipikul sendiri karena tidak ada gagang pada salib, karena itu mesti dipikul. Ini pesan penting, tidak bisa ditenteng seperti orang bawa tas piknik atau rantang makan ke sawah. Di sini tidak ada jalan ringan dlm mengikut Yesus, tetapi ambil bagian dan peran dlm penderitaan Kristus

Ad 3. Saksi Salib
Yesus menyatakan: "sesungguhnya di antara orang yang hadir disini ada yang tidsk akannmati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya". Peristiwa salib merupaka pemenuhan segala rencana keselamatan Allah. Itulah sebabnya perkataan Yesus terakhir di Salib adalah: "sudah selesai". Penggenapan seluruh missi Allah sudah digenapi di salib. Kerajaan Allah nyata dibumi.Bukan saja orang yang menyaksikan peristìwa salib dengan kasat mata itu yang dipanggil menjadi saksi, tapi semua orang yang menerima Kristus sebagai Yuruselamat harus tetap menjadi saksi salib. Hal ini yang dikutip oleh Lukas dalam Kis Rasul 1,8. Kamu menjadi saksiKu di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi setelah menerima kekùatan Roh Kudus. Roh Kudus yang memampukan orang percaya memberikan kesaksian.

Panggilan menyaksikan Anak Manusia sebagai Raja dalam Kerajaan Allah adalah menyaksikan kebenaran dan menaburkan keadilan. Menjadi saksi kebenaran adalah cerita yang menceritakan tentang peristiwa salib yang benar.

Saksi yang benar adalah menceritakan kisah yang benar. Hidup yang benar adalah kesáksian yang benar. Jangan heran jika dunia membenci dan menertawakan kebenaran, seperti kesaksian Paulus pada Timoteus, karena akàn ada waktunya orang tidak lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan telinganya. (2 Tim 4,3).

Saksi salib adalah murid menghidupi dan yang memberitakan salib Kristus. Saksi salib adalah murid memberitakan Firman yg memperbaharui, menegor kesalahan, memperlengkapi dan yang menuntun orang dalam kebenaran (band 2 Tim 3,16) hingga kedatangan Kristus dalam kemuliaanNya.

Salam
kerinduan jemaat kapanlah mereka bisa beribadah di siji, 
selain membangun,
 ijin tak dapat lain lagi sentimen warga

IL NOMMENSEN, WISATA ROHANI DAN WARISAN BANGSO BATAK

IL Nommensen, Wisata Rohani dan Warisan Bangso Batak
Oleh Nekson M Simanjuntak


Saya merasa bersyukur sekali ikut hadir dalam seminar bertopik, "Mewujudkan Wisata Rohani Dr. I.L.Nommensen" yang diselenggaràkañ olèh Yayasan Nommensen Sigumpar, Jumat 5 September 2014 di Jakarta. Suatu yayasan yang didirikan oleh HKBP menjawab kerinďuan jemaat HKBP Sigumpar yang memiliki historis dengan tokòh PI yaitu I.L. Nommensen. Saya lihat kegiatan panitia ini ada kaitannya dengan gagasan di kegiatan Action Togather, 6 Februari lalu yang diprakarsai oleh United Evanglical Mission. Dulu dikenal dengan RMG suatu badan Zending Jerman yang berkantor pusat di Wuppertal. Semua pimpinan gereja partner UeM hadir pada acara itu dan waktu itu Ompui Ephorus Pdt Willem TP Simarmata dengan ibadah peletakan Batu Pertama pembangunan Museum Nommensen. Panitia pun digagas dimulai dari jemaat Sigumpar, kemudian berkembang ke anak rantau dan akhirnya dalam lingkaran lebih luas agar menjadi asset besar bagi tanah Batak dengan program yang lebih besar dengan proyeksi yang lebih besar karena I.L.Nommensen buķan saja berkaitan dengan jemaat Sigumpar namun tokoh yang dikenang dan berpengaruh besar bagi orang Batak. Jadi I.L.Nommensen adalah toķoh yanģ menghantarkàn Tanah Batak dan Bangso Batak ke panggung dunìa. Peran itu dapat kita lihat melalui peran orang Batak melalui gereja dalam gerakan oiķumene nasionàl, regioñal dan internasionaĺ. Demikian dengàn karya orang Batak melàlui berbagai pekerjaan professional sesuai bidangnya masing-masing bukan saja di tingkat nasional namun juga ke luar negeri yang sangat membangģakàn (referensi hal dapat kita bacà di Batak Inspigraph). Semua kemajuan ini memiliki akar yang diakuì bèrsàma yaitu kekristenan tèlah membàwa hamajuon bagi bangso Bataķ.

Dari berbagai artikel yg dapat kita akses tentu banyak kisah tentang I.L Nommensen. Sejarah mencatat bahwa buah Pekabaran Injil di tanah Batak ini termasuk PI besar di dunia. Pengaruhnya juga besar karena berhasil membawah perubahan dan hamajuon di tanah Batak dan anak2 Batak yang diaspora. Pendekatan PI Nommensen dilakukan dengan 5 pilar: 1. iman kekristenan dengan pendirian gereja, 2. pendidikan dengan mendirikan sekolah, 3. kesehatan dengan pendirian pos kesehatan dan rumah sakit, 4. Ekonomi dengan pendirian onan (pasar) dan 5. Sosial dan budaya, pembebasan budak dan pemeliharan budaya batak. Tentu jika dikaji làgi masih banyàk pengaruh làinñya yanģ tèrbàngùn oleh usaha PI dalam meningkàtkan kwalitas hidup bangso Batak.

Dari berbagai catatan sejak 1862-1918 masa pelayanan IL Nommensen telah dibaptis 180.000 menjadi Kristen, 200 sekolah, 70 pos kesehatan dan rumah sakit, 34 pendeta batak dan 788 teacher preacher atau guru zending. Ini adalah suatu maha karya dalam sejarah PI dunia. Betul patut dikritisi juga bahwa keberhasilan ini semua tidak terlepas dari pekerjaan para missionari lainnya yang bekerja sama dengan Nommensen dibawah payung zending RMG, demikian halnya para helper seperti, suster, penatua dan guru zending yang membantu perluasan kekristenan di tanah batak. Hal itu harus disadari bahwa perluasan PI yang begitu cepat dan berdampak besar di seluruh tanah Batak tak mungkin disebabķan oleh faktor tunggal dan perlu juga melihat peran2 yang membantu Nommensen atas maha karya di tanah Batak, orang Batak dan Indonesia. Hal ini benar, bahwa PI di tanah Batak tidak karya tunggal Nommensen, hal ini dapat kita lihat dalam sejarah PI di Wuppertal misalnya jika kita berkesempatan berkunjung ke Museum di Wuppertal Jerman bahwa lebih dsri 2/3 photo missionaris yang dikirim RMG-VEM sekarang UeM bekerja di tanah Batak. Namun harus diakui pula bahwa keberhasilan ini semua adalah bagian dari kerjasama dan karisma yang luar biasa dari I.L.Nommensen.

HKBP sebagai pewaris buah PI tentu meniliki tugas yg berat untuk memberdayakan jemaat dalam menggali, menghargai dan mengemas warisan PI ini dlm kehidupan kini. Tugas ini penting untùk melirik sejarah PI yang berharga ini yang dikemas sedemikian rupa, berguna untuk menegenang sejarah dan bermanfaat bagi jaman sekarang.

Dalam rapat MPS dan Praeses Agustus 2013 lalu di Batam ompui ephorus dan segenap pimpinan HKBP salut dan apresiasi orang2 yang peduli dan melihat karya Nommensen ini adalah suatu maha karya bagi orang batak dan Indonesia, mereka mendirikan suatu lembaga Nommensen World Mission, suatu lembaga yang didirikan oleh orang2 yang memiliki kerinduan menggarap perjalan PI Nommensen menjadi film layar lebar. Hal itu mereka lakukañ karèna rasa hormat dan keciñtaan terhadap HKBP dan karya PI yang telah mengubah Batak diberkati. Ompui ephorus waktu itu berpesan agar penggarapan film ini dapat selesai penggarapannya tahun 2016. Ini juga adalah bagian dari upaya yang melihat pribadi Nommensen ini menjadi hal fenomenal yang memiliki pengaruh yang besar bagi suatu bangsa.

Demikian halnya dengan seminar Mewujudkan Wisata Rohani Dr. I.L Nommensen, bagi saya seminar ini adalah suatu keinginan dari masyarakat Batak untuk mensyukuri kehadiran PI yang memiliki dampak yang sangat besar bagi perkembangan, hamajuon Masyarakat Batak. Grand design yang digagas dan berbagai pandangan serta analisis dari berbagai sudut pandang; iman, budaya tourism, sosial, ekonomi dan budaya dari nara sumber yang professional seperti, pimpinan HKBP, Sekjend HKBP (pengganti ephorus yang berhalangan hadir), Toengoel Siagian, Adler Manurung, Payaman Simanjuntak dan pesrta lainnya yang kontributif. Takkalah pentingnya seminar ini turut hadir Ketua Yàyasan Universitas HKBP Nommensen Nurdin Tampubolòn, Bupati Tobasa, Kasmin Simanjuntak, Bupati Samosir Mangindar Simbolon, para tokoh batak di Jabotabek serta pendeta dan utusan gereja2 HKBP di Jabodetabek. Seminar ini dibuka dengan ibadah pembukaan yang dipimpin oleh Praeses DKI Pdt Colan WZ Pakpahan, MTh.

Dari isi seminar ini saya melihat ada suatu kesadaran masyarakat Batak melihat I.L.Nommensen dalam perkembangan sekarang dalam bentuk wisata rohani, terintegrasi dengan kesiapan Tano Batak menjadi destination of Tourism, sehingga HKBP dan masyarakat Batak perlu menawarkan sesuatu yang dapat dikunjungi oleh wisatawan baik domestik dan asing dengan menarik, berkesan dan menjadi terkenang dan bernafaskan yang religi (rohani). Tentu bentuk wisata demikian akan semakin menarik menambah situs yang sudah ada di Bona Pasogit sepertì Salìb Kasih Tarutung, Taman Wisata Iman di Sidikalanģ, Dairi. Tentu jika sekarang digagas agar ada Wisata Rohani Dr IL Nommensen akan semakin menarik, karena selama ini sangat banyak jemaat, punguan marga bahwa wisatawan asing yang datang berkunjung ke Sigumpar untuk melihat makam dan berbagai peninggalan IL Nommensen, seperti lemari Nommensen, trompet, surat2 dan lainnya. Hal ini penting karena Nommensen meninggal dan dikuburkan di Sigumpar. Jadi situs Nommensen di Sigumpar merupakan situs yàng sangat kaya akan sejarah yang selamà ini belum disentuh sebagai sesuatu peristiwa sejarah yang sangat berharga dan berďampaķ besar bagi masyàrakat Batak.

Dalam seminar ini atas nama Ompui Ephorus, bapak Sekjend Pdt Mori Sihombing membentuk formateur yang akan bertugas membentuk susunan kepengurusan yang akan melaksanakan dan mewujudkan pembanguann Wisata Rohani Dr. I.L. Nommensen. Kita doakann formateur dapat membentuk panitianya yang dapat mewujudkan hal ini. Selain itu secara simultan banyak PR yang mesti dikembangkan dari seminar ini agar semuanya untuk mempersiapkan diri dalam menyambut pembangunan ini baik dari pihak gereja dalam hal ini HKBP dan gereja Partner UEM, pelayan, masyarakat Batak yang tinggal di Bonapasogit, investor dan kelengkapan managemen modern dan hal lainnya. Link ke Bona Pasogit akan semaķin dekat kareñà Angkasa Pura bergegas membenahi Bandàra Silangit agar dapat landas pesawat berkàpasitas lebih banyak dengañ mempèrpañng dan memperlèbaŕ bandàra ini.

Kisah hidup Nommensen di tanah Batak, karya dan peninggalannya serta segala pengaruhnya yang dirasakan oleh orang Batak hingga saat ini adalah warisan yang sangat berharga. Sudah lama warisan ini dibiarkan tak dilirik sebagai sesuatu yang bernilai sangat positif karena berkaitan dengan pejiarahan rohani orang Batak yang menikmati hamajuon dari. Tentu kita semua setuju, penggarapan semua ini tentu akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di tanah Batak. Hal yang tidakmkalah pentingnya adalah didalamnya ada manfaat positif dalam pejiarahan rohani orang Batak melihat karya besar Allah lewat karya PI. Demikain dengan pendidikan orang Batak, jika menjadi destination of tourism tentu harus bergegas membenahi diri untuk memiliki budaya sapta pesona sebagai standar budaya wellcome for others.

ORANG YANG MENCARI TUHA. AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU

 Kotbah Minggu Kantate, 28 April 2024 Ev. Mazmur 22:26-32 ORANG YANG MENCARI TUHAN AKAN MEMUJI-MUJI NAMAMU Selamat Hari Minggu! Sahabat yang...