Nats: Mat 16, 21- 28
Jalan Salib, Memikul Salib, Saksi Salib
Oleh: Nekson M Simanjuntak
Jika kita baca keseluruhan perikop ini sangat banyak yang dapat dikembangkan dalam kotbah khususnya berkaitan dengan jalan yang ditempuh Yesus dalam menyelamatkan dunia, panggilan menjadi seorang murid dan menjadi saksi atas peristiwa salib sebagai pemenuhan keselamatan.
Tiga topik yang sangat menarik dikembangkan adalah
1. Jalan Salib
2. Memikùl salib
3. Saksi Salib
Ad, 1. Jalan salib
Jalan salib ini adalah merupakan pikiran yang terbalik dari alur pikiran manusiawi pada umumnya. Alur pikiran manusiawi (duniawi) sama seperti pernyataan Petrus yang berprinsip: Jauhkanlah penderitaan dan raihlah kebahagiaan diri sebanyak mungkin bahkan yang paling ekstrimnya adalah manusia tega mengorbankan orang lain demi mencapai kebahagiaan diri sendiri. Itulah pandangan manusia, yang terkadang bahkan sering tak manusiawi. Dalam kotbah ini kita diberi suatu jalan baru yang manusiawi. Yesus memberitahukan jalan yang dipilihnya dengan konsep pengorbanan. Yesus mempersembahkan hidupnya dengan rela menempuh jalan yang penuh tantangan, hinaan, makian dari para tuatua, imam dan ahli Taurat hingga mati di kayu salibkan untuk keselamatan dunia. Inilah jalan yang ditempuh Yesus memenuhi misi Allah untuk menyelamatkan dunia dan manusia.
Dalam perikope ini dua jalan pikiran yang berbeda antara Yesus dan Petrus.
Jalan duniawi: raih kebahagian diri sendiri dengan mengorbankan orang lain
Jalan salib: persembahkan (korbankan) diri menjadi kebahagiaan orang lain
"Enyahlah Ibllis!" Kata Yesus terhadap respon Petrus yang memakai jalan duniawi. Ini suatu sikap yang mengusir kepentingan diri menuju jalan salib. Jika kita buat dialog dalam hal ini mungkin kita bisa saja membenarkan pandangan Petrus: wajar dan manusiawi. Manusia pasti mengejar apa yang membahagiakan dirinya, namun megejar kebahagiaan diri yang berdampak kehilangan segalanya tentu kita akan berubah pikiran. Teks ini bukan sekedar nasihat menghindari godaan2 hidup yang duniawi kepada yang lebih rohani, namun mengubah secara fundamental sikap dan cara berpikir jalan hidup yang memperbaiki kehidupan adalah kerelaan mempersembahkan apa yg kita anggap sebagai keuntungan diri menjadi kebahagian sesama. Bukankah kita sering membuat ilustrasi lilin: menerangi sekeliling dengan mengorbankan tubuhnya, tanpa pengorbana ya tak ada cahaya.
Pemberitahuan jalan salib menurut Injil diberitahukan sebanyak tiga kali (Mat 16,21-23, 17,22-23 dan 20,17-19 lih juga paralel di Injil Markus, n Lukas). Ini catatan yang sungguh penting, bahwa jalan salib ini bukan sesuatu di luar rencana atau terjadi karena situasi tertentu yang kebetulan. Yesus memberitahukan ini sampai tiga kali sebagai suatu bukti bahwa jalan salib itu adalah rencana dan kehendak Allah dalam diri Yesus sejak semula. Yesus mengetahui itu sepenuhnya dan melaksanakannya dengan sepenuhnya. Peristiwa salib merupakan tindakan Allah untuk menyelamatkan dunia (Yoh 3,16) - Pengutusan Yesus di dunia ini jelas pula diutarakan dalam doa Yoh 17 untuk memuliakan Allah.
Yesus menempuh jalan salib memenuhi misi Allah demi keselamatan dunia. Ini bukan suatu tantangan, namun memenuhi pengutusan. Bagi Yesus sendiri itu berat bahkan dengan doa yang berkèringat darah di Taman Getsemane adalah bukti bahwa memenuhi ini sungguh sulit dan berat. Memenuhi hàl ini hanya melalui kepasrahan pada rencana Allah: jangan kehendakKu Bapa, kehendakMu jadilah. Kemampuan untuk menyerahkan segala keputusan pada Allah adalah sebagai bentuk kesetiaan memenuhi panggilan dan pengutusan.
Kesungguhan menempuh jalan salib dibuktikan, tidak ada pikiran untuk menempuh jalan lain, atau bahkan memakai kuasa yg padaNya menghindari jalan yang maha berat ini. Jalan salib dilalui sebagai bentuk ketaatan dan demi memenuhi kehendakNya.
Ad 2. Memikul salib
"Apalah artinya orang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?" (Ay 26) Yang mencintai dirinya sendiri akan kehilangan nyawanya. Barang siapa yang menjadi murid bersedia memikul salib, mengikui jejakNya mengambil jalan salib. Ini suatu tantangan yang harus diuji:
Bagaimanankita memaknai bagian kedua ini, rupanya buka orang yang mempertahankan harga dirinya yang memenangkan nyawanya, melainkan dalam ayat 25 disebut "barang siapa menyelamatķan nyawanya dia akan kehilangan nyawanya."
Dalam berbagai kasus menyangkut kepentingan diri biasanya orang mempertaruhkan segalanya untuk sebuah harga diri. Dalam sejarah dunia bertaruh dan mempertaruhan harga diri telah menimbulkan banyak perang yang menimbulkan banyak korban jiwa. Hanya demi idiologi Ras Unggul misalnya di Jerman harus membunuh 6 juta Jahudi.bahkan jika kita runut berbagai sejarah perang umumnya berdasar pada upaya menunjukkan dan mempertahankan harga diri. Ini suatu jalan baru bagi dunia, suatu pandangan yg memberikan pencerahan dalam menentukan yang lebih utama. Mengutamakan orang lain adalah hidup yang menggunakan jalàn salib.
Selain itu teks ini mengingatkan atas usaha manusia dalam mencapai kebahagiaan. Ada orang yang bekerja keras dengan segala kemampuannya untuk meraih apa saja yang dianggap membahagiakan dirinya, kekayaan, jabatan, kekayaan, pengaruh dan lain sebagainya. Ini semakin menarik dengan perumpamaan Tuhan Yesus tentang: "orang kaya yang bodoh." (Luk 112, 13-21). Dalam perumpamaan tersebut orang kaya tersebut merombak lumbungnya menjadi lebih besar menyediakan bekal, setelah dirasa cukup dia berkata: jiwaku padamu ada banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya, beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah."(ay 20). Apa yanģ terjadi? Malam itu juga Tuhan mencabut nyawanya n tamat riwayatnya dan habislah cerita tentang kebahagian yang hendak dicapai. Perumpaman ini bukan anti kekayaan, namun memberikan makna orientasi hidup tentang memiliki sègalanya dan mengingstkan ttg siapa yang berkuasa mutlak akan nyawa. Memiliki segalanya namun kehilangan nyawanya. Bukankah lebih bahagia Lazarus miskin yang tidak punya apa apa, namun dia memiliki segalanya bersama Abraham bapak dari semua orang percaya.
Bagian kedua ini mengingatkan kita tentang apa yang dikatakan Paulus: "manang ise na manghirim holan na di hasiangan on, ima jolma na dumangol sian jolma saluhut".
Kembali kepada memikul salib. Yesus berkata: "setiap orang yang mau mengikut aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salib dan mengikut Aku.". Memikul salib adalah konsekwensi dari seorang murid. Ini suatu tantangan yang diperhadapkan Yesus kepada murid-muridNya. Apakah bersedia dirubah atau ditransformasi dari berorientasi pads diri menuju kepada Allah. Atau semacam pilihan melepaskan pikiran yang mengutamakan diri sendiri atau mengikuti pikiran Allah. Hal ini sangat penting, menjadi seorang murid, Petrus mesti merubah haluan, yang berorientasi pada diri berubah kepada Allah. Artinya kita dipanggil sebagai murid yang memahami konsep pengorbanan sebagai bagian dari panggilan mewujudkan kehendak Allah.
Hal memikul salib, Kosuke Koyama menguraikan memikil salib adalah pilihabn hidup untuk ikut terbeban. Beban harus dipikul sendiri karena tidak ada gagang pada salib, karena itu mesti dipikul. Ini pesan penting, tidak bisa ditenteng seperti orang bawa tas piknik atau rantang makan ke sawah. Di sini tidak ada jalan ringan dlm mengikut Yesus, tetapi ambil bagian dan peran dlm penderitaan Kristus
Ad 3. Saksi Salib
Yesus menyatakan: "sesungguhnya di antara orang yang hadir disini ada yang tidsk akannmati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya". Peristiwa salib merupaka pemenuhan segala rencana keselamatan Allah. Itulah sebabnya perkataan Yesus terakhir di Salib adalah: "sudah selesai". Penggenapan seluruh missi Allah sudah digenapi di salib. Kerajaan Allah nyata dibumi.Bukan saja orang yang menyaksikan peristìwa salib dengan kasat mata itu yang dipanggil menjadi saksi, tapi semua orang yang menerima Kristus sebagai Yuruselamat harus tetap menjadi saksi salib. Hal ini yang dikutip oleh Lukas dalam Kis Rasul 1,8. Kamu menjadi saksiKu di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi setelah menerima kekùatan Roh Kudus. Roh Kudus yang memampukan orang percaya memberikan kesaksian.
Panggilan menyaksikan Anak Manusia sebagai Raja dalam Kerajaan Allah adalah menyaksikan kebenaran dan menaburkan keadilan. Menjadi saksi kebenaran adalah cerita yang menceritakan tentang peristiwa salib yang benar.
Saksi yang benar adalah menceritakan kisah yang benar. Hidup yang benar adalah kesáksian yang benar. Jangan heran jika dunia membenci dan menertawakan kebenaran, seperti kesaksian Paulus pada Timoteus, karena akàn ada waktunya orang tidak lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan telinganya. (2 Tim 4,3).
Saksi salib adalah murid menghidupi dan yang memberitakan salib Kristus. Saksi salib adalah murid memberitakan Firman yg memperbaharui, menegor kesalahan, memperlengkapi dan yang menuntun orang dalam kebenaran (band 2 Tim 3,16) hingga kedatangan Kristus dalam kemuliaanNya.
Salam
kerinduan jemaat kapanlah mereka bisa beribadah di siji,
selain membangun,
ijin tak dapat lain lagi sentimen warga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar