Kemarahan Yunus dan Ketentuan Allah
catatan kotbah Minggu, 21 Sept 2014
Teks: Yunus 3,10- 4,11
Sungguh menarik mengikuti kisah Yunus, suatu pergumulan hamba Tuhan yang dijelaskan secara realistis: ada kekhawatiran dan ketakutan, ada penolakan, rasa kemarahan, stress bahkan meminta agar Tuhan mencabut nyawanya. Rasanya lebih baik mati dari pada menerima realitas hidup yang tak sesuai dengan harapan. Kita temukan dalam kitab ini. Namun kitab Yunus ini mengiring pada suatu keseimpulan harus tetap menerima ketetapan Allah.
Banyak hal yang mesti dipelajari dari kisah Yunus ini, karena banyak orang mengidealkan hidup pelayan atau hamba Tuhan itu sempurna, lembut, tiada marah, taat, tunduk dll seolah-olah manusia serba bisa mengenakkan dan menyenangkan semua orang yang dilayani. Dalam banyak hal pelayan pun mengidealkanya demikian hingga jatuh pada kemunafikan. Hal ini beda dari tampilan kitab Yunus, Kitab Yunus adalah suatu kisah realistis seorang hamba Tuhan di dalamnya ada pikiran-pikiran logis penolakan akan panggilan Tuhan karena disuruh ke tempat yg tidak dia sukai dan ada kemarahan serta stress atau galau yang berkepanjangan dari Yunus karena apa yg dia harapkan tidak demikian kehendak Allah, sekalipun dia sudah menuruti perintahNya. Keputusan Alkah yg tidak sesuai harapannya itu mesti diterima dan tidak ada pilihan lain karena keputusan Allah absolut.
Kitab ini hanya 4 pasal, pada pasal terakhir Yunus marah dan seolah berhak marasa selamanya karena tidak menerima bisa keputusan Allah yang membatalkan hukum terhadap Ninive, namun Allah membantah kemarahannya Yunus dan kita tidak menemukan resoon Yunus lagi. Nampaknya penulis ingin memberikan kesimpulan terletak pada pembaca setelah menjelaskan ketiadaan alasan untuk marah, maka satu-satunya yang mesti diterima adalah menerima ketentuan dan ketetapan Allah.
Inilah yang mesti kita teladani dalam hidup mendorong agar lebih melihat dan melaksanakan ketetapan Allah dalam hidupnya. Manusia dengan segala akal memiliki keterbatasan untuk memikirkan yang terbaìk bagi diri sendiri dan sesama. Tapi Tuhan tahu dan menentukan yg paling tepat bagi setiap orang yg dikasihiNya.
Marilah kita lihat bagaimana ketetapan itu tetap berjalan dalam hidup
1. Usaha Melarikan Diri dari Panggilan
Allah telah memanggil Yunus untuk menyampaikan Firman kepada Ninive agar mereka bertobat dari kejahatan mereka kalau tidak hukuman akan menimpa mereka. Panggilan ini menghentakkan Yunus dan bersiap-siap untuk melarikan diri (1,2-4). Dalam berbagai tafsiran bahwa Yunus melarikan diri karena takut dan ketidak berdayaan menghadapi Ninive yang sangat terkenal kejahatannya. Pikiran logis Yunus ini adalah ingin menghindar dari kekoyolan karena kalau dia pergi akan mati oleh kejahatan Ninive. Maka Yunus pun mencoba jalannya sendiri melarikan diri dari panggilan, dia naik kapal mau pergi ke Tarsis. Dalam 1,4 disebutkan "Tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar..." seluruh penumpang kapal melakukan apa yang baik menurut mereka berdoa dan memohon pertolongan Tuhan dan dengan membuang barang2 mereka kelaut agar kapal tak tengggelam. Dalam kegalauan seperti ini nakhoda menemukan Yunus tidur di dek dan berkata bagaimana kamu bisa tidur dan mengajaknya untuk berdoa agar kapal selamat. Dalam 1,7 nampaknya ada pemahaman bahwa laut meminta korban, sehinga mereka mengundi siapa yang akan dibuang ke laut agar kapal bisa selamat. Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi. Yunus sempat menjelaskan perihal dirinya di kapal itu dan menyadari bahwa dia lari dari hadapan Tuhan. Yunus sendiri mengaku: "karena akulah badai besar ini menyerang kamu..." memberikan dirinya dicampakkan ke dalam laut (1,12). Ada pergumulan yang genting bagi penghuni kapal, karena tak tega melemparkan Yunus ke laut, namun karena semakin deras badai itu, mereka memohon agar dosa Yunus tak ditanggungkan kepada mereka yang di kapal. Mereka akhirnya mengangkat dan memcampakkan Yunus ke laut. Atas penentuan Tuhan Yunus tak binasa di laut, namun seekor ikan besar menelannya dan tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam. Pengalaman ini membuat Yunus berdoa dan bersyukur di dalam perut ikan (lih pasal 2)
Ini hal menarik babak pertama dalam kitab Yunus bahwa tidak ada alasan selogis apapun manusia lakukan untuk menghindar dsri panggilan Allah.
2. Pertobatan Ninive dan ketetapan Allah
Peristiwa besar dalam diri Yunus mendorongnya untuk melakukan panggilan Allah, diapun memasuki Ninive dan menyampaikan Firman sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Tuhan. "Empat puluh hari lagi, maka Ninive akan ditunggangbalikkan."(3,4). Apa yang terjadi ada perubahan dalam kota Ninive, raja Ninive berkabung dan memerintahkan seluruh masyarakat kota Ninive berkabung dan berseru memohon kepada Tuhan, siapa tahu Tuhan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murkaNya. Yunus sendiri tinggal menunggu hari akan kelenyapan kota Ninive, ditambah lagi pengalamannya yang pahit hingga sampai di Kota Ninive. Namun apa yang terjadi dalam pikiran Yunus kota ini akan dimusnahkan oleh murka Tuhan atas kejahatan, NAMUN Tuhan melihat semua perbuatan mereka, berbalik dari lakunya maka menyesallah Allah karena malapetaka yang dirancangNya kepada mereka dan Iapun tak jadi melakukannya." (3,10).
Lagi-lagi Yunus berhadapan dengan ketetapan Allah, dalam pikiran Yunus ketetapan Allah adalah memusnahkan Ninive, dalam firman ini ketetapan Allah adalah mengasihi dan menerima pertobatan Ninive. Kehadiran Yunus bukan berarti siasia, namun kehadirannya telah membuat Ninive menginsafi kejahatan mereka.
3. Kemarahan yang Tak beralasan
Dalam pasal 4 Yunus menunjukkan kemarahannya atas ketetapan Allah yang mengasihi Ninive. Dia mengeluarkan unek-uneknya dan ketidakpuasan atas ketetapan Allah yangbdemikian. Sekalipun dalam doanya ada pengakuan bahwa Tuhan pengasih, penyayang dan panjang sabar serta melimpah kasih setia. Namun ada kejengkelan, kalau toh Ninive tak dihukum mengapa dia harus berlelah bahkan membuat jalan hidupnya sengsara hingga sampai di Ninive memberitakan hukuman Tuhan. Yunus kurang berterima atas keputusan Allah yang membatalkan hukuman kepada Ninive, dan atas kemarahannya itu Yunus meminta agar Tuhan mencabut nyawanya, karena lebih baginya mati dari pada hidup.
Secara theologis Yunus mengetahui Allah tidak menghendaki kematian orang fasik, Tuhan berkehendak agar orang jahat bertobat dan berbalik dari kejahatannya kepada Allah (Yehezkiel 33 dan Maz 103). Inilah tujuan yang utama, yaitu kasih Allah pada Ninive karena mereka mau berbalik. Kalau Allah mengasihi Ninive, kenapa Yunus marah? Ada beberapa yang dapat kita catat mengapa Yunus marah, Pertama dia sudah lelah dan dengan pergumulan khusus sampai ke Ninive memberitakan hukuman, tapi Allah menyesal dan menghentikan rencana hukuman pada Ninive. Seolah2 hanya membuat lelah Yuñus. Keputusan Allah ini beralasan karena mereka mau bertobat. Dari sini sebenarnya Yunus tidak beralasan untuk marah. Kedua, kalau hukuman dibatalkan seolah nubuatan hukuman tidak benar, ini pertarungan kebenaran nubuatan dari seorwng nabi Yunus berhadapan dengan Ninive. Hal ini juga masih dapat dijelaskan bahwa Tuhan menyesal dan mengubah rencanaNya. Kemarahan Tuhan berubah menjadi kasih karena pertobatan. Jadi pertarungan kebenaran bukan soal benar tidaknya nubuatan tetapi nyatanya kasih Allah atas Ninive. KEBENARAN YANG UTAMA ADALAH Allah mengasihi bangsa lain. Jadi lelah Yunus sebenarnya telah berbuahkan kebaikan bagi Ninive yang bertobat atas ancaman hukuman. Inilah yang dikehendaki oleh Allah. Ketiga, pandangan ekslusif Yunus atas bangsa2. Bisa saja benar bahwa Yunus memahami eklusivisme, dimana Allah mengasihi umatNya dan menghukum bangsa-bangsa. Dalam pandangan Yudaisme pemahaman seperti ini sangat kental hanya Israel yang disebut dengan umat kesayakan (neum YHWH) sedangkan bangsa-bangsa (goyim) adalah umat yang tidak mengenal Allah. Disinilah perubahan pemahaman teologis dari ekslusif ke inklusif, Allah mengasihi umat Ninive karena mereka bertobat. Allah tidak hanya mengasihi umat Israel, tetapi juga mengasihi bangsa-bangsa yang menginsafi kesalahan dan kejahatannya.
Kemarahan Yunus ini dijawab Tuhan dengan suatu pengalaman berarti bagi Yunus, ketika dia berteduh di pohon jarak. Sedikit mengobati hati yang jengkel dan agak terhibur karena pohon jarak bertumbuh dan menaungi Yunus dari teriknya matahari, namun keesokan harinya atas penentuan Allah datanglah seekor ulat yang menggerek pohon jarak itu hinga layu. Hal ini membuat Yunus semakin marah, bahkan pantas marah seumur hidup atas segala kejengkelan yang dialaminya. Namun Tuhan menjawab: " kamu sayang sama pohon jarak untuk sedikit pun tidak pernah berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula, bagaimana tidak Aku akan sayang pada Ninive..." (4,10-11)
Kalau kita sebutkan perjuangan menyampaikan hukum ke Ninive adalah kerja keras yang dilakukan oleh Yunus, tidak menjadi alasan kemarahan kepada ketetapan Tuhan. Tugas kita adalah melakukan kehendak Tuhan dan menerima ketentuan Allah.
Refleksi:
1. Melarikan diri dari panggilan merupakan sikap yang dilawan oleh kitab Yunus ini. Hal ini menguatkan kita masing-masing agar melaksanakan panggilan, tugas dan pekerjaan masing-masing dengan bertanggungjawab. Jangan lari dari tanggungjawab, jalani dan hadapilah dengan kekuatan Tuhan. Kita percaya Tuhan berjalan mendahului dan mendampingi kita.
2. Tiada alasan untuk marah, belajarlah menapaki ketetapan Allah dan mengikutinya. Ini suatu yang sangat menarik yang dapat kita pelajari. Pikiran logis dan alasan yang menurut ukuran Yunus sudah benar tidak menjadi yang lebih benar. Yang benar adalah ketetapan Allah sendiri. Dengan pesan ini kita lebih dibawa pada sikap rendah hati untuk lebih menjelajahi kehendak Allah dalam setiap babakan kehidupan kita. Mempertahankan kebenaran diri sendiri sama artinya seperti Yunus yang telah menganggap diri benar dan merasa telah melukan apa yang diperintah Tuhan. Hal yang utama dalam melakukan perintah Tuhan adalah kesediaan kita dituntun untuk menerima ketetapan Tuhan.o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar