Jumat, 02 Januari 2015

SATU DI DALAM KRISTUS

Mengawali Tahun Baru
SADA DO HITA SALUHUTNA DI BAGASAN KRISTUS
Galatia 3:26-28 Ai saluhut do hamu anak ni Debata marhitehite haporseaon di Kristus Jesus.
Ai Kristus i do diparuloshon hamu, sude hamu, naung tardidi tu bagasan Kristus.
Ndang mardiaimbar disi Jahudi manang Junani, hatoban manang anak mata, baoa manang parompuan, ai sada do hamu saluhutna di bagasan Kristus Jesus.
Galatia 3:26-28 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

Kotbah Ompui Ephòrus Tahun Baru 1 Jan 2015 dari Galatia 3,26-28 tentang Kesatuan Jemaat.
Penekanan pentingnya kesatuan (hasadaon) merupakan potensi dan kekuatan. Kekuatan kesatuan ini banyak pula diungkapkan oleh beberapa istilah yang akrab kita kenal baik bhs Indonesia maupun dalam Bahasa Batak, misalnya: "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", "aek godang aek laut, dos ni roha si baen na saut". Dari ungkapan ini kesatuan hanya ada jika ada hati yang terbuka untuk membuka diri dan menghargai orang lain. Yang pasti kita sudah berbeda, entah apapun bisa kita buat bahwa kita sungguh berbeda bahkan jauh berbeda dengan orang lain. Namun dalam berbagai perbedaan itu ada hal yang dapat menyatukan kita. Hal inilah ruang yang dijadikan oleh Paulus dalam Galatia, dalam berbagai perbedaan dan segala identitas dan potensi yang berbeda di jemaat ada hal yang harus lebih utama dalam persekutuan yaitu kita semua sama di dalam Kristus. Kristus telah membuat kita menjadi Anak Allah, sehingga kita menyebut Abba. Di dalam Kristus , Allah adalah Bapa kita dan kita adalah anak2Nya tampa membedakan latar belakang, suku, status sosial dan identitas lain.
Keampuhan menjadi satu di dalam Kristus bukanlah pekerjaan mudah, karena paham2 konstruksi budaya manusia yang membedakan diri pada dikotomi "kami" dengan "mereka". Kami dan mereka adalah getto atau tembok pemisah antara kami dan mereka. Kami adalah ekslusif dan superior dan dalam pandangan kami, mereka adalah orang asing. Komunitas kami dan mereka akan menghambat proses persatuan dan kesatuan dalam jemaat. Kami selalu berorientasi akan superioritas diri dan idiologi superioritas diri ini memunculkan prasangka merendahkan orang lain. Kristus adalah perdamaian yang meruntuhkan pemisah kami dan mereka menjadikan suatu istila KITA. Kita adalah dimana kami dan mereka bersatu.
Marilah identifikasi beberapa hal yang membuat kami dan mereka:
1. Yahudi dan Yunani: karakteristik keduanya sungguh berbeda. Yahudi merasa diri umat Pilihan, mereka adalah umat yang diberkati, kepada mereka Tuhan menyampaikan Firman dan Taurat dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam kehidupan religiusnya Yahudi adalah orang yang paling saleh, karena semua gerak kehidupan diatur oleh Taurat dan fianggap sebagai ibadah. Sebagai umat Pilihan Tuhan mereka menaatinya dan menganggap diri sebagai orang yang paling saleh dari seluruh umat manusia. Dalam pandangan demikian pemahaman terhadap orang lain adalah umat lain adalah bukan pilhan, tidak diberkati dan tidak saleh. Orang lain dianggap bukan umat Tuhan dan tidak mengenal Allah, nahis, kotor dan takmpantas memperoleh keselamatan. Kesalehan mereka menjadi suatu paham superioritas diri lebih saleh dan lebih kudus dari orang lain atau umat manapun dan tak pantas menjadi satu meja dalam jamuan kudus.
Yunani berbeda lagi, mereka peyanjung rasionalitas. Hal yang tak masuk akal bagi mereka adalah kebodohan. Bahkan keselamatan melalui salib dianggap kebodohan. Paham ini mendorong mereka lebih berhikmat sementara umat lain sebagai kebodohan. Bagi Yunani puncak pencapaian hikmat adalah pengetahuan. Baik Yahudi dan ayunani penyanjung kehebatan diri.
PAULUS dalam Galatia merakit kesatuan dari Yahudi yang merasa paling saleh dan Yunani paling berhikmat satu di dalam Kristus.
2. Hamba atau Orang Merdeka
Syukurlah perbudakan dan rasisme telah dihapuskan demi kesamaan dan kesetaraan umat manusia. Pada jaman Alkitab hal ini sangat berbeda dan tak akan mungkin budak dan tuan dianggap sama. Budak adalah budak, sedang tuan adalah tuan. Hamba tak memiliki hak untuk merdeka, dan tuanlah pemegang hak kemerdekaan mereka. Budak dan tuan sudah dianggap kodrat. Tak mungkin bagi budak menyebut dirinya sama dengan tuan atau sebaliknya. Budaya baru di dalam orang yang perdaya di dalam Kristus membuat mereka satu di dalam Kristus: sama2 yang ditebus dan dimateraikan oleh baptisan yang satu itu. Inilah suatu kekuatan Kristus yang meruntuhkan pemisah yang sangat keras dijamannnya sehingga dapat menerima satu dengan yang lain sebagai saudara.
Seperti nyanyian Marthin Luther: we shall overcome, we shall over come. Di dalam Kristus kita melampauhi semua hal yang memisahkan kami dan mereka.
3. Lakilaki atau Perempuan
Jaman alkitab disebut jaman yang sangat besar pengaruh patriakhis, lakilaki dianggap lebih kuat, lebih utama dan segala kelebihannya ketimbang perempuan. Sementara perempuan diangap lemah dan segala keterbatasannya. Dalam pandangan ini Paulus melihat ada suatu kekuatan di dalam Kristus yang tidak membedakan atau mengutamakan lakilaki dari perempuan. Kotbah ini menjadi suatu titik keberangkatan pemahaman kita akan kesamaan lakilaki dan perempuan dalam status, sosial dan peran dalam masyarakat. Baik lakilaki dan perempuan adalah kodrat ilahi dalam diri manusia yang menjalankan fungsi sesuai dengan kehendak Allah.
Refleksi:
Ada banyak hal yang dapat kuta identifikasi yang membuat kita berbeda dengan orang lain. Ajakan firman di Tuhan sepanjang tahun ini yang diprogramkan sebagai Tahun Perempuan untuk bersamasama merakit kebersamaan. Mari identifikasi hal2 yang dapat membuat kuta lebih erat bersatu di dalam Kristus. Perbedaan adalah anugerah Tuhan, orang beriman hal2 yang berbeda dalam setiap identifikasi dapat melihat dan merakit kebersamaan dan kesatuan dan persekutuan. Kata "kami" dan "mereka" yang membuat kita berpisah dari sesama, Kristus memampukan kami dan mereka menjadi KITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA TUHAN

 Kotbah Minggu Setelah Natal MINGGU, 29 Desember 2024 Ev. 1 Timotius 1:12-17 MENGUCAP SYUKUS ATAS KASIH KARUNIA TUHAN Selamat Hari Minggu! M...