Salam Natal!
Renungan Malam Natal nanti dari Mikha 5,1-4 tentang pemberitaan Keselamatan dan Damai sejahtera!
Penantian Mesias menjadi satu perjalanan panjang dalam pengaharapan Umat Israel. Berbagai nubuatan para nabi terus diperdengarkan untuk meyakinkan umat Israel tetap memelihara diri sebagai umat yang menantikan keselamatan. Pengharapan Mesias dalam PL memang banyak menggambarkan peran Mesianis yang heroik, tidak sedikit nubuatan itu yang menggambar Mesias sebagai Raja yang perkasa, kuat dan memiliki kemampuan luar biasa (Band Yes 9; Maz 24). Namun pada pihak lain Mesianis yang dinantikan itu juga digambarkan dengan tipe sederhana bahkan hina (Yes 53), tidak gagah hanya penunggang keledai (Zakharia 9) dan lahir dari desa terpencil (Mikha 5). Dengan demikian gambaran Mesias yang tinggi dan sekaligus rendah, raja dan sekaligus hamba, yang perkasa dan rendah hati sekaligus ada di dalam Mesias yang dinantikan, karena Dia adalah Raja tetapi memerintah dengan lembut dan rendah hati dan kehadirannya adalah Pembawa Damai Sejahtera.
1. YANG TERKECIL; Tidak populer dan tak terkenal
Mikha memiliki pandangan yang unik tentang Mesias, yang mungkin di luar perkiraan dan pikiran manusia pada umumnya yang mengagumkan kehebatan dan ketenaran atau keterpopuleran di jamannya. Mikha menubuatkan Mesias yang dinantikan itu tidak muncul dari kota tenar dan terkenal, dia lahir dari desa yang terkecil dan terpencil di seluruh kaum Yehuda. Ini bukan pula kelebihan Bethlehem, namun karena Tuhan berkenan. Karena catatan sejarah tentang Bethlehem mungkin tidak ada dalam peta bersejarah dalam perjalanan Israel sebelumnya jika dibanding dengan kota-kota lainnya. Kaum chauvenis (pongah) mungkin akan menertawakan nubuatan ini, demikian pengagum kepopuleran dan paham prestisius akan kaget yang menanti dan berpusat penantiannya dari pusat kekuasaan. Mesias lahir dari pheripheri atau pinggiran, bisa juga disebut terpinggirkan dan berada di pinggir. Ini menjungkir balikkan pandangan yang berorientasi keselamatan datang dari pusat kekuasaan. Kristus sang Mesias lahir di Bethlehem (Luk 2) yang mengagetkan Herodes yang berada dipusat kekuasaan.
Banyak implikasi yang dapat kita kembangkan dari Bethlehem tempat lahirnya Raja Damai itu, yang mendorong kita lebih rendah hati dan melihat yang kecil itu berharga. Yang terkecil dalam pandangan manusia dijadikan Allah menjadi terbesar dalam mempengaruhi peradaban dunia. Banyak orang mengejar keutamaan diri di mata sesama kaumnya agar lebih dianggap dan dipandang mellaui berbagai kecakapan hingga model marketing diri. Bethlehem tidak memilih untuk di pandang, dia apa adanya tak prestisius, kota tenang dan kecil dan oleh pilihan Tuhan dia menjadi kota ternama da terpandang. Kota paling mulia, seluruh dunia menyebut nama Bethlehem, karena Allah hadir di sana.
Bethlehem adalah hati kita, bahagian anggota tubuh yang tidak dilihat oleh manusia. Manusia hanya memandang wajah setiap berjumpa dan bersalam mengenal orang banyak dari ukuran face. Manusia biasanya mendengar apa yang dikatakan mulut dalam banyak hal oleh mulutnya orang banyak terkenal bahkan oleh sensasi. Manusia juga paling diagungkan karena telaah dari apa yang dipikir otak. Banyak juga terkenal karena tangan cekatan dan luar biasa karena sepak terjang kaki. Artinya ketenaran dari tubuh manusia sering berorientasimpada wajah, otak, tangan, kaki dll. Orang melupakan untuk paling penting hati. Hati di antara anggota tubuh ibarat Bethlehem di tengah-tengah kaum Yehuda, dari sana digerakkan damai sejahtera bagi seluruh umat.
2. MENJADI GEMBALA
Menjalankan pemerintahan dengan istilah gembala, pembimbing, pemelihara dan paling bertangungjawab atas kawanan domba. Gembala memiliki tongkat namun buka untuk memukul domba, namun tongkat penjaga dari pemangsa buas. Dia berjalan di depan untuk memimpin dan memandu jalan yang harus di tempuh serta menggiring dombanya ke padang rumput hijau. Gembala baik mengenal domba, dan domba mengenal suara gembalanya. Gembala juga dengan care menuntun yang tersesat; tak dibiarkan seekor pun yang tersesat oleh langkahnya yang lari dari kawanan. Dengan lembut gembala akan memanggil dan mencari yang tersesat hingga dipulihkan kepada kawanan. Gembala akan membalut kaki domba yang terluka.
Mesias sebagai gembala adalah kerinduan umat atas kehadiran pemimpin yang memperhatikan kesengsaraan umat. Kehadiran pemimpin umat yang berhati gembala adalah penantian panjang. Kita bersuyur karena di malam Natal kita merayakan kehadiran sang gembala.
Jika Dia sudah datang, menyambut kelahirannya adalah sekalugus penyerahan hidup kita untuk berkenan digembalakan okeh Yesus yang lahir itu.
3. PEMBAWA DAMAI SEJAHTERA
Jika kita periksa nubuatan nubuatan tentang Mesias, hal yang selalu dikedepankan adalah Damai Sejahtera. Dalam ibran Syalom, artinya sejahtera secara totalitas, sejahtera secara spiritualitas dan sejahterah hidup jasmaniah. Dengan istilah syalom ini tidak ada pemisahan diri manusia tetapi secara total menjadi sejahtera. Dalam kontek kitab Mikha istilah syalom ini sangat dirindukan, karena peperangan antar bangsa yang berlomba menunjukkan bangsa Super power. Muncul Babel untuk ekspansi kerajaannya dan menaklukkan bangsabangsa lain di sekitarnya. Demikian dengan Bangkitnya Assur telah membabat Israel dan negara-negara lain. Bangsa-bangsa mempertajam pedang, memperbanyak pasukan kereta kuda hanya untuk menunjukkan kepada dunia menjadi Bangsa Terpandang. Harga diri dan kehebatan bangsa diukur dari berapa banyaknya negara yang ditahklukkan dan dijajah. Jaman itu jaman yang sungguh-sungguh menunjukkan dir dengan kekuatan dan perang. Umat yang menanti Mesias bukan mendirikan kerajaan dengan pedang dan pasukan kereta kuda kegaduhan, namun memerintah dengan damai sejahtera.
Natal adalah pewartaan Damai di bumi (Luk 2,14), Damai itu telah datang dan ada di antara kita masalahnya apakah kita telah menyadaĆinya. Mungkin kita adalah orang orang yang mencari damai, padahal pencarian itu sesungguhnya tidak lagi dibutuhkan karena damai itu ada di hati.
De Mello pernah menuliskan kisah ikan pencari laut:
Iman kecil : (bertanya kepada ikan besar yang lebih tua) "maf kamu lebih tua dari aku, jadi bisakah kamuberitahukan , di mana aku dapat menemukan laut?"
Ikan besar : "laut adalah tempat kamu berada saat ini."
Ikan kecil : "...hah....ini? Ini kan air! Yang kucari adalah laut..!" (Ikan kecilpun berlalu dan kecewa, untuk mencari di tempat lain).
Itu percakapan menarik dan menyentuk kita saat ini yang merayakan natal dan mengagungkan damai tetapi masih terus mencari damai. Siapa pencari damai? Carilah...... sampaimlelah. Bagiku damai adalah menjalani hidupku dengan damai sejahtera.
Salam
Juga ada: neksonministry.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar