DALAM PEMBUANGAN TUHAN TURUT TERBEBAN
Pesan Kotbah Dari Ratapan 3:22-33
Oleh: Nekson M Simanjuntak
Pembuangan bukanlah akhir segalanya, melainkan satu fase dari sejarah panjang yang tidak tahu akhirnya. Pandangan ini mesti tetap dipelihara hadapiagar memiliki mental tangguh dan dan daya tahan menghadapi masalah.
Hal inilah yang menjadi tema besar dari Kitab Ratapan 3:22-33 tentang ratapan nabi Yeremia atas pengalaman pahit umat Israel yang terbuang ke negeri Babel. Ratapan ini sangat mendalam karena pupusnya identitas sebagai bangsa besar menjadi bangsa tawanan, bukan hanya itu adanya pukulan besar bagi orang Israel (Yehuda) yang dulunya membanggakan dan mengagungkan Bait Suci, hancur dan diratakan tanpa satu batupun bertindi. Ini adalah pukulan terbesar dalam sejarah pengalaman mereka sebagai umat Tuhan. Dalam pengalaman ini mungkin bagi mereka dunia telah berakhir, Israel yang dulu tinggal cerita dan kenangan, tiada masa depan, tinggal menunggu semuanya berakhir dan berlalu yang ada adalah pahitnya hidup, terasing dan berbuang di negeri asing.
Marilah kita simak katakata Yeremia ini:
5:1 Ingatlah, ya TUHAN, apa yang terjadi atas kami, pandanglah dan lihatlah akan kehinaan kami.
5:2 Milik pusaka kami beralih kepada orang lain, rumah-rumah kami kepada orang asing.
5:3 Kami menjadi anak yatim, tak punya bapa, dan ibu kami seperti janda.
5:4 Air kami kami minum dengan membayar, kami mendapat kayu dengan bayaran.
5:5 Kami dikejar dekat-dekat, kami lelah, bagi kami tak ada istirahat.
5:6 Kami mengulurkan tangan kepada Mesir, dan kepada Asyur untuk menjadi kenyang dengan roti.
5:7 Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan mereka.
5:8 Pelayan-pelayan memerintah atas kami; yang melepaskan kami dari tangan mereka tak ada.
5:9 Dengan bahaya maut karena serangan pedang di padang gurun, kami harus mengambil makanan kami.
5:10 Kulit kami membara laksana perapian, karena nyerinya kelaparan.
5:11 Mereka memperkosa wanita-wanita di Sion dan gadis-gadis di kota-kota Yehuda.
5:12 Pemimpin-pemimpin digantung oleh tangan mereka, para tua-tua tidak dihormati.
5:13 Pemuda-pemuda harus memikul batu kilangan, anak-anak terjatuh karena beratnya pikulan kayu.
5:14 Para tua-tua tidak berkumpul lagi di pintu gerbang, para teruna berhenti main kecapi.
5:15 Lenyaplah kegirangan hati kami, tari-tarian kami berubah menjadi perkabungan.
5:16 Mahkota telah jatuh dari kepala kami. Wahai kami, karena kami telah berbuat dosa!
5:17 Karena inilah hati kami sakit, karena inilah mata kami jadi kabur:
5:18 karena bukit Sion yang tandus, di mana anjing-anjing hutan berkeliaran.
5:19 Engkau, ya TUHAN, bertakhta selama-lamanya, takhta-Mu tetap dari masa ke masa!
Perenungan atas pengalaman pahit inilah nabi Yeremia merefleksikan apa sebenarnya yang terjadi dan melihat beberapa hikmat yang diambil dari pengalaman pahit ini. Adakah hal positip yang dapat diambil dari pengalaman pahit ini? Kitab ratapan menjadi salah satu hal penting dalam mengambil hikmah dibalik kesusahan yang terjadi. Kitab ratapan tidak serta merta membawa pada ratapan dan isak tangis yang tiada henti, tak melakukan sesuatu karena dirundung oleh kesedihan melainkan Kitab ratapan membawa umatNya belajar dari pengalaman pahit ini, selain penyesalan atas kesalahan masa lalu, dalam ratapan umat memahami bahwa Tuhan ada dan turut terbeban menanggung semua beban ini. Pembuangan bukanlah akhir dari semuanya, melainkan satu fase (masa) dari panjangnya perjalanan sejarah yang tidak tahu ujungnya.
1. Dunia Belum Berakhir – Tak berkesudahan kasih setia TUHAN dan tak habis-habisnya rahmat-Nya.
Seusai membeberkan keterpurukan, Yeremia menerima bahwa semuanya ini adalah atas ulah dan konsekwensi pelanggaran. Ini sangat penting dalam pemulihan batin – Allah yang kita percayai adalah Allah yang penyayang dan panjang sabar, namun Dia adalah Allah yang murka atas dosa dan pelanggaran. Peneriman Allah yang Maha peyayang, bisa juga mengabaikan pemahaman atas Allah yang pemurka. Kemurkaannya menyadarkan kita akan dosa. Inilah salah satu hal yang berharga dari kita Ratapan, dalam kehampaan Yeremia membawa suatu semangat bahwa di dalam pukulan yang berat ini, kasih setia Tuhan tetap ada. Di dalam Murkanya Tuhan tetap mengasihi, karena kasihNya adalah tetap sepanjang masa. Dengan demikian apakah arti beban ini? Beban yang mereka tanggung bukanlah hukuman yang menghancurkan dan meleyapkan, tetapi sebagai cambuk yang memberi pelajaran (hukuman yang mendidik). Dibalik cambuk Tuhan berbicara tentang kasih, karena cambuknya adalah konsekwensi dari pelanggaran. Allah adalah Rahmani, Dia tetap memancarkan rahmatNya. Jadi dunia mereka belum berakhir, sejarah mereka belum berhenti, tetapi umat adalah tetap di dalam naungan kasihNya. Kasih Tuhan tidak tampak di dalam bentuk kesenangan saja, di dalam kepahitan Tuhan juga berbicara dan menunjukkan kasihNya. “Karena walaupun Ia mendatangkan susah, Ia juga menyanyangi menurut kebesaran kasih setia-Nya” (Rat 3:33)
2. Tuhan adalah bagianku - Tuhan Turut Terteban
Beban berat atas pembuangan yang dialami Yehuda adalah juga beban Tuhan. Tuhan turut terbeban atas beban umatNya. Tuhan adalah bagianku (ay 24). Pesan ini sangat penting mendatangkan dan menghadirkan Tuhan atas beban ini. Pemahaman ini sangat menarik, Tuhan tidak dilihat sebagai Allah yang mendatangkan semua kesussahan ini, tetapi memohon agar Tuhan turut di dalam beban ini. Jika terjadi musibah atau bencana, sering diskusi mengarah kepada dimana keadilan Tuhan. Tidak sedikit pandangan membela Tuhan dan menyalahkan manusia, namun ada juga kasus seperti Ayub bahwa derita yang dialami sama sekali bukan karena dosanya. Diskusi seperti ini sering membawa kita pada pembenaran Allah atau pembenaran manusia. Pembenaran seperti itu tiada guna di dalam beban, pertanyaan penting adalah bagaimana kita berjalan atau bertahan hidup di dalam semua beban ini. Kitab Ratapan ini membawa suatu pemahaman bahwa Tuhan adalah bagianku. Artinya Tuhan turut terbeban di dalam semua kesusahan ini, kita tidak sanggup sendirian, dengan kekuatan dari Tuhan kita bisa berjalan. Bukan hanya kekuatan Tuhan yang kita minta dalam mejalani semua beban, tetapi Tuhan adalah ikut terbeban dan mau menanggungnya bersama-sama dengan kita. Dengan demikian perlu pencerahan dalam memahami beban, ubahlah pertanyaan dari ‘siapa yang salah atas semua ini’ menjadi permohonan ‘ya Tuhan, lihat dan pandang lah kami’. Kata-kata ini beberapa kali muncul di dalam kitab Ratapan ini, yang mengajak dan memohon agar Tuhan ikut ambil bagian menjalani dan melepaskan beban berat ini.
3. Meratapi Kegagalan – Menetapkan langkah ke depan.
Jika Tuhan tetap mengasihi , mengapa begitu pahit yang kami alami? Pertanyaan ini dijawab oleh Yeremia dalam ay 28-30: berdiam diri, meratapi kesalah adalah sangat penting untuk menyadari berbagai kesalahan. Mengabaikan kesalahan dan berbangga diri dalam setiap kejayaan sekalipun diatas landasan kesalahan adalah kebodohan. Janganlah berbangga hati jika Tuhan tidak memukul kita ketika kita salah. Namun kalau pun dipukul saat yang baik bagi kita untuk meratap mengerang kesakitan itu baik, berdiam diri merenungkan semua beban yang menimpa, dan bahkan merebahkan diri pasrah atas segala apa yang terjadi. Merebahkan diri, pasrah dan menyadari diri tiada apa-apa dihadapan Tuhan merupakan proses menempa diri yang baru. Pembuangan bagi kitab ratapan merupakan proses penempaan umat yang baru. Ibarat proses daur ulang demikian umatnya ditempa kembali sebagai umat baru yang taat dan setia.
Dengan pemahaman demikian terjawablah sudah di dalam kitab ratapan bahwa masa pembuangan adalah masa yang sangat penting untuk merenungkan kembalai pelanggaran. Ratapan bukan semata-mata menangis dan menyesali masala lalu tetapi memetik hikmah dibalik pengalaman pahit. Di dalam keterpurukan ini, kitab ratapan juga membawa pemahaman bahwa di dalam beban umatNya, Tuhan turut terbeban. Tuhan ada dan bersama-sama mereka di dalam pembuangan. Di dalam pembuangan mereka ditempa dan dijadikan sebagai umat baru. Pembuangan bukanlah akhir dari perjalanan umatNya melainkan satu fase (masa) dalam sejarah yang panjang dimana kita tidak tahu kapan berakhirnya perjalanan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar