IDUL ADHA: MEMAKNAI ARTI BERQURBAN
Pesan Bermakna Bagi Masyarakat Indonesia Dalam Berbagai Tikungan Politik
Oleh: Nekson M Simanjuntak
Kesibukan saudara-saudara beragama Islam sudah jauh-jauh sebelum hari Idul Adha yang dirayakan hari ini. Mereka mencari kurban terbaik berupa ternak yang diijinkan agama seperti: Kambing, Lembu Sapi, Kerbau dan lain-lain sesuai dengan perintah Agama dan standar kesehatan melalui pemerintah. Kebutuhan religius demikian dimanfaatkan oleh banyak pedagang ternak untuk berlomba-lomba menawarkan jasa. Tidak heran jika pemandangan di lapangan, pinggir jalan dan berbagai tempat pun dipadati oleh ternak kurban dengan variasi harga yang ditentukan oleh pedagang ternak.
Idul Adha dirayakan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Menurut penjelasan Quraisy Sihab dalam tayangan Metro TV tadi pagi bahwa dalam tradisi Islam wajib hukumnya bagi warga muslim untuk memberikan kurban bagi fakir miskin. Mereka yang memperoleh rizki atau berkah wajib hukumnya memberikan kurban bagi mereka yang berkekurangan. Dalam perspektif Islam, Idul Adha ini berkaitan dengan puncak perayaan haji mengenang peristiwa Ibrahim mengurbankan anaknya atas perintah Allah. Itulah sebabnya hari raya kurban juga disebut dengan hari raya kurban.
Kewajiban agama untuk memberi kurban, bukanlah semata-mata memberikan daging bagi fakir namun memiliki makna yang terdalam yaitu merelakan penghasilan bahkan miliki kepunyaan diri sendiri untuk berbagi/dibagikan dengan orang lain. Mengorbankan kepentingan sendiri demi melihat kepentingan orang banyak.
Semangat makna berqurban di hari raya idul Adha atau Hari Raya Qurban ini adalah momentum berharga bagi Masyarakat Indonesia yang mayoritas masyarakat muslim. Budaya berkurban, mengurangi kepentingan diri dan mengedepankan kepentingan orang lain bahkan merelakan apa yang menjadi hak dan milik pribadi dapat disumbangsihkan bagi orang-orang yang membutuhkan. Makna seperti ini menjadi sangat berharga untuk diinternalisasikan bagi seluruh masyarakat yang pada minggu-minggu ini dalam suasana hiruk pikuk dan tikungan-tingan politik yang tajam di Senayan. Mengganti UU Pilkada menjadi lewat DPRD telah mengorbankan hak pilih rakyat. Zigzag politisi meraih kekuasaan di kursi DPR dan lain-lain merupakan pemandangan dan tontonan yang menonjolkan kepentingan diri dan kelompok. Makna semangat berqurban di Idul Adha ini adalah sumbangan yang sangat berharga dalam perayaan Idul Adha di tahun ini untuk rela berkorban, semakin peka melihat kebutuhan orang lain dan hormat serta menghargai hak-hak orang lain.
Semoga makna Idul Adha ini meresap bagi para politisi kita khususnya yang telah mengorbankan kepentingan rakyat demi mencapai kekuasaan dan pengaruh bagi diri sendiri. Sudah hampir dipastikan para politisi kita telah memberikan kurban di Idul Adha ini berupa ternak, karena pada umumnya politisi kita sangat religius dan secara formal melakukan perintah agama. Semoga bukan sekedar mengurbankan ternak atau memberi daging ternak untuk dibagi bagi fakir, tetapi menghidupi makna berqurban dengan merelakan apa yang menjadi hak pribadi dipersembahkan dan direlakan demi kepentingan rakyat. Jika ini terjadi maka agama benar-benar telah berfungsi mentransformasi kehidupan penganutnya.
Idul Adha dirayakan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Menurut penjelasan Quraisy Sihab dalam tayangan Metro TV tadi pagi bahwa dalam tradisi Islam wajib hukumnya bagi warga muslim untuk memberikan kurban bagi fakir miskin. Mereka yang memperoleh rizki atau berkah wajib hukumnya memberikan kurban bagi mereka yang berkekurangan. Dalam perspektif Islam, Idul Adha ini berkaitan dengan puncak perayaan haji mengenang peristiwa Ibrahim mengurbankan anaknya atas perintah Allah. Itulah sebabnya hari raya kurban juga disebut dengan hari raya kurban.
Kewajiban agama untuk memberi kurban, bukanlah semata-mata memberikan daging bagi fakir namun memiliki makna yang terdalam yaitu merelakan penghasilan bahkan miliki kepunyaan diri sendiri untuk berbagi/dibagikan dengan orang lain. Mengorbankan kepentingan sendiri demi melihat kepentingan orang banyak.
Semangat makna berqurban di hari raya idul Adha atau Hari Raya Qurban ini adalah momentum berharga bagi Masyarakat Indonesia yang mayoritas masyarakat muslim. Budaya berkurban, mengurangi kepentingan diri dan mengedepankan kepentingan orang lain bahkan merelakan apa yang menjadi hak dan milik pribadi dapat disumbangsihkan bagi orang-orang yang membutuhkan. Makna seperti ini menjadi sangat berharga untuk diinternalisasikan bagi seluruh masyarakat yang pada minggu-minggu ini dalam suasana hiruk pikuk dan tikungan-tingan politik yang tajam di Senayan. Mengganti UU Pilkada menjadi lewat DPRD telah mengorbankan hak pilih rakyat. Zigzag politisi meraih kekuasaan di kursi DPR dan lain-lain merupakan pemandangan dan tontonan yang menonjolkan kepentingan diri dan kelompok. Makna semangat berqurban di Idul Adha ini adalah sumbangan yang sangat berharga dalam perayaan Idul Adha di tahun ini untuk rela berkorban, semakin peka melihat kebutuhan orang lain dan hormat serta menghargai hak-hak orang lain.
Semoga makna Idul Adha ini meresap bagi para politisi kita khususnya yang telah mengorbankan kepentingan rakyat demi mencapai kekuasaan dan pengaruh bagi diri sendiri. Sudah hampir dipastikan para politisi kita telah memberikan kurban di Idul Adha ini berupa ternak, karena pada umumnya politisi kita sangat religius dan secara formal melakukan perintah agama. Semoga bukan sekedar mengurbankan ternak atau memberi daging ternak untuk dibagi bagi fakir, tetapi menghidupi makna berqurban dengan merelakan apa yang menjadi hak pribadi dipersembahkan dan direlakan demi kepentingan rakyat. Jika ini terjadi maka agama benar-benar telah berfungsi mentransformasi kehidupan penganutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar