Nats: 1 Tessalonika 2:1-8
SPIRIT
PELAYANAN PAULUS
1 Tessalonika 2:1-8
“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan
layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)
Dalam sejarah gereja mula-mula, kita kenal suatu ungkapan: “semakin
dibabat, semakin merambat.” Ungkapan ini merupakan suatu istilah dalam
menggambarkan realitas perkembangan gereja mula-mula. Mereka mendapat tantanga,
ancaman, anianya dan martyr namun sedikit pun tak membuat mereka undur dari
beriman kepada Yesus Kristus. Tantangan itu bukan saja datang dari Yahudi, tapi
dari masyarakat umum dan khususnya kekaisaran Romawi yang senantiasa menunding
persekutuan orang percaya sebagai kelompok teror yang menggerogoti pemerintahan
kekaisaran Romawi. Sedemikian bencinya Pemerintahan Romawi akan orang percaya
hingga mereka terus dianiaya, dikerjar bahkan martyr menjadi tontonan si
stadion berhadapan dengan singa dan banyak juga yang dibakar hidup-hidup
menjadi obor di jalan. Itulah pahitnya menjadi pengikut Yesus di masa sejarah
gereja mula-mula.
Sekalipun sedemikian dahsyatnya tantangan itu, bahwa jumlah orang yang
percaya kepada Yesus Kristus tidak berkurang, justru semakin bertambah.
Pengejaran terhadap orang percaya menjadi cara Allah untuk mempercepat
pekabaran Injil ke mana mereka berlari dari pengejaran dan penganiayaan. Habis
gelap terbitlah terang; masa penganiayaanpun berlalu setelah ada Edik Milano
yang menerima Agama Kristen sebagai agama resmi di wilayah kekaisaran Romawi.
Menjadi pertanyaan bagi kita spirit apa atau semangat apa yang membuat
gereja mula-mula bertahan seperti itu? Kuncinya adalah karena rasul-rasul telah
menunjukkan teladan dalam ha l itu dan tentu atas pertolongan dan perlindungan
Roh Kudus bagi setiap orang percaya sebagaimana digambarkan dalam Kisah Para
rasul.
Berkaitan dengan kotbah minggu ini, dari 1 Tes 2:1-8, Paulus
menjelaskan Spirit Pelayanannya kepada jemaat Tessalonika. Spirit pelayanan
Paulus itu digambarkan dalam tiga unsur penting, yaitu:
01. Tak Surut Oleh Tantangan
Paulus dan
murid-muridnya berlari dari satu desa ke desa lain untuk memberitakan Injil. Bagi
Paulus upaya memberitakan Injil ini adalah hutang yang harus ditebus dan Injil
harus sampai ke ujung bumi sebelum Kristus datang. Inilah spirit Paulus, bahwa
Injil harus diberitakan sebeleum kedatanganNya, karena itu baginya waktu hanya
tinggal sedikit dunia yang belum dijangkau Injil masih banyak. Paulus
berkunjung dari kota ke suatu kota, desa ke desa lain agar Injil diberitakan.
Dia tidak memiliki ketakutan atau mengeluh terhadap apa yang menghambat dan
menganiaya dia dalam Pemberitaan Injil. Dalam perikop ini Paulus menjelaskan
penganiayaan dan hambatan yang dialaminya di Filipi(Baca Kisah Rasul 16: 13-18,
19-40). Di Filipi Paulus menyembuhkan perempuan yang dirasuki roh, namun Paulus
dituding menjadi pembuat onar. Pemerintah setempat menangkap dan memenjarakan
Paulus. Bukan hanya itu namun mereka diikat dan dibelenggu di penjara bagian
tengah agar tidak bisa melepaskan diri. Namun apa yang terjadi, pada saat itu ada
gempa bumi yang hebat sehingga
sendi-sendi pintu penjara terbu membuat Paulus dan Silas dapat keluar
dari penjara. Hal yang paling luar biasa, penjaga penjara akhirnya takjub dan
meminta petunjuk dari Paulus perihal apa
yang dia harus lakukan agar dia selamat. Paulus menjawab: “percayalah kepda
Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis
16:31).
Apa yang menarik
disini, Paulus menegaskan bahwa tantangan, hambatan, penolakan dan penganiayaan
tak akan menghentikan pemberitaan Injil. Kekuatan manusia dan kekuasaaan
penguasa tak akan mampu mengehntikan Pemberitaan Injil. Segala belenggu yang diikatkan
oleh manusia kepada Pemberita Injil akan tanggal dan runtuh dengan sendirinya
oleh Kuasa Kristus.
Spirit seperti
itulah yang mesti dialami oleh pelayanan masa kini, tak akan surut oleh
tantangan apapun, melainkan dengan semngat pemberitaan segala tantangan itu
akan diruntuhkan oleh Kristus.
02. Pemberitaan; Menyukakan Hati Tuhan
Spirit pelayanan
adalah menyukakan hati Tuhan. Inilah hal kedua yang ditegaskan oleh Paulus dari
kotbah minggu ini bahwa Pemberitaan Injil semata-mata untuk menyukakan hati
Tuhan. Paulus mengecam keras sikap dan perbuatan para pemberita lain yang tidak
murni, bertujuan untuk menyenangkan hati manusia, bahkan dengan segala tipu
daya dilakukan atas nama pelayanan namun bukan pada tujuan yang murni. Paulus
menegaskan ini karena ada pemberita yang berusaha menjatuhkan Paulus dengan
pemberitaannya. Di sini Paulus memberikan apologi tentang pemberitaannya bahwa
sesungguhnya penugasan Pemberitaan Paulus adalah
Kepercayaan yang diberkan oleh Yesus Kristus kepada Paulus: “”karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (1 Tes 2:4).
Perihal bagaimana Kristus menangkap Paulus
menjadi pemberita Injil dapat kita baca di Kisah rasul 9, 1-19a; kisah pertobatan saulus menjadi Paulus dan
sekaligus pengutusan Paulus menjadi Pemberita Injil. Demikian halnya dalam Gal 1:12 disebutkan: “karena
aku bukan menerimanya dari manusia dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku
tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. Dan tidak kalah pentingnya
Paulus menjelaskan bahwa penerimaannya menjadi rasul adalah melalui suatu
penampakan (1 Kor 15: 8: “dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan
diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”
Dari kisah
pemanggilan dan pengutusannya menjadi rasul, Paulus bermaksud murni yaitu
bertujuan untuk menyukakan hati Tuhan.
Tentu banyak
refleksi yang mungkin kita kembangkan dari sini perihal tujuan Pemberitaan dan
tujuan Pelayanan. Mari singkirkan tujuan-tujuan picisan dalam pelayanan dan
pemberitaan apakah itu demi popularitas, harga diri, atau maksud lainnya. Semua
pelayanan dan pemberitaan kita mari kita pusatkan untuk menyukakan Tuhan.
03. Pemberitaan: ada kasih sayang dan pengasuhan
Ada suatu istilah
menarik dari Paulus sebagai rasul dan jemaat asuhan hasil penginjilannya; yaitu
semacam hubungan seorang ibu terhadap anaknya. Ibu yang memelihara, membesarkan
dan mendidik anak-anaknya di dalam kasih dan pemeliharaan pengasuhan yang baik
agar bertumbuh menjadi dewasa. Jadi hubungan ini ada kasih sayang dan
pengasuhan hingga mandiri. “Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu,
sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawi anaknya.” (1 Tes 2:7)
Analogi ini sangat
menarik sebagai kritik terhadap kalim “pemberita Injil” yang terkesan hanya
sebagai penabur saja mengabaikan unsur pengasuhan dan pemeliharaan persekutuan.
Ada pengkotbah yang menaburkan Injil dimana-mana dan menyatakan pelayanannya
telah dimana-mana. Baiklah itu benar dan kita terima sebagai tugas pemberitaan,
namun Tugas Pemberitaan dalam kotbah ini bukan hanya menabur, namun Paulus
dalam kotbah ini ada kasih sayang, ada pengasuhan dan pemeliharan iman agar
bertumbuh hingga jemaat yang dewasa.
Jemaat yang
bertumbuh dan menjadi dewasa jika dipupuk dan dipelihara dengan kasih sayang. Mungkin
bisa juga kita menarik suatu refleksi di bulan oktober ini HKBP telah mencapai
135 tahun bertumbuh dalam pengasuhan persekutuan apakah kita telah menjadi
dewasa. Atau mungkin skop gereja masing-masing, perlu evaluasi akan kasih sayang
dan pengasuhan; sudah sejauh manakah kasih sayang dan pengasuhan kita dalam
rangka bertumbuh bersama menjadi jemaat yang dewasa hingga saat ini? Atau sebaliknya
yang terjadi semakin kering dan gersangnya kasih sayang, dan kepedulian semakin
kerdil atau berlomba untuk mencapai tujuan popularitas diri yang sia-sia?
Kotbah ini mengajak kita kembali agar hidup dalam kasih sayang dan saling
merawat dan memelihara persekutuan yang bertumbuh di dalam iman hingga dewasa.
Penutup:
Jika kita perhatikan dalam suatu Opening Ceremony atau Pembukaan
Olimpiade atau Pekan Olah Raga selalu ada penyalaan Api. Api olimpiade yang
biasanya diambil dari api bumi alami yang menyala, Api ini terus dibawa oleh atlet hingga dinyalakan
pada opening ceremony. Ini adalah bertujuan dalam seluruh pertandingan dan
perlombaan ibarat api yang menyala demikianlah spirit para atlet menyala hingga
menuntaskan segala pertandingan dan perlombaan. Demikian halnya dalam pelayanan
kita masing-masing, hendaklah spirit api pelayanan kita tidak padam tetapi
terus menyala hingga berakhir di garis finis.
“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan
layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar