Kotbah Minggu, 5 Okt 2014
Nats: Nekson M Simanjuntak
Mungkin kita pernah dengar atau baca kisah Malim Kundang, Sampuraga atau kisah si Mardan, cerita-cerita ini adalah kisah yang lupa akan budi baik orang tua, akhirnya kena kutuk. Dalam kejayaannya, mereka melupakan sejarahnya yang pahit hingga meyangkal kebenaran tentang sejarah hidupnya. Mereka malu mengakui ibunya sebagai ibu kandung karena miskin dan jorok, sementara dia telah berkilauan, kaya dan jaya. Ini contoh bentuk durhaka suatu cerita yang hidup yang beŕakhir tragedi menjadi legenda yang hidup di kalangan masyarakat. Sejajar dengan itu kita mengenal pula suatu ungkapan dalam masyarakat: "air susu dibalas dengan tuba". Kebaikan dibalaskan dengan kepahitan bahka kejahatan, Itulah tragedi kemanusiaan yang melupakan kebaikan bahkan meniadakannya dan membalaskannya dengan kejahatan. Kisah seperti ini menjadi legende dan palajaran di kalangan masyarakat sebagai pendidikan agar tidak terulang kisah yang sama, hormat terhadap orang tua, ingat pesan (poda) dan budi baik orang tua serta tetap rendah hati karena kebaikan sekarang adalah produk masa lalu.
Kisah Sedih Kebun Anggur
Kisah sedih semacam itu pula menjadi kotbah yang sangat menggugah hati dalam minggu ini. Yesaya mengutarakan kisah sedih itu dalam bentuk perumpamaan tentang kebun anggur dan pemiliknya. Kisah ini sangat menarik diungkapkan dan penuh haru dan hati yang miris. Lihatlah, pemilik kebun anggur meliliki tanah ysng sangat subur, sudah mempersiapkan benih pilihan, dia mencangkul dan mengolah lahannya dengan baik, mempersiapkan pondok, mendirikan menara penjaga, dan menggali lubang pengolahan anggur, merawat, merumput dan membuat pagar agar terlindung dari pengrusakan binatang buas. Pokoknya semua yang terbaik dilakukannya untuk kebun anggurnya dengan harapan menghasilkan buah anggur yang terbaik. Apa yang terjadi benih pilihan yang terbaik dengan pengolahan dan pemeliharaan yang terbaik berbuah asam. Ini suatu kepedihan, siasia rasanya berlelah, memberi hati dan perhatian yang panjang dan melelahkan. Apa yang terjadi, buah manis yang diharap, yang datang adalah buah masam.
Seandainya kita sebagai pemilik kebun apakah yang akan kita lakukan? Suatu pertanyaan yang membutuhkan jawaban dimana tak ada alasan untuk merawatnya lagi atau menunggu berlama-lama karena buah asam tetaplah asam tak mungkin manis. Langkah yang dilakukan pemilik kebun adalah membiarkannya terlantar atau dengan cepat untuk me-recycle (mendaur ulang) kebun anggurnya. Meninggalkannya dan membiarkan terlantar hingga tumbuh semak diri dan tanaman liar lainnya menghimpit dan membuat mati adalah pilihan yang tidak mungkin karena pemilik sangat sayang pada kebun anggurnya. Hal yang dilakukan adalah menata ulang pengolahannya dan mendaur ulang kebun anggur yang asam dan menanam ulang anggur, memilih benih pilihan , mengolah lagi seperti sejaķ awal. Langkah ini dilakukan karena pemilik kebun sangat sayang pada kebun anggurnya.
Kebun Anggur Adalah Umat Pilihan
Perumpamaan di atas adalah gambaran akan Allah terhadap umat pilihannya Israel. Allah telah memilih dan menetapkan mereka sebagai umat pilihan dan umat kesayanganNya. Allah menuntunnya keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan kokoh, membentuk mereka menjadi umat yang memiliki hukum dan tahu kebenaran dan kehendak Allah. Mereka telah ditetapkan mewarisi Tanah Kanaan, tanah yang subur dan makmur, penuh susu dan madu. Diangkatnya mereka menjadi bangsa yang besar di antara bangsa-bangsa dan segala kemasyurannya yang tiada terbandingi. Apa yang terjadi umat pilihan tidak berkarakter pilihan, mereka jatuh dan berbalik dari Tuhan, berhala, menindas dan tangan mereka berlumuran darah. Dari kepala hingga telapak kaki tak ada yang benar (1,6a). Dosa terstruktur dari raja, rakyat jelata dan gembala atau imam. Dosa umat sudah merah seperti kirmizi atau seperti kain kesumba (1,18). Mungkin sudah Ibarat Sodom dan Gomora yang sudah mesti ditunggangbalikkan oleh Tuhan, namun hanya karena masih ada sedikit orang yang percaya mereka itu tak dihukum seperti Sodom dan Gomora (1,9). Semuanya dosa2 itu dapat kita baca dalam pasal 1-4 dan pasal lainnya dlm kitab Yesaya. Kalau demikian halnya, tentu tinggal menunggu waktu penghukuman tiba. Isi hukuman itu telah diuraikan sebelum nats ini. Hukuman ini bentuk pendauran ulang untuk pemurnian awal. Inilah hukuman pembuangan yang akan dijatuhkan dalam penglihatan Yesaya. Tak ada jalan lain, buah asam dari umat Jehuda dan Yerusalem akan didaur ulang dalam pembuangan. Bagi Yesaya pembuangan adalah permunian umat yang diharapkan umat yang diperbaharui dengan buah yang manis.
Bagi Yesaya gambaran pemurnian ulang ini jelas sejak awal, bahwa pembuangan adalah hukuman atas buah yang asam, pendauran ulang mesti dilakukan untuk menantikan buah anggur yang baik dan manis. Menunggu kebun anggur yang asam berbuah manis adàlah sesuatu yang tidak mungkin dan siasia. Membiarkan terlantar, ditumbuhi semak belukar dan semak berduri atau langkah tukang kebun mengolah ulang kebun anggurnya dari awal merupakan satusatunya pilihan untuk mengharapkan buah anggur manis dan baik.
Beberapa Pendalaman:
1. TUHAN tak tinggal diam atas kebuan anggur yang asam.
Dalam kisah perumpamaan kebun anggur di atas memberikan suatu alasan bahwa Tuhan tidak tinggal diam dan membiarkan kebun anggurnya tetap memproduksikan buah asam. Dia akan bertindak. Kebun anggur Tuhan adalah Israel dan Yehuda, umat kesayangan Tuhan. Sebagai umat pilihanNya Tuhan menantikan keadilan namun mereka berbuahkan penindasan dan kelaliman, menantikan kebenaran namun hanya ada keonaran (ay 7).. inilah buah asam dari umat pilihan. Jika demikian adanya, sama seperti pemilik kebun anggur akan menata ulang kebonnya anggur agar menghasilakn buah yang manis. Demikian Tuhan dengan caranya sendiri akan memurnikan umat pilihanNya agar berbuahkan keadilan dan kebenaran.
2. Buahkanlah yang manis
Seperti tukang kebun mengharapkan buah yang manis, dengan memilih benih yang bagus, mengolah lahan, memelihara dan mempersiapkan segala sesuatu untuk agar kebun anggurnya berbuah manis. Sekalipun dia kecewa karena buah yang dihasilkan kebun anggurnya asam dan terpaksa harus melakukan pengolahan ulang kebun anggurnya untuk mengharapkan buah manis. Demikianlah Tuhan mengharapkan setiap pribadi lepas pribadi menghasilkan buah yang manis. Tuhan tidak menghendaki kita menjadi ranting pohon anggur yang menghasilkan buah yang asam karena kita telah dipilih dan ditetapkan untuk berbuah yang baik dan manis (Yoh 15,16). Kristus sendiri adalah pokok anggur dan kita carangnya, di dalam Kristus kita menghasilkan buah yang manis. Jangan kecewakan Tuhan dengan buah asam dari kehidupan kita.
3. Beri dirimu dibentuk dan diperbaiki.
Kita adalah manusia tidak sempurna, sering ungkapan ini dijadikan melegitimasi dirinya menjadi terbatas. Tidak sedikit menjadi pasrah dan permisif dan menerima dirinya kurang tanpa usaha yang maksimal untuk perubahan atau memperbaharui diri. Menyadari keterbatasan itu baik, karena memang kita manusia terbatas, namun dalam keterbatasan kita itu harus bersedia dirubah dan dibentuk untuk lebih baik. Allah mau bekerja dan turut bekerja untuk memperbaiki hidup agar lebih berbuahkan kebaikan. Seperti tukang kebun yang tidak menyukai anggur yang asam dan akan mengolah ulang kebun anggurnya serta berusaha menanam benih anggur yang baik agar hasilnya lebih baik. Demikianlah kebaikan dalam diri kita, sekalipuñ kebaikan belum berbuah, Allah turut bekerja agar hidup kita berbuahkan kebaikan tentu dengan syarat berkenan berubah dan bersedia diperbaharui oleh Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar