Sabtu, 28 Oktober 2023

SPIRIT MEMBERITAKAN INJIL DENGAN PERTOLONGAN TUHAN

 Kotbah Minggu XXI Stlh Trinitatis

Minggu, 29 Oktober 2023

Ev. 1 Tessalonika 2:1-8



SPIRIT MEMBERITAKAN INJIL DENGAN PERTOLONGAN TUHAN


“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)


Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mangajak kita untuk tetap penuh semangat melayani Tuhan. Pengorbanan, pengabdian dan persembahan hidup missionaris yang memberitakan Injil merupakan dupa yang harum bagi Tuhan. Pengabdian mereka menjadi teladan bagi kita dan mendorong gereja terus bertumbuh memberitakan Injil ke seluruh dunia.


Dalam sejarah gereja mula-mula, kita kenal suatu ungkapan: “semakin dibabat, semakin merambat.” Ungkapan ini merupakan suatu istilah dalam menggambarkan realitas perkembangan gereja mula-mula. Mereka mendapat tantanga, ancaman, anianya dan martyr namun sedikit pun tak membuat mereka undur dari beriman kepada Yesus Kristus. Tantangan itu bukan saja datang dari Yahudi, tapi dari masyarakat umum dan khususnya kekaisaran Romawi yang senantiasa menunding persekutuan orang percaya sebagai kelompok teror yang menggerogoti pemerintahan kekaisaran Romawi. Sedemikian bencinya Pemerintahan Romawi akan orang percaya hingga mereka terus dianiaya, dikerjar bahkan martyr menjadi tontonan si stadion berhadapan dengan singa dan banyak juga yang dibakar hidup-hidup menjadi obor di jalan. Itulah pahitnya menjadi pengikut Yesus di masa sejarah gereja mula-mula.


Sekalipun sedemikian dahsyatnya tantangan itu, bahwa jumlah orang yang percaya kepada Yesus Kristus tidak berkurang, justru semakin bertambah. Pengejaran terhadap orang percaya menjadi cara Allah untuk mempercepat pekabaran Injil ke mana mereka berlari dari pengejaran dan penganiayaan. Habis gelap terbitlah terang; masa penganiayaanpun berlalu setelah tigaratus tahun lebih ada Edik Milano yang menerima Agama Kristen sebagai agama resmi di wilayah kekaisaran Romawi.


Menjadi pertanyaan bagi kita spirit apa atau semangat apa yang membuat gereja mula-mula bertahan seperti itu? Kuncinya adalah karena rasul-rasul telah menunjukkan teladan dalam ha l itu dan tentu atas pertolongan dan perlindungan Roh Kudus bagi setiap orang percaya sebagaimana digambarkan dalam Kisah Para rasul.

Berkaitan dengan kotbah minggu ini, dari 1 Tes 2:1-8, Paulus menjelaskan Spirit Pelayanannya kepada jemaat Tessalonika. Spirit pelayanan Paulus itu digambarkan dalam tiga unsur penting, yaitu:  


01. Tak Surut Oleh Tantangan

Paulus dan murid-muridnya berlari dari satu desa ke desa lain untuk memberitakan Injil. Bagi Paulus upaya memberitakan Injil ini adalah hutang yang harus ditebus dan Injil harus sampai ke ujung bumi sebelum Kristus datang. Inilah spirit Paulus, bahwa Injil harus diberitakan sebeleum kedatanganNya, karena itu baginya waktu hanya tinggal sedikit dunia yang belum dijangkau Injil masih banyak. Paulus berkunjung dari kota ke suatu kota, desa ke desa lain agar Injil diberitakan. Dia tidak memiliki ketakutan atau mengeluh terhadap apa yang menghambat dan menganiaya dia dalam Pemberitaan Injil. Dalam perikop ini Paulus menjelaskan penganiayaan dan hambatan yang dialaminya di Filipi(Baca Kisah Rasul 16: 13-18, 19-40). Di Filipi Paulus menyembuhkan perempuan yang dirasuki roh, namun Paulus dituding menjadi pembuat onar. Pemerintah setempat menangkap dan memenjarakan Paulus. Bukan hanya itu namun mereka diikat dan dibelenggu di penjara bagian tengah agar tidak bisa melepaskan diri. Namun apa yang terjadi, pada saat itu ada gempa bumi yang hebat sehingga sendi-sendi pintu penjara terbu membuat Paulus dan Silas dapat keluar dari penjara. Hal yang paling luar biasa, penjaga penjara akhirnya takjub dan meminta petunjuk dari Paulus perihal apa yang dia harus lakukan agar dia selamat. Paulus menjawab: “percayalah kepda Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis 16:31).


Apa yang menarik disini, Paulus menegaskan bahwa tantangan, hambatan, penolakan dan penganiayaan tak akan menghentikan pemberitaan Injil. Kekuatan manusia dan kekuasaaan penguasa tak akan mampu mengehntikan Pemberitaan Injil. Segala belenggu yang diikatkan oleh manusia kepada Pemberita Injil akan tanggal dan runtuh dengan sendirinya oleh Kuasa Kristus.

Spirit seperti itulah yang mesti dialami oleh pelayanan masa kini, tak akan surut oleh tantangan apapun, melainkan dengan semngat pemberitaan segala tantangan itu akan diruntuhkan oleh Kristus.


02. Pemberitaan; Menyukakan Hati Tuhan

Spirit pelayanan adalah menyukakan hati Tuhan. Inilah hal kedua yang ditegaskan oleh Paulus dari kotbah minggu ini bahwa Pemberitaan Injil semata-mata untuk menyukakan hati Tuhan. Paulus mengecam keras sikap dan perbuatan para pemberita lain yang tidak murni, bertujuan untuk menyenangkan hati manusia, bahkan dengan segala tipu daya dilakukan atas nama pelayanan namun bukan pada tujuan yang murni. Paulus menegaskan ini karena ada pemberita yang berusaha menjatuhkan Paulus dengan pemberitaannya. Di sini Paulus memberikan apologi tentang pemberitaannya bahwa sesungguhnya penugasan Pemberitaan Paulus adalah


Kepercayaan yang diberkan oleh Yesus Kristus kepada Paulus: “”karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.” (1 Tes 2:4).

 Perihal bagaimana Kristus menangkap Paulus menjadi pemberita Injil dapat kita baca di Kisah rasul 9, 1-19a; kisah pertobatan saulus menjadi Paulus dan sekaligus pengutusan Paulus menjadi Pemberita Injil. Demikian halnya dalam Gal 1:12 disebutkan: “karena aku bukan menerimanya dari manusia dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. Dan tidak kalah pentingnya Paulus menjelaskan bahwa penerimaannya menjadi rasul adalah melalui suatu penampakan (1 Kor 15: 8: “dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”


Dari kisah pemanggilan dan pengutusannya menjadi rasul, Paulus bermaksud murni yaitu bertujuan untuk menyukakan hati Tuhan.

Tentu banyak refleksi yang mungkin kita kembangkan dari sini perihal tujuan Pemberitaan dan tujuan Pelayanan. Mari singkirkan tujuan-tujuan picisan dalam pelayanan dan pemberitaan apakah itu demi popularitas, harga diri, atau maksud lainnya. Semua pelayanan dan pemberitaan kita mari kita pusatkan untuk menyukakan Tuhan.


03. Pemberitaan: ada kasih sayang dan pengasuhan

Ada suatu istilah menarik dari Paulus sebagai rasul dan jemaat asuhan hasil penginjilannya; yaitu semacam hubungan seorang ibu terhadap anaknya. Ibu yang memelihara, membesarkan dan mendidik anak-anaknya di dalam kasih dan pemeliharaan pengasuhan yang baik agar bertumbuh menjadi dewasa. Jadi hubungan ini ada kasih sayang dan pengasuhan hingga mandiri. “Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawi anaknya.” (1 Tes 2:7)


Analogi ini sangat menarik sebagai kritik terhadap kalim “pemberita Injil” yang terkesan hanya sebagai penabur saja mengabaikan unsur pengasuhan dan pemeliharaan persekutuan. Ada pengkotbah yang menaburkan Injil dimana-mana dan menyatakan pelayanannya telah dimana-mana. Baiklah itu benar dan kita terima sebagai tugas pemberitaan, namun Tugas Pemberitaan dalam kotbah ini bukan hanya menabur, namun Paulus dalam kotbah ini ada kasih sayang, ada pengasuhan dan pemeliharan iman agar bertumbuh hingga jemaat yang dewasa.


Jemaat yang bertumbuh dan menjadi dewasa jika dipupuk dan dipelihara dengan kasih sayang. Mungkin bisa juga kita menarik suatu refleksi di bulan oktober ini HKBP telah mencapai 135 tahun bertumbuh dalam pengasuhan persekutuan apakah kita telah menjadi dewasa. Atau mungkin skop gereja masing-masing, perlu evaluasi akan kasih sayang dan pengasuhan; sudah sejauh manakah kasih sayang dan pengasuhan kita dalam rangka bertumbuh bersama menjadi jemaat yang dewasa hingga saat ini? Atau sebaliknya yang terjadi semakin kering dan gersangnya kasih sayang, dan kepedulian semakin kerdil atau berlomba untuk mencapai tujuan popularitas diri yang sia-sia? Kotbah ini mengajak kita kembali agar hidup dalam kasih sayang dan saling merawat dan memelihara persekutuan yang bertumbuh di dalam iman hingga dewasa.  


Penutup:

Jika kita perhatikan dalam suatu Opening Ceremony atau Pembukaan Olimpiade atau Pekan Olah Raga selalu ada penyalaan Api. Api olimpiade yang biasanya diambil dari api bumi alami yang menyala, Api ini terus dibawa oleh atlet hingga dinyalakan pada opening ceremony. Ini adalah bertujuan dalam seluruh pertandingan dan perlombaan ibarat api yang menyala demikianlah spirit para atlet menyala hingga menuntaskan segala pertandingan dan perlombaan. Demikian halnya dalam pelayanan kita masing-masing, hendaklah spirit api pelayanan kita tidak padam tetapi terus menyala hingga berakhir di garis finis.


“Janganlah kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rom 12:11)


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA TUHAN

 Kotbah Minggu Setelah Natal MINGGU, 29 Desember 2024 Ev. 1 Timotius 1:12-17 MENGUCAP SYUKUS ATAS KASIH KARUNIA TUHAN Selamat Hari Minggu! M...