Sabtu, 24 Oktober 2020

YESUS AIR KEHIDUPAN

 Kotbah Minggu, XX Setelah Trinitatis, 

Minggu, 25 Oktober 2020

Nas : Yohanes 4:5-114


MAU MINUM TAK PUNYA TIMBA?

Memaknai Pesan Spiritual Percakapan Yesus dengan Perempuan Samaria


Selamat Hari Minggu! 

Sahabat yang baik hati, Firman Tuhan Minggu ini dari Yohanes 4:5-14 (sebaiknya dibaca dari ayat 1-42 dialog Yesus dengan perempuan Samaria yang mengubah kehidupannya. Perikop ini sangat kaya makna yang dapat kita pelajari dalam hidup ini. Satu hal penting dari itu adalah kita sama seperti Perempuan Samaria yang selalu haus dalam kehidupan ini mencari kepuasan diri akhirnya jatuh pada dosa, asusila, ketidak jujuran dan rumah tangga yang berantakan hingga terasing dari masyarakat. Perempuan Samaria adalah contoh kehidupan yang kehilangan kebahagiaan. Yesus datang dan berkenan memberikan air kehidupan yang memulihkan orientasi hidup kita kepada kebenaran.  Perempuan Samaria yang semula berpikir Yesus mau minum namum tidak punya timba, setelah berjumpa dengan Tuhan Yesus, Perempuan justru yang meminta air kehidupan kepada Tuhan Yesus. Perempuan Samaria gambaran kehidupan kita, seolah kita punya sumur, punya timba dan punya hak atas apa yang ada disekitar kita, namun itu semua tidak memberikan kebahagiaan dalam hidup kita. Kebahagiaan ada dan bersumber pada Tuhan Yesus. 


Dari dialog Yesus dengan perempuan Samaria, Yesus berkenan memberikan air kehidupan dengan kesediaan kita mengubah kehidupan kita. Kita menemukan berbagai pelajaran yang sangat berharga dalam kotbah minggu ini: dari etika, kepribadian hingga doktrin keagamaan.

Bagi saya ajakan yang sangat berharga dari kotbah ini, diantaranya:


1. Perubahan: mengubah persepsi yang dikungkung oleh perbedaan, permusuhan dan tembok-tembok pemisah bahkan kebencian kepada hidup rukun dan damai, rasa persaudaraan yang tinggi dan hidup saling memberi. Yesus berkenan datang, menyapa dan berkomunikasi dengan perempuan Samaria. Bagi seorang Yahudi ini adalah sesuatu yang tidak biasa. Yahudi sangat membenci Samaria. Kebencian ini merupakan akumulasi benturan sejarah dari perpecahan Israel menjadi dua kerajaan hingga hukum kawin campur (Band. Reformasi Esra dan Nehemia). Bagi Yahudi, Samaria telah hidup kawin campur ketika jatuh di tangan Assyur hingga terlibat berbagai perang. Setiap melihat orang Samaria, Yahudi selalu memalingkan muka, mungkin saja bagi Yahudi lebih baik terantuk kaki karena menutup muka ketika berjalan dari pada harus melihat seorang Samaria. Warisan permusuhan, kebencian dan berbagai tembok pemisah demikian diruntuhkan oleh Yesus dan membangun persekutuan dan persaudaraan yang rukun dan damai.


2. Bergegas membenahi diri yang ambisi dan haus akan kepuasan diri serta ketidak jujuran. Perempuan Samaria yang berpikir bagaimana Yesus minum air daei sumur yang begitu dalam tapi tak punya timba? Setelah mengenal Yesus, perempuan Samaria berubah menjadi orang yang membutuhkan air kehidupan dari Tuhan Yesus.  Persepsi Samaria ini harus kita tanggalkan.  Semula dia mempertahankan diri pemilik pewaris Sumur dan menutupi identitas diri siapa sebenarnya. Selama demikian hidup kita lebih parah dari perempuan Samaria sebelum bertobat. Selama hidup hanya mencari kepuasan diri, maka akan semakin jatuh dalam dosa yang semakin jahat, dan semakin kuat ambisi untuk memenuhi kepentingan diri akan semakin terasing dari sosial masyarakat, serta semakin kuat mengejar kepuasan diri semakin jauh dari kejujuran. Hidup hina dan terasing, menyiksa diri dan terus dalam kepura-puraan yang akhirnya kehilangan kebahagiaan. Yesus tahu dan mau memberikan kebahagiaan. Dialah air kehidupan bagi kita. Yesus menawarkan dirinya menjadi kebutuhan yang terpokok dalam hidup manusia. 


3. Yesus Air Kehidupan

Secara fisik, manusia terdiri dari 80% air dan tak seorangpun manusia bisa hidup tanpa air. Mari bergegas memberikan hidup ini berpaut kepada Yesus Kristus yang berkenan memberikan kebahagiaan. Semua kita menyadari hal ini bahwa air merupakan sumber kehidupan yang vital bagi kehidupan manusia. Di zaman modern sekarang pun, salah satu indikator negara maju dan makmur adalah tersedianya sarana air bersih bagi kebutuhan sehari-hari dan ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian dan kebutuhan lainnya. Vital dan urgensinya air dalam kehidupan manusia ini salah satu yang diangkat oleh Injil Yohanes bahwa Yesus adalah air kehidupan.

Pernyataan ini muncul ketika Yesus berdialog dengan perempuan Samaria. Kala itu Yesus berjalan jauh dengan murid-murid. Tiba waktunya siang dan mereka beristirahat di dekat sumur Yakub. Yesus menjumpai seorang perempuan Samaria yang sedang menimba air. Yesus meminta: “berilah aku minum!”. (Yoh 4:7). Percakapanpun menjadi panjang dan diskusi yang menarik membuat suatu pencerahan kepada perempuan Samaria tersebut. Membuat perempuan Samaria bertobat dan mengenal Yesus sumber air hidup. Pikiran mereka selama ini bahwa sumur Yakub milik leluhur menjadi sumber air yang memberikan kehidupan bagi mereka. Namun air hidup itu adalah Yesus Kristus. Semula Yesus meminta air pada perempuan Samaria, namun setelah mengenal Yesus justru perempuan Samaria itu yang memohon: Yohanes 4:15 (TB) Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”

Yesus adalah air hidup, merupakan kebenaran yang mutlak kita imani. Di dalam Yesus kita menemukan kebenaran dan kehidupan. Bukan air biasa sebagaimana kita butuhkan sehari-hari, ketika kita minum dan kita haus lagi. Yesus adalah air kehidupan yang kekal, dan yang menerima air hidup tidak akan haus lagi selama-lamanya. Inilah yang harus dipercayai di dalam Yesus Kristus. Orang yang percaya dan menerima air kehidupan, hidupnya akan diberkati menjadi sumber aliran-aliran air hidup bagi orang lain. Barang siapa yang percaya kepada Yesus akan mengalir aliran-aliran air hidup (Yohanes 7:38).


4. Pemahaman religius yang benar

Dalam dialog berikutnya, Yesus telah mengubah pemahaman religius perempuan Samaria. Konsepsi lamanya Allah dibatasi pada ruang dan waktu, pengkultusan tempat dan seolah hanya ditempat yang diwariskan itu Tuhan dapat disembah. Yesus menjelaskan bahwa Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu bahkan dengan hukum dan perayaratan-persyaratan agama. Allah itu adalah Roh dan kebenaran. Kita beribadah bukan dibatasi ruang dan waktu. Dimana ada kebenaran di situ Allah hadir. Kehidupan religius yang benar bukan karena mengikuti persyaratan formal keagamaan. Tetapi ketika manusia mau menerima kebenaran. Maka yang dibutuhkan adalah bukan dengan membenarkan diri dan melegitimasi kebenaran diri dengan doktrin-doktrin yang membatasi Tuhan. Sekali lagi penyembahan dan ibadah yang benar bukanlah oleh persyaratan agama formal, akan tetapi kesediaan manusia yang berkenan hidup di dalam kebenaran. Gereja juga harus berubah agar tidak ada lagi yang mengklaim gereja satu-satunya yang benar dan   di gereja lain tidak ada Roh Kudus, di gereja anu tidak bertumbuh iman, dll. Pertumbuhan iman ketika gereja dapat membantu jemaat menyadari keberadaan dirinya dihadapan Tuhan. Kesadaran seperti itu akan membantu manusia menjadi penganut agama yang benar. 


Sahabat yang baik hati, Kita bersyukur atas kebaikan Tuhan Yesus yang hadir dan menawarkan kepada kita Air Kehidupan secara gratis. Siapa yang mengikut panggilan tersebut dijadikan-Nya menjadi sumber mata air bagi orang lain. Yesus berkata: “Barang siapa yang percaya kepada-Ku: dari dalam hatinya akan mengalir 

aliran-aliran air hidup.” (Yoh 7:38)


Tuhan memberkati!


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...