FIRMAN TUHAN SUMBER HIDUP
Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi
Jumat, 30 Oktober 2020
“MENGASIHI KARENA ALLAH TERLEBIH DAHULU MENGASIHI KITA”
Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan:
1 Tesalonika 4:9 (TB) Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.
1 Thessalonians 4:9 (KJV) But as touching brotherly love ye need not that I write unto you: for ye yourselves are taught of God to love one another.
Berbicara tentang kasih dan mengasihi bukanlah hal yang baru dan asing bagi orang Kristen, karena kasih merupakan hukum yang utama dan terutama yang telah lama diwariskan dalam iman Kristen. Orang Kristen terpanggil dan memiliki tanggungjawab untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:37-39) sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Yesus. Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya (1 Yoh.4:20). Jadi, dengan kata lain, kasih bukanlah sebatas ucapan atau kata-kata, tetapi haruslah dibuktikan dengan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah Rasul Paulus telah terlebih dahulu menasihati Jemaat Tesalonika agar mereka senantiasa hidup kudus dan berkenan di hadapan Allah serta hidup dalam kasih yang telah diajarkan kepada mereka. Nasihat kepada jemaat Tesalonika ini juga merupakan nasihat bagi kita orang Kristen zaman sekarang. Kita juga terpanggil untuk melakukan kasih dalam kehidupan kita sehari-hari.
Secara umum, ada empat jenis kasih yang diwariskan dalam iman Kristen, yaitu:
-Kasih Storge: kasih karena ikatan darah, misalnya antara orangtua dan anak dan sebaliknya anak terhadap orangtuanya atau ikatan darah lainnya.
-Kasih Philia: kasih karena ikatan persaudaraan yang di dalamnya ada emosi dan kesetiakawanan. Kasih yang mendasari hubungan teman ini juga sifatnya tidak stabil, buktinya dapat terjadi permusuhan antar teman dekat sekalipun.
-Kasih Eros: kasih yang didasari oleh perasaan, emosi dan kehangatan di antara lawan jenis.
-Kasih Agape: kasih yang tertinggi, karena di dalamnya ada kasih ilahi. Kasih ini hanya dimiliki oleh orang yang sudah menerima kasih sejati yang ada dalam Kristus Yesus.
Dalam nas ini, kata kasih yang digunakan adalah Philadelphia yaitu kasih persaudaraan, yang dapat diartikan kasih terhadap teman, sahabat, relasi yang telah dianggap sebagai saudara sendiri. Memang hukum kasih yang kedua adalah mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Jadi, jemaat mula-mula di Tesalonika terpanggil untuk mengasihi oranglain sebagai saudara mereka sendiri. Paulus sendiri dengan tegas mengatakan bahwa tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepada mereka lagi karena mereka sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah (ay.9). Mengapa Paulus mengatakan bahwa dirinya tidak perlu mengingatkan jemaat Tesalonika tentang kasih dan mengasihi? Ya, karena jemaat Tesalonika telah terlebih dahulu membuktikan kasih mereka terhadap saudara-saudara mereka yang berada di Makedonia yang memerlukan bantuan (ay.10). Tetapi, meskipun demikian Paulus tak henti-hentinya memotifasi jemaat Tesalonika untuk terus menerus tetap berbuat kasih, bahkan semakin meningkatkan kualitas kasih mereka terhadap saudara-saudaranya dan orang lain. Ungkapan Paulus dalam teks 1 Tesalonika 4:9 ini bukan semata-mata pujian belaka atau hanya mengangkat derajat jemaat Tesalonika, tetapi Paulus ingin meningkatkan semangat jemaat dalam berbuat kasih.
Mengapa mereka dan kita orang Kristen harus senantiasa berbuat kasih?
a. Kasih tidak cukup dituliskan dan dikatakan, tetapi harus dibuktikan melalui perbuatan.
Paulus sangat menghargai dan memuji perbuatan kasih yang dilakukan oleh jemaat Tesalonika. Itu ia lakukan bukan semata-mata karena kebaikan mereka, tetapi lebih ingin menonjolkan kasih karunia Allah. Dimana dengan kasih karuniaNya, Allah sendiri telah mengajari orang percaya untuk berbuat kasih: kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah (ay. 9). Jadi, siapapun yang telah melakukan perbuatan baik, itu bukan karena kebaikan dirinya sendiri, namun ia telah terlebih dahulu menerima pembelajaran dari Allah yang mengajarinya untuk berbuat kebaikan, terutama kasih dan mengasihi. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih (1 Yoh.4:8). Jadi hanya orang yang mengenal kasih Allah yang mampu mengasihi sesamanya sebagai seorang saudara.
b. Terpanggil untuk mengasihi karena Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita.
Jemaat Tesalonika telah membuktikan perbuatan kasih mereka kepada saudara-saudara mereka yang berada di Makedonia, di luar Tesalonika. Mereka tidak hanya mengasihi saudara-saudara yang sewilayah, seregional, atau sedaerah dengan mereka. Tetapi kasih itu tidak terbatas ruang dan waktu, tetapi kasih melampau ruang dan waktu. Sehingga mereka mampu mengasihi orang yang jauh dari mereka. Jika mereka telah mampu mengasihi orang yang jauh, tentu mereka telah terlebih dahulu mengasihi orang-orang terdekat mereka. Jadi, kasih itu luas, tidak sempit. Jadi, jangan pernah membatasi kasih Allah dan kasihmu kepada orang lain, jika kita dapat melakukannya. Kasih tidak dibatasi oleh suku, ras, agama, regional dan sebagainya. Inilah yang telah dibuktikan oleh jemaat Tesalonika yang harus kita teladani dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, Allah telah memanggil kita umatNya untuk hidup dalam kasih yang sesungguhnya yaitu kasih Allah. Kasih tidak egois, inilah yang harus kita tanamkan dalam diri kita masing-masing, karena Yesus sendiri telah membuktikan ketidakegoisanNya dengan rela mati di kayu salib untuk menebus semua orang berdosa (Yoh.3:16). Kasih Kristus inilah yang harus kita teladani dalam kehidupan kita. Rasul Paulus juga mengatakan bahwa Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain…(1 Kor.13:4 dst).
c. Teladanilah apa yang baik, jangan pernah berhenti melakukan kasih!
Pengalaman jemaat Tesalonika menjadi teladan bagi kita orang Kristen zaman sekarang. Rasul Paulus sendiri tidak lama berada di Tesalonika, hanya tiga kali hari Sabat (Kis.17:2), kira-kira tiga minggu lamanya. Meskipun waktu Paulus sangat singkat, ia menggunakan waktunya dengan baik untuk menanamkan iman Kristen terutama kasih pada jemaat Tesalonika. Jadi, jemaat Tesalonika ini dapat menjadi model gereja yang bertumbung dan berkembang dalam kasih Kristus. Gereja yang hidup dan bertumbuh harus dapat menjadi berkat bagi dunia, bukan hanya memikirkan dirinya sendiri.
Sahabat yang baik hati! Jadi, marilah kita mengasihi, karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh.4:19). Pendapat Paulus dalam teks ini sangatlah benar, bahwa orang Kristen sebebnarnya tidak perlu lagi diajari tentang kasih, karena sudah terlebih dahulu menerima kasih terbaik dari Allah dalam diri Yesus Kristus. Kiranya kita senantiasa memohon kekuatan dari Allah untuk melakukan kasih terbaik dalam hidup kita. Selamat mengasihi!
Sahabatku, Tuhan memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Salam
Salam: Tim Page Pdt Nekson M Simanjuntak - RN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar