Sabtu, 03 Oktober 2020

SETARA DI HADAPAN TUHAN

 FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi


Khotbah Minggu XVII Setelah Trinitatis, 04 Oktober 2020 

Ev. : Kejadian 2:18-25 ; Ep. : 1 Korintus 11: 8-12


SETARA DI HADAPAN TUHAN


Selamat Hari Minggu bagi kita semuanya!

Sahabat yang baik hati, berbicara tentang kesetaraan adalah hal yang sudah sangat lama didiskusikan dan sebagian ada yang beranggapan bahwa antara laki-laki dan perempuan memang setara adanya di hadapan Tuhan. Namun, kita tidak dapat juga menutupi beberapa pandangan yang mengatakan bahwa laki-laki kedudukannya (posisi/peran) lebih tinggi dari perempuan atau sebaliknya memandang perempuan itu lebih penting kedudukan/posisi/perannya dari laki-laki. Bahkan perdebatan di Perjanjian Baru antara Yahudi dan non Yahudi sangatlah jelas diperdebatkan, bagaimana keberadaan mereka yang sebenarnya kita manusialah yang membuat perbedaan-perbedaan itu semua. Setara bukan berarti sama persis, justru dalam keberbedaan itulah kita saling melengkapi, sebagaimana kelima jari kita dalam satu tangan yang memiliki panjang yang berbeda-beda namun saling melengkapi sebagai anggota tubuh. Sebab Allah menciptakan kita masing-masing berbeda namun semua kita setara di hadapan Tuhan.  


Maka untuk itulah kita akan ditolong dan dituntun oleh Firman Tuhan hari ini bagaimana kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di hadapan Allah. Firman Tuhan mengatakan:


1. Allah tidak menghendaki manusia “seorang diri” saja (18)

Sejak penciptaan, telah dinyatakan kepada kita bahwa kehendak Allah adalah bagaimana kita hidup tidak seorang diri saja. Dengan pengantar “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja” ketidakbaikan dalam Kejadian pasal 2 ini diawali adalah bukan karena melakukan kejahatan seperti mencuri, membunuh atau yang lainnya. Ketidakbaikan itu diawali jika manusia itu seorang diri saja, hidup untuk dirinya sendiri saja, artinya Allah menghendaki manusia memiliki sesama dalam mengelola ciptaan Tuhan. Allah mengadakan manusia itu menjadi makhluk sosial yang hanya dapat menjalani seluruh tanggung jawabnya melalui keberadaan sesamanya di sekitarnya. Sebab pada dasarnya kita menyadari makna diri kita dan juga dapat menjadi diri kita sekarang adalah karena pertolongan Allah melalui orang di sekitar kita, tidak ada kita yang begitu lahir dapat melakukan segala sesuatu dengan sendiri. Sejak penciptaan kita dirancang Allah sebagai makhluk yang harus memiliki sesama, yang tidak dapat hidup sendiri. Lihatlah yang dikatakan Allah, tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, kita tidak dapat memaknai kehidupan kita jika kita hidup hanya untuk diri kita sendiri dan merasa sanggup hanya dengan diri sendiri saja. Sejak penciptaan Allah menolak karakter egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Sebab dengan keberadaan sesama kita dan keberadaan kita terhadap sesama kitalah, maka kita dapat merasakan dan memaknai perjalanan kehidupan ini. Secara umum kepada kita hendak dikatakan tentang kehidupan sebagai makhluk sosial, kebersamaan dengan sesama kita dalam memaknai dan merayakan serta melakukan tugas tanggungjawab yang diberikan oleh Allah kepada kita, hidup yang bergaul dengan sesama (ngolu na marsaor) dikehendaki Allah bagi kita. 


2. Penolong Yang Sepadan Sebagai Rancangan Allah(19-23)

Rancangan Allah yang mengatakan ketidakbaikan jika seorang diri dari manusia itu maka Allah membawa segala ciptaan kehadapan manusia itu, namun manusia tidak menemukan yang menjadi penolong yang sepadan bagi dia. Artinya kepada manusia itu yang pertama dibawa adalah segala ciptaan Tuhan yang diberi hak kepada manusia untuk diberi nama, yang menjadi dibawah kekuasaan dari manusia itu sendiri, namun dari semua yang disediakan Allah itu tidak ada yang dapat menjadi penolong yang sepadan bagi manusia itu. Penolong yang sepadan artinya adalah yang menjadi mitra, teman sekerja dari manusia itu untuk mengelola dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada manusia. Penolong bukan dalam artian sebagai pembantu atau menganggap diri sebagai yang lebih kuat dari yang ditolong, tetapi penolong yang sepadan adalah mitra kerja, teman sekerja yang pas dan cocok sebagai pasangan yang saling melengkapi, saling mengerti dan saling memahami. Penolong yang sepadan ini menolong pasangannya untuk dapat melakukan peran serta tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya. Misalnya seorang suami adalah imam di tengah keluarga maka perempuan/ibu menjadi penolong yang sepadan untuk menolong suami melakukan tugas atau perannya sebagai imam. Istilah penolong yang sepadan tidak sedikitpun mengandung istilah merendahkan atau meninggikan peran atau posisi dari perempuan itu. Tetapi hendak menyatakan kesetaraan antara manusia laki-laki dan perempuan sebagai mitra kerja Allah untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah. Maka Allah, menciptakan perempuan itu dari tulang rusuk manusia itu, setelah diciptakan, maka Allah membawa perempuan itu kepada manusia itu. Allah akan menyediakan penolong yang sepadan bagi kita, tentunya bagi kita yang sudah berumah tangga kita telah menerimanya dari Tuhan, namun bagi saudara/saudari yang belum berumah tangga tetap dapat menjadi penolong bagi sesama sebagaimana Allah menghendaki kita dapat hidup bersama dengan sesama kita, sebab tidak baik kalau kita hidup seorang diri saja, jadilah penolong bagi sesama kita. terlebih dalam keadaan pandemi sekarang ini, kita dapat menolong sesama kita dengan apa yang ada pada kita sebagai wujud kepedulian kita kepada sesama kita, sebagai makhluk sosial.  


3. Dasar Kehidupan Rumah Tangga

Allah menciptakan perempuan itu dan membawanya kepada manusia itu, dan disebutkan “sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” inilah menjadi dasar kehidupan rumah tangga. Allah yang menciptakan (mengadakan), Allah yang membawa (mempertemukan), dan Allah yang mempersatukan (membentuk rumah tangga). Benar manusia itu sebagai makhluk sosial yang tidak hidup hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk semakin memaknai kehidupan bersama tersebut maka Allah mewujudkannya dan menetapkannya dalam kehidupan rumah tangga. Dan kesetaraan itu akan lebih kita maknai di dalam kehidupan rumah tangga. Sebab di sana sering terjadi pendiskriminasian antara perempuan dan laki-laki. Dalam kehidupan berumah tangga itu juga dikatakan “mereka keduanya telanjang……..tetapi mereka tidak merasa malu”, mari kita lihat dari kata keduanya artinya manusia dan perempuan itu sama dan saling terbuka satu sama lain, tidak ada yang ditutupi satu sama lain. Kesetaraan itu juga akan kelihatan dari keterbukaan sesama pasangan, jangan yang satu memaksa yang lainnya untuk jujur tetapi dia tidak mau jujur dan terbuka terhadap pasangannya. Kalimat tersebut juga mengatakan jika kita berjalan dan melakukan semua seturut dan didalam kehendak Tuhan maka tidak akan membuat kita jatuh ke dalam dosa yang mengakibatkan kita malu. Sebab itu orang yang hendak berumah tangga sejatinya memaknai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di hadapan Allah, itulah salah satu janji yang diucapkan ketika menerima berkat pernikahan, “hormatilah mereka sebagaimana pewaris kehidupan yang kekal”. Kita semua baik perempuan maupun laki-laki adalah sama-sama pewaris kehidupan yang kekal yang disediakan Allah bagi kita. Mari ubah cara pandang kita terhadap sesama kita, bahwa kita semua sama di hadapan Allah dan kita adalah sama-sama pewaris kehidupan yang kekal.  

Sahabat yang baik hati, hiduplah sebagai makhluk sosial, jauhkan egoisme dari kehidupan kita. Tuhan akan menuntun orang yang menjadi penolong yang sepadan bagi kita, menjadi mitra kerja kita dalam melaksanakan dan merayakan kehidupan yang Tuhan anugerahkan bagi kita. Maknailah kehidupan yang setara itu di dalam kehidupan keluarga yang Tuhan sediakan bagi kita semua, sebab semua kita hidup di dalam keluarga. Dan mari pandang sesama kita sebagai pewaris kehidupan yang kekal. Amin


Tuhan memberkati kita. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...