Sabtu, 11 Juli 2020

BELAJAR MEMPERBAHARUI DIRI

Kotbah Minggu V Stlh Trinitatis 12 Juli 2020
Lukas 6:39-42  Ep, Poda 4:1-9

*BELAJAR MEMPERBAHARUI DIRI*

Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita rasakan dapat menjadi pelajaran berharga untuk pengembangan diri. Benar peribahasa yang mengatakan: "pengalaman adalah guru yang berharga". Sungguh alangkah bodohnya jika pengalaman tak dipergunakan sebagai bahan evaluasi diri sehingga kesalahan yang sama terulang kembali. Mungkin agak terlalu kasar ungkapan ini: "hanya keledai yang jatuh di lobang ya g sama." suatu cmbuk bagi yang tak belajar dari pengalaman.

Hidup ini terus berjalan, hari demi hari harus dijalani dengan tantangan yang berbeda. Maka dalam menjalaninya butuh hikmat dan nasihat. Dalam Epistel minggu ini tertulis dlm Amsal 4:1-9, berisi bahwa hikmat itu ada dalam tiga dimensi pada diri manusia sekaligus yakni a) pengetahuan (kepintaran, parbinotoan), b) hati yang paham menimbang (pangantusion/hapantason) dan c) spiritualitas (iman, haporseaon) yakni takut akan Tuhan.  Ketiganya ini harus seimbang, kalau tidak seimbang bisa timpang.

Coba perhatikan premis berikut:
Seseorang pintar namun minus hikmat akan SOMBONG, Seseorang yang pintar minus spiritualitas akan jatuh pada ATHEIS
Seorang yang mengaku takut akan Tuhan namun minus pengetahuan bisa menjadi RADIKAL. Seorang yang takut akan Tuhan namun minus hati yang menimbang bisa MUNAFIK. Namun orang yang memiliki hikmat didalamnya sudah ada hati yang mengerti l, paham menimbang (hapantason)  dan takut akan Tuhan. Rumusan Amsal inilah yang hendak dimiliki oleh anak-anak Tuhan.

Yesus menasihati murid-muridNya menghadapi kemunafikan Farisi dan ahli Taurat. Mereka merasa lebih benar, lebih kudus dan sering jatuh untuk.menghakimi sesamanya. Yesus sangat membenci orang munafik dn sikap yang menghakimi.

Dalam kotbah ini, Yesus memberikan pengajaran yang keras terhadp Farisi dan cambuk yang keras bagi murid-muridNya agar tidak saling menghakimi. Semua orang harus mengoreksi diri dan mau belajar memperbaharui agar lebih berkenan dihadapan Allah.

*1. Bagaimana orang buta menuntun orang buta?*
Satu tegoran yang keras dari Tuhan Yesus: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?" 

Salah satu sikaf Farisi adalah menggurui,  seolah mereka lebih bijak sementara orang lain buta dan bodoh. Mereka lebih kudus dan berkenan bagi Allah semntara yang lain orang berdosa. Padahal mereka sendiri membutuhkan tuntunan.

Lihat doa orang Farisi yang mengangkat tangannya bersyukur karena dia diciotakan tidak sama dengan pemungut cukai. Suatu sikap sombong dan merasa lebih baik. Mereka telah menempatkan diri menjadi patron bagi orang lain padahal mereka sendiri harus lebih banyak lagi belajar. Lukas 18:11 (TB)  Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;

Sikap yang "sok" atau merasa lebih ini inilah yang diperingatkan oleh Tuhan Yesus dengan perumpamaan, bagaimana ornag buta menuntun temannya yang buta? Pasti mereka akan jatuh bersama.
Seorang penuntun tentu harus tahu jalan agar bisa melewati jalan yang mereka lalui. Yesuslah jalan kebenaran dan hidup, Dia datang mangajak kita untuk dituntun kepada kehidupan yang kekal di rumah Bapa di sorga.

*2. Tetaplah menjadi seorang murid.*
Semua guru pasti senang muridnya pintar dan melebihi gurunya. Namun jika murid lebih merasa pintar dari gurunya itu sudah lain ceritanya.

Lukas 6:40 (TB)  Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya,
Disini Yesus mau mengingatkan, agar murid-muridNya jangan pernah merasa sudah cukup berpengatahuan. Tetapi tetaplah menjadi seorang murid yang mau belajar dan belajar.

Setuap rabi Yahudi harus diakui memiliki pengetahuan yang luas. Mereka ahli dalam hukum Taurat dan kitab suci. Disini Yesus mau mengingatkn murid-muridnya agar tetap menjadi seorang murid yang terus belajar.
Belajar dalam bidang akademik harus lulus dan memiliki kompetensi dalam bidang keilmuan namun belajar memahami kehidupan ini tidak ada tamatnya karena itu harus terus belajar.

Tetep menjadi seorang murid disuarakan oleh Yesaya : Yesaya 50:4 (TB)  Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.

Disini kita tidak menerima lidah seorang guru yang  fasih mengajar atau lidah yang lihai untuk mempesona setiap orang dengan mengolah kata-kata. Dengan kotbah minggu ini Yesus menghendaki muridnya-muridnya tetap belajar.

*3. Bercermin - lebih baik menghabiskan energi menghasilkan kebaikan daripada menghabiskan waktu untuk membicarakan kesalahan orang lain.*

Saya kutang tahu pakah "ngerumpi" adalah ciri masyarakat Indonesia. Dalam mengerumpi biasanya bukan membahas bagaimana menjadi manusia yang lebih produktif menghasilkan kebaikan, tetapi mengerumpi condong "mengatai" pekerjaan orang lain terlebih mengupas-ngupas berbagai kesalahan orang lain. Ngrumpi ini bukan hanya dikalangan kaum ibu-ibu tetapi juga digandrungi oleh kaum bapak-bapak. Enak mungkin bagi sebahahmgian orang mengupas keburukan dan kesalahan orang lain apalagi dengan media sosial sekarang ini. Semakin viral semakin baim. Namun mengapa kita menghabiskan waktu untuk membahas kekurangan orang lain, apakah tidak bisa lebih, mempegunakan waktu mengoreksi diri,  memergunakan energy yang ada untuk hal yang lebih produktif.  Inilah pesan Yesus yang berharga dari nas ini:

Lukas 6:41 (TB)  Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?

Dengan nasihat ini, Yesus menghendaki murid-muridnya menjadi manusia yang korektif, mau memperbaiki diri sendiri, tidak munafik dan orang yang produktif menghasilkan kebaikan. Jangan habiskan waltu untuk mencari dan menganalisa kekurangan dan keburukan orang lain. Yesus memanggil kita menjadi murid untuk meghasilkan berbuah. Yohanes 15:16 (TB)  Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.

Sahabat yang baik hati! Kotbah minggu ini mengajak kita untuk menjadi manusia yang mau belajar memperbaharui diri. Dari epistel kita diajak untuk memiliki hikmat:  mengejar ilmu pengajaran, hati yang paham.menimbang dan takut akan Tuhan.

Mari jauhkanlah sifat yang menggurui, munafik dan mencari-cari kesahan orang lain. Tetapi mari pergunakan waktu dan energy untuk menghasilkan kebaikan.

Tuhan memberkati!
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...