Jumat, 10 April 2020

IA MENEMPATKAN AKU DALAM GELAP

IA MENEMPATKAN AKU DALAM GELAP

Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan sebagai sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita semua. Sabtu, 11/04/2020

Ratapan 3:6 (TB)  Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati.

Lamentations 3:6 (RWV)  He hath set me in dark places, as they that are dead of old.

Baru-baru ini ada viral video singkat katanya di Spanyol orang berkumpul berdoa dengan cara tersungkur sampai ke tanah dan menangis memohon pengasihan agar Tuhan meluputkan dari pandemik covid-19. Video lain ada di satu jalan orang-orang keluar rumah dan mereka berdoa di depan rumah masing-masing dengan bersujud. Tentu masih banyak lagi kisah-kisah haru yang disebarkan lewat video, gambar dan berita bahwa situasi ini benar-benar umat manusia di seluruh dunia berkabung dan meratap atas pandemik Corona. Semua kita meratap atas situasi ini, apalagi ada diantara yang meninggal adalah anggota keluarga dan orang dekat dengan kita.

Gambaran itu membuat saya merenung jauh di masa penderitaan Yehuda baru-baru terbuang ke Babilonia. Mereka meratap dan terpukul berat atas jatuhnya Yerusalem di tangan Babel. Peristiwa itu terjadi pada tahun 685 SM dan pemerintah Babelonia mengangkut penduduknya menjadi rodi di Babel. Mereka meratap atas kesedihan yang menimpa mereka.

Selain meratap karena rasa sakit dan sengsara yang mereka rasakan ; lebih lagi mereka meratapi kota Yerusalem. Yerusalem hanya tinggal kenangan, lenyap ditelan kuasa asing. Padahal mereka yakini bahwa Yerusalem adalah kota Kudus, kita Daud dan Kota Allah.  Jatuhnya Yerusalem bukan hanya kehancuran politik semata tetapi juga dari segi spiritual karena Bait Allah Yerusalem yang diagungkan sebagai tempat  Tuhan Allah Israel berdiam, dirubuhkan hingga rata dengan tanah dan tak satupun batu bertindih. Kota Yerusalem pun menjadi puing, korban perang, sunyi dan senyap tak ada kehidupan di lorong-lorong dan di jalan. Kota yang megah dan kebanggaan sirnah sudah menjadi puing-puing. Pukulan ini sangat berat bahkan terberat dalam sejarah kehidupan Israel sebagai umat Allah.

Ratapan terhadap Yerusalem dibukukan dalam Buku ratapan. Termasuk mazmur-mazmur yang menangisi Yerusalem. Dalam BE 143 juga ada lagu yang diterjemahakan berbunyi:

Jerusalem, Jerusalem, na timbul nahinan. Na dipatimbo Debata, Ho ro di langitan. Nuaeng marserak pangisim, huhut magargar ho. Jerusalem, Jerusalem, hutatangisi ho.

Kitab Ratapan ada merupakan buah ungkapan hati yang luluh yang digubah sedemikian rupa meratapi Yerusalem yang telah hancur menjadi puing. Ratapan ini nyanyian keluh dan di dalamnya ada pengharapan.

Dalam renungan ini seolah mereka telah dihantarkan ke lembah kekelaman atau pintu dunia orang mati. Seolah tiada lagi cerita kehidupan, cerita mereka bukan lagi cerita kehidupan, pengalaman dan harapan, tetapi dengan wajah murung dan kalimat yang tersusun adalah suatu pertanyaan kapan kami mati?

Itulah kondisi mereka yang terpukul dalam meratapi Yerusalem dan keadaan dalam pembuangan. Banyak dari mereka yang diangkut ke pembuangan putus asa dan tidak peduli lagi dengan apa iman dan pengharapan. Tetapi syukurlah diantara orang yang terbuang itu masih ada kisah-kisah yang menumbuhkan semangat. Dalam penderitaan yang amat dalam, Tuhan bekerja. Ada kisah Daniel dkk, ada kisah Ester yang meyakinkan raja Ahasweros untuk membatalkan "genosida" (pembunuhan massal satu suku bangsa) atas suku Yahudi di seluruh Kerajaan Persia. Itu semua membuktikan sekalipun kematian sudah diwartakan dan tinggal menunggu lonceng kematian. Ingatlah kematian itu adalah otoritas dan kuasa Tuhan.

Sahabat yang baik hati! Bisa saja kita meratap, namun tak boleh berputus asa. Bisa saja kita menangis namun percayalah Tuhan dapat mengubah air mata menjadi mata air. Bisa saja kita kehilangan orang dan semua orang meninggalkan kita tapi ingatlah Yesus senang hati dan bersedia menjadi sahabat yang abadi. Bukan hanya menyertai kita dalam hidup ini, tetapi menyertai kita sampai akhir jaman dan  menyeberangkan kematian kepada kehidupan yang kekal.

Sahabatku, Tuhan memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin

Salam: Pdt. Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...