Senin, 04 November 2019

PERGI DENGAN TANGAN PENUH, PULANG DENGAN TANGAN KOSONG

PERGI DENGAN TANGAN PENUH, PULANG DENGAN TANGAN KOSONG Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan sebagai sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita. Selasa, 22/10/2019 Rut 1:21 (TB) Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." Ruth 1:21 (RWV) I went out full, and the LORD hath brought me home again empty: why then call ye me Naomi, seeing the LORD hath testified against me, and the Almighty hath afflicted me? Judul diatas merupakan kisah pahit yang dialami oleh Naomi. Suaminya bernama Elimelek dan punya dua anak Mahlon dan Kilyon dan menantu Orpa dan Rut. Mereka meninggalkan kampung halamannya Bethlehem Yehuda karena musim kering dan kelaparan mengaduh nasib dengan merantau ke tanah Moab. Sungguh tak pernah terpikirkan, seperti ungkapan orang Batak, "hurippu parhunihan hape pargadongan, hurippu parsaulian hape hamagoan". Jika diartikan seseorang yang berharap mengadu nasib lebih baik tetapi justru kemalangan yang menimpa. Itu terjadi pada hidup Naomi. Elimelek meninggal, tak lama kemudian Mahlon dan Kliyon juga meninggal. Naomi jatuh miskin dan tak memiliki apa-apa. Sungguh pahit rasanya, maka Naomi sebagai orang tua mengijinkan kedua mantunya pergi dan membebaskan mereka. Dia sadar tak ada lagi yang diharaokan dari dirinya, dengan membebaskan kedua mantunya dapat menatap masa depan mereka. Singkat cerita Orpa meninnggalkan Naomi, namun Rut berbeda. Dia berkomitmen untuk merawat dan mendampingi Naomi. Komitmennya yang teguh kepada Naomi dituliskan dalam Rut 1:16-17 (TB) Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!" Ruth mantu yang baik, justru dia memilih mengabdi dan menyertai mertuanya kemanapun pergi, status keimanannya dan juga kebangsaannya. Rut menempatkan dia menjadi bahagian dari yang tidak terpisahkan dari Naomi. Atas ketulusan dan komitmen yang kuat itu, Naomi membawa Rut pulang ke kampung halaman di Bethlehem. Sebagian masih mengenal Naomi dan sebahagian menyapa namanya: Naomi kah itu? Pulang kampung tentu tak sedap bagi perantau, apalagi karena harus dipaksa keadaan. Namun tak ada pilihan lain, sekalipun harus berat harus diterima. Atas pengalaman pahit ini, Naomi merenungkan secara mendalam akan hidupnya. Naomi dalam bahasa Ibrani berarti: "menyenangkan". Atas perenungan Naomi, sungguh tak cocok nama itu baginya karena hidupnya sangat pahit dan penuh penderitaan. Atas hal inilah Naomi berkata: Rut 1:20-21 (TB) Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." Jangan sebut aku Naomi (menyenangkan) tapi panggillah aku Mata ("Pahit" band Kel. 15:23). Hal itu wajar dikeluhkan Naomi, karena kenyataan yang dialamiNya. Sekalipun demikian, dalam keadaan pahit ada orang yang baik hati yang menyertai dia yakni Rut. Pahit yang dialami Naoilmi, tapi Tuhan memberikan Rut mantu yang baik hati. Kisah selanjutnya Rut menjadi isteri Boas, cucunya bernama Usai ayah Daud yang menjadi raja Israel. Sahabat yang baik hati! Perjalanan hidup sesungguhnya di tangan Tuhan, kenyataan apapun yang kita alami, jalani di dalam Tuhan. Tuhan sendiri yang mengubah pahit menjadi manis, kesusahan menjadi kesenangan. Sekalipun kita harus menjalani kepahitan dan air mata. Jika penderitaan menekan, bukan hanya tangan dan pundi yang kosong, hidup ini juga serasa hampa dan kosong, jangan tinggalkan Tuhan. Tetaplah menjalaninya dengan setia, Tuhan yang maha baik mengubahnya menjadi baik seturut dengan kehendak Allah. Sahabatku, TUHAN memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...