Kamis, 29 Maret 2018

PENGHARAPAN BARU PADA SALIB KRISTUS

PENGHARAPAN BARU PADA SALIB  KRISTUS
Refleksi Jumat Agung dari Yohanes 19:27-38


Selamat Merayakan Jumat Agung bagi kita semua! Sahabat yang baik hati, peristiwa salib adalah peristiwa puncak pengorbanan Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia. Allah di dalam diri Yesus Kristus menderita hingga mati di kayu untuk menggenapi janji keselamatan.

Berkaitan dengan makna salib ini ada hal menarik dari pandangan Jurgen Moltman dalam bukunya The Chrucified God (Allah yang Disalibkan) bahwa salib adalah tindakan solidaritas Allah kepada manusia.  Moltman mengemukakan:  Yesus Kristus yang menderita, mati, dan bangkit adalah wujud solidaritas Allah, atau keterlibatan hidup Allah dalam sejarah manusia yang mengalami penderitaan. Allah pun tersalib di dalam manusia yang menderita. Yesus menjadi realitas konkret solidaritas Allah atas dasar cinta kasih-Nya. Tindakan Allah melalui seluruh pribadi Yesus Kristus itu menjadi dasar bagi orang beriman untuk bertindak seperti Yesus Kristus, yakni melibatkan diri dalam penderitaan sesama.

Peristiwa salib adalah puncak dari solidaritas Allah pada peristiwa salib. Peristiwa salib dimana Allah sendiri adalah Allah  yang tidak dapat berpangku tangan atau tidak dapat menjadi apatis pada penderitaan manusia. Hal ini pulalah yang menjadi pathos bagi manusia mewujudkan solidaritas dan cinta kasih terhadap sesama.

Berkaitan dengan makna salib itu marilah kita lihat pelajaran berharga dari kotbah Jumat Agung ini dari Yohanes 19:28-37

1. AKU HAUS.
Yesus adalah air kehidupan namun Dia Haus? Ini suatu pertanyaan teologis yang mendalan apakah makna mendalam dibalik seruan Yesus yang mengatakan: Aku Haus?  Jika kita membuat suatu analisa atas petistiwa yang dialami oleh Yesus, benar benar Yesus haus sekali.  Coba anda bayangkan sejak Yesus ditangkap di Getsemane, disidang Mahkamah Agama, Pilatus, Herodes dan kembali ke Pilatus: setelah vonnis mati Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka. Yesus menerima siksaan, cambuk dengan cimeti dan dipukuli sebelum disalibkan. Dalam kondisi lunglai Yesus membawa salibnya sendiri selama perjalanan sengsara menuju Golgata jatuh tiga kali hingga tak sanggup lagi membawa salib yang kemudian dibantu Simon orang Zelot sampai disalibkan di Golgata. Ini semua merupakan suatu peristiwa yang benar-benar menghabiskan tenaga dan energy. Bukan hanya haus namun sungguh mengerikan.
Jadi Yesus benar-benar haus secara fisik. Jika dirunut waktu penangkapan malam hari sampai ke peristiwa penyaliban membutuhkan waktu sedikitnya 17 jam. Dapat anda bayangkan bagaimana menderitanya dan hausnya Yesus  ditambah menahan luka cambuk, memar dan segala sengsara yang dialaminya.

Siapa yang peduli akan seorang yang divonis mati untuk memberi seteguk air? Justru siapa saja yang melihatnya ingin meludahinya dan memukulnya karena kebencian yang membara dan berseru: salibkan dia, salibkan Dia! Yesus memang haus, namun dalam keadaan itulah kita menemukan gambaran realitas manusia berdosa yang tidak peduli.

Siapa yang peduli? Jika pun mereka ada yang memberi minum itu pun dilakukan bukan karena buah solidaritas dan kasih justru karena kebencian. Mereka memberi anggur asam dan itu pun dimainkan dengan resapan lumut. Mereka hanya berbelas kasihan agar Yesus tidak dapat merasakan sakit. Namun lihatlah Yesus tidak menerimanya. Yesus menyadari seluruh apa yang akan dijalaninya. Kalaupun Dia berseru sesungguhnya kehausan manusialah yang diserukanNya, mengundang kepedulian. Apakah jawaban kita?

Yesus yang disalibkan haus dan kehausan itu adalah menunjukkan ketidak pedulian manusia. Dimanakah mereka yang selama ini menikmati jamuan makan bersama Yesus, dimanakah mereka yang telah menikmati kesembuhan dari Yesus, dimanakah manusia yang selama ini haus akan korbah dan pengajaran Yesus.  AKU HAUS, seruan Yesus yang hendak memberikan kepuasan atas dahaga umat manusia dalam hidupnya.

Seruan Aku Haus hendaknya membuka mata dan menyadari kita untuk mau berkata cukup dalam hidup ini. Bukankah telah banyak manusia yang kehausan dalam segala hal memuaskan diri dengan segala tindakan yang mengorbankan orang lain? Salib mengubah pandangan kita. Jika salib adalah kematian bagi hukum Romawi. Maka dalam orang beriman salib adalah pertobatan mengubah mindset demi mencapai kepuasan diri mengorbankan orang lain saat Yesus beseru mari berkorban untuk kebaikan banyak orang.

2. SUDAH SELESAI
Kata ini singkat tapi maknanya sangat mendalam. Yesus telah menyelesaikan seluruh missiNya di dunia ini. Missi apakah yang diselesaikan?

a) Sejak manusia jatuh kedalam dosa manusia saling menyalahkan dan saling menjatuhkan. Kuasa dosa telah mengubah relasional manusia baik menjadi buruk bahkan saling memangsa dan mematikan serta saling meremukkan yang satu dengan lainnya. Bacalah Kejadian 3:15 (TB)  Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Yesus menyelesaikan perkara manusia yang jatuh di dalam dosa. Hidup di dalam saling membinaskaan yang satu dengan yang lain. Tuhan telah menebus kita kepada hidup baru untjk saling mengasihi dan memberikan kehidupan yang satu dengan yang lainnya.

b). Sejak manusia jatuh di dalam dosa, kita diperhamba dosa. Orang yang berdosa adalah hamba dosa. Manusia tidak dapat membebaskan diri dari kuasa dosa oleh kekuatan dirinya sendiri atau dengan perbuatan baiknya. Seperti seorang hamba, dia tetap terikat kepada tuannya. Jika dia ditebus tuan yang lain dia adalah hamba bagi tuan yang menebusnya. Manusia adalah hamba dosa, namun Yesus Kristus telah menyelesaikan hutang dosa kita dengan kematian Kristus di kayu salib. Hutang dosa kita telah dibanyar lunas.

Peristiwa salib menghantarkan kita pada situasi baru yaitu manusia merdèka di dalam diri Yesus Kristus. Karena kita telah merdeka dan ditebus dengan tebusan yang sangat mahal.
Galatia 5:1 (TB)  Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.

c. Tetelestai atau τετέλεσται: dapat juga kita pakai dari istilah ekenomi, seorang yang memiliki hutang dan tak sanggup membayar hutangnya. Namun diluar dugaan dan diluar perkiraan hutang kita dinyatakan: tetelestai atau sudah selesai. Inilah anugerah yang besar dari Allah di dalam Yesus Kristus. Hutang kita telah dibanyar lunas: hutang dosa, hutang pelanggaran atas perintah Allah, hutang nyawa dan kematian, semuanya telah ditebus agar kita sepenuhnya milik Allah. Allah tidak menghendaki kita mati tetapi memperoleh kehidupan yang kekal. Salib adalah anugerah Allah yang membanyar lunas hutang kita.

3. Yesus adalah Korban Penghapusan Dosa yang sempurna:
Bangsa Yahudi selalu mempersembahkan korban Anak Domba sebagai bentuk penyesalan atas dosa dan permohonan penghapusan dosa. Anak domba yang disembeli tidak boleh satupun tulang-tulangnya yang diremukkan atau dipatahkan. Bukan karena kebetulan Yesus telah mati sebelum diturunkan dari salib. Yahudi sangat menghargai Sabath karena itu tak pantas seorang yang dihukum mati memasuki Sabat. Ketika Yesus diperiksa sungguh-sungguh telah mati. Maka tak ada tulang-tulangnya yang dipatahkan atau harus dipaksa mati seperti penjahat yang disalibkan bersama Yesus. Ini suatu peristiwa yang membuktikan bahwa kematian Yesus adalah benar-benar korban penghapusan dosa sebagaimana dikemukakan dalam hukum imam tentang domba yang dikorbankan.
Keluaran 12:46 (TB)  Paskah itu harus dimakan dalam satu rumah juga; tidak boleh kaubawa sedikit pun dari daging itu keluar rumah; satu tulang pun tidak boleh kamu patahkan.

Sahabat yang baik hati! Jumat Agung adalah peristiwa berharga dalam hidup kita. Salib Kristus bukanlah akhir dan kematian yang harus membawa kita kepada duka yang terus menerus yang harus disesali. Tetapi telah membuka harapan baru. Salib Kristus adalah gerbang  pintu sorgawi, untuk pemulihan dan pembebasan umat manusia dari kuasa dosa kepada kebebasan dan kehidupan.


Peristiwa salib adalah bukti solidaritas Allah kepada manusia. Dalam semua penderitaan dan pergumulan sosial masyarat semuanya telah diselesaikan dalam salib Kristus. Mengenang Jumat Agung tentu mengingatkan kita akan tugas dan missi gereja menangung dan mengurangi beban umat manusia yang mengalami berbagai penderitaan. Penderitaan atas penindasan, diskriminasi, hegemonis kekuasaan serta berbagai praktek manipulasi yang menyengsarakan banyak orang harus dihentikan. Demikian dengan missi kemanusiaan kita, semakin banyak penderitaan umat manusia akan fenomena alam: banjir, longsor, gempa bumi, tirpedo, perubahan iklim dan penderitaan lainnya oleh alam. Salib membuka mata kita terhadap panggilan akan tugas umat manusia mengurangi penderitaan yang disebabkan oleh alam dengan hidup tang lebih ramah pada lingkungan.

Peristiwa Salib Kristus adalah pengharapan baru untuk kebaikan umat manusia. Kata "Aku Haus" dan "Sudah Selesai" dua kata kunci penting yang dapat kita refleksikan membuka harapan baru kehidupan umat manusia yang lebih manusiawi dan bermartabat.

Selamat merayakan Jumat Agung. Tuhan memberkati

Depok, 29 Maret 2018

Pdt Nekson M Simanjuntak, MTh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...