Jumat, 19 April 2019

MELIHAT YESUS YANG DISALIBKAN DAN PANGGILAN MEMPERBAHARUI DIRI

Refleksi  Jumat Agung, 19 April 2019
Nats : Markus 15:22-32

*MELIHAT YESUS YANG DISALIBKAN DAN PANGGILAN MEMPERBAHARUI DIRI*

Selamat beribadah di Jumat Agung! Sahabat yang baik hati, peristiwa Jumat Agung adalah peristiwa pengorbanan yang Agung dari Tuhan Yesus. Raja Kebenaran yang membebaskan manusia dari dosa, Dia rela menjalani penderitaan, menerima penghinaan hingga mati si kayu salib demi menyelamatkan manusia yang penuh dosa. Memperingati Jumat agung berarti kita diajak untuk memandang salib.

Verne H Fletcher seorang teolog menuliskan buku berjudul Lihatlah Sang Anak Manusia. Suatu undangan untuk menyelidiki jalan hidup yang ditempuh Yesus sebagai jalan baru untuk kehidupan manusia atau etika baru hidup manusia. Yesus berkorban untuk menyelamatkan manusia. Bagi V. Fletcher dengan melihat Yesus yang disalibkan manusia mengingat dosa dan hakekat jahat manusia telah disalibkan dengan kematian Yesus di kayu salib. Peristiwa salib menbawa suatu etika baru dengan meneladani Tuhan Yesus.

Sejajar dengan itu Kosuke Koyama teolog Asia mengatakan peristiwa salib dimana Yesus menerima penghinaan yang paling hina hingga mati di kayu agar manusia yang  hina dan penuh dosa diperbaharui di dalam diriNya. Kematian Yesus di kayu memperbaharui hidup manusia agar memiliki hidup yang mulia. Jadi salib Kristus adalah transformasi kehidupan manusia.

Memandang  Yesus yang disalibkan merupakan panggilan untuk memperbaharui diri melihat diri. Dari Kotbah Minggu ini dari Markus 15:22-32 ada beberapa hal penting yang kita perbaharui:

*01. Yesus dibawa ke Golgata, Tengkorak atau Kematian. (Ayat 22)*
Jika ada orang yang berbuat bagi anda, membantu anda, menolong anda serta memberikan pelayanan terbaik bagi anda apakah yang saudara perbuat? Pasti anda mengucapkan terima kasih, bahkan mungkin suatu kebanggan akan mengundangnya untuk suatu acara kehormatan. Namun lihatlah apa yang dialami oleh Yesus di Salib? Bukankah Dia sudah melayani orang banyak: menghibur dan menguatkan mereka dengan kotbah yang bernas. Mengajar mereka berbagai hal yang mencerahkan dan menyembuhkan berbagai penyakit yang mereka alami. Di mana Yesus berada orang banyak berduyun-duyun untuk mendengar pengajaranNya yang agung dan kebaikan hatiNya yang melayani. Tapi peristiwa salib mengingatkan kita bahwa  balas yang diberikan manusia bagi Yesus, bukan ucapan terima kasih atau diundang pada acara kehormatan tetapi mereka menyesah Dia dan menyalibkanNya. Sekalipun keputusan Pilatus berkata: aku tidak menemukan kesalahanNya. Namun semakin deras mereka  mengancam Pilatus dengan tuduhan politik tidak pro Kaisar. Maka Pilatus pun runtuh dan memberikan Yesus untuk disalibkan.

Renungan Jumat Agung ini menyerukan: Hai orang-orang yang di Golgatha, mengapa Engkau tidak membuka nuranimu? Bukankah selama ini telah menikmati cinta kasih Yesus. Tangannya yang memberkati dan menyembuhkanmu, engkau balas dengan membawa Yesus ke Golgota.

*02. Yesus pemberi anggur terbaik disuguhkan anggur asam bercampur mur (empedu) (Ayat 23)*
Yesus dikenal di kalangan banyak orang, Dia telah melakukan mujizat mengubah air menjadi anggur. Anggur buatan Yesus itu merupakan anggur terbaik yang pernah dicicipi oleh setiap orang yang menikmatinya di Kana (Baca Yoh 2:10). Tapi lihat pada peristiwa salib apa yang disuguhkan mere bagi Yesus ? Anggur asam bercampur mur yang terbuat dari rempah mungkin semacam campuran pemberi aroma agar dapat diminum dan berkaitan efek mabuk sehingga tak merasakan sakit. Matius 27:34 menyeburkan anggur asam brrcampur empedu. Empedu diambil dari hati dan sangat pahit. Inilah balasan yang diberimakan manusia yang telah menikmati jamuan anggur terbaik di Kana dan menjamu makan dari 5 roti dari dua ikan. Sungguh merupakan suatu kepedihan. Memandang Yesus yang disalibkan itu memandang perbuatan hina manusia yang tidak tahu mengucap syukur.

Yesus menolak anggur asam bercampur mur (empedu). Peristiwa salib ini semestinya kita tersyungkur atas segala perbuatan yang tak patut dari kita.

*03. Mengambil untung dari orang yang teraniaya dan tak berdaya (ayat 24)*
Yesus tidaklah orang kaya, Dia orang miskin anak tukang kayu, Dia hanya guru dan tak pernah mengambil upah dari setiap perbuatan baikNya kepada orang. Yesus melayani dengan tulus tanpa fulus. Uang pun tak pernah dipegangNya, seluruhnya perbendaharaan diserahkan pada Yudas Iskariot sang murid yang berhianat. Ketika di salibkan,  Yesus tidak ada milik yang dapat dibagi-bagikan, hanya hanya kain penutup tubuh namun yang paling mengerikan dalam keadaan teraniaya, disesah dan sengsara para prajurit mengambil kainnya dan mereka membuang undi untuk menjadi penentu pemilik dari kain satu-satunya milik Yesus. Mengambil untung dari milik orang yang teraniaya dan tak berdaya adalah hakekat dosa.

Kejadian tersebut mengingatkan kita bahwa begitu seringnya kehidupan manusia  seperti prajurit ini mengambil keuntungan dari orang-orang sudah tertindas dan tak berdaya. Salib hendak membawa kita atas perlakuan kita terhadap orang lain yang menindas, yang menyengsarakan dan yang mengambil keuntungan dari orang-orang yang tak berdaya. Bawalah perilaku demikian ke salib agar ikut disalibkan sehingga kita menerima hidup baru.

*04. Salib memperbaharui sikap menghujat, menghina dan membully orang lain.*
Jika kita baca ayat 29-30 ada beberapa unsur yang menghina, mengolokolok dan menghujat Tuhan Yesus. Pertama mereka adalah orang-orang yang lewat? Mereka hang lewat mungkin tidak ikut pada melihat via dolorosa, namun para pejalan yang lewat namun mereka sudah mendengar tentang Yesus Kristus. Mereka hanya memplintir kalimat yang tidak tahu maknanya. Mereka tahu mengutip ucapan Yesus namjn tak menghayati makna Firman yang disampaikan Yesus. Mereka tahu Yesus itu melakukan mujizat dari menyembuhkan penyakit, mengusir roh jahat, menghidupkan orang mati dan berjalan diatas air. Bagi mereka itu adalah kuasa yang besar yang ada pada diri Yesus. Orang yang lewat justru membully orang lain diselamatkan diriNya sendiri tak dapat diselamatkan. Inilah cara pikir manusia yang mesti diperbaharui, seringkali berpikir mendahulukan diri sendiri. Yesus rela mati di kayu salib adalah mengorbankan diriNya untuk kesembukan kita. Pejalan yang lewat hanya alat orang lain untuk menghujat dan membully orang lain. Ketidak tahuan mereka menjadikan mereka menyimpan kebencian. Dengan melihat Tuhan Yesus yang disalibkan hukan dipergunakan untuk bertobat dan menyesali diri tetapi menghujat. Pejalan yang lewat melihst Yesus tidak dipergunakan mempertajam kepekaan dan kepedulian tetapi untuk menghujat.

Kedua imam-imam kepala dan ahli Taurat, mereka ini pintar dan tahu akan Firman Tuhan, namun bukan menempatkan Firman untuk mengembangkan diri agar lebih memiliki iman dan spiritualitasnya. Firman dijadikan untuk mengkritik, menyerang dan menyalahkan orang lain. Ayat-ayat suci hanya dijadikan menjadi senjata untuk memvonnis dan menjatuhkan orang lain.  Pada peristiwa salib menghentikan penggunaan ayat suci untuk membully orang lain. Ayat suci harus dipergunakan untuk memperbaharui kehidupan, memotivasi dan membangun spiritualitas orang yang beragama.

Sahabat yang baik hati! Di Jumat Agung ini, mengundang kita memandang Yesus yang disalibkan. Memandang Yesus yang disalibkan sekaligus mengundang kita memperbaharui diri. Mari melihat diri sendiri, di dalam banyak perbuatan dan perilaku yang tidak dikehendaki Tuhan, datanglah ke salibnya untuk disalibkan bersama kematian Yesus agar kita memiliki kehidupan baru.

Sahabatku, di Jumat Agung ini, Mari terima keselamatan yangvdisediakan pleh Yedus dengan menerima tubuh dan darah Yesus yang diserahkan untuk kita melalui Perjamuan Kudus untuk memperbaharui hidup kita. Tuhan memberkati. Amin

Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...