Sabtu, 20 Oktober 2018

IBADAH YANG SEJATI

Kotbah Minggu 21 Oktober 2018

Topik:
*IBADAH YANG SEJATI*
(Rom 12:1-3)

Selamat hari minggu! Sahabat yang baik hati kotbah minggu ini mengajak kita semua orangbpercaya untuk mengabdikan diri menjadi manusia yang beribadah dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang di hadapan Allah, merubah diri dan melakukan apa yang baik dan berkenan di hadapan Allah. Ajakan ini sangat penting dalam kesibukan kita di jaman now, jaman yang berhadapan dengan dunia maya kini kita  diajak untuk berada dihadapan Allah.

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa manusia adalah mahluk beribadah. Jika kita baca kisah penciptaan, Allah menciptakan manusia segambar dengan rupa Allah. Manusia menerima mandat dari Allah untuk mengelola dan melestarikan ciptaanya. Di dalam menerima mandat itu sesungguhnya manusia telah menjadi mahkluk beribadah, mahkluk yang mengabdi kepada pemberi mandat karena ibadah berarti "abodah" atau "abdi" atau menghambakan diri kepada Allah. Ibadah bukanlah sebatas ritus atau memenuhi peraturan formal religius, tetapi sikap hidup yang mengabdikan diri di hadapan Allah.  Manusia sebagai mahkluk beribadah ditegaskan pada perintah Allah: Ingat dan kuduskanlah hari Sabath. Dengan perintah ini kita harus mengabdi dan beribadah kepada Tuhan Sang Pencipta khalik dan bumi. Sayangnya arti ibadah sering dipahami sebagai bentuk ritual semata atau pemenuhan kewajiban-kewajiban agama berupa persembahan  dan kurban yang ditetapkan. Ibadah adalah manusia mengabdikan diri atau mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Allah.

Definisi diatas dipergunakan Paulus memberikan pengajaran kepada jemaat di Roma tentang arti ibadah yang sejati. Ibadah yang sesungguhnya adalah manusia secara sadar dan dalam penuh ketaatan mengabdikan diri menjadi persembahan yang harum bagi Tuhan. Yesus sendiri menjadi contoh yang mempersembahkan hidupNya menjadi kurban perdamaian kepada Allah. Oleh pengorbananNya kita memperoleh pembenaran. Dialah imam besar yang mempersembahkan hidupnya sekali untuk selamanya agar kita memperoleh penghapusan dosa (Baca Ibrani 9:12).

Kotbah minggu ini menyegarkan kita kembali akan arti Ibadah yang sejati.  Ibadah sejati adalah sikap hidup orang yang menerima  keselamatkan di dalam Yesus Kristus dengan mengabdikan diri sepenuhnya sebagai persembahan yang harum di hadapan Tuhan. Berkaitan dengan itu kotbah minggu ini mengajak kita:

1. Mempersembahkan hidup kita menjadi kemuliaan Tuhan.
Sebagaimana kita tahu dalam agama Yahudi banyak ketentuan yang ditetapkan tentang persembahan sebagai hak Allah: mulai dari persembahan buah sulung, korban penghapusan dosa, perpuluhan dll. Semua itu harus dipersembahkan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan. Hak Allah harus diberikan sepenuhnya. Namun teologi persembahan dalam Perjanjian Baru dijelaskan Paulus dalam Rom 12:1 lebih dalam lagi, persembahan bukanlah memberikan daftar yang harus diberikan kepada Tuhan tetapi mempersembahkan tubuh, jiwa dan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan (Band BE 204:2).

2. Berubahlah, lakukan apa yang berkenan di hadapan Allah.
Anak-anak Tuhan harus berbeda dengan dunia ini. Itulah sebabnya kita diajak jangan serupa dengan dunia ini. Kita bukan berasal dari dunia, tetapi kita masih berada di dunia ini dan menuju suatu pengharapan yaitu hidup dalam kemuliaan menantikan Kristus. Karena itu kita harus berbeda dari dunia ini. Kita harus kuat melawan segala keinginan yang menarik kita kembali ke dalam dosa. Jangan serupa dengan dunia, berubahlah oleh pembaharuan budi. Anak-anak Tuhan harus berani tampil berbeda dengan anak-anak dunia ini yang chaos, penuh dengan tipu daya.  Anak-anak terang harus kuat, menguasai diri serta melakukan apa yang baik dan berkenan di bagi Allah.

Orang percaya yang beribadah harus bersedia merubah diri. Berubah dari kebiasan buruk kepada kehidupan yang berkenan dihadapan Allah. Berubah atau bermetamorfosis, ada tahapan perubahan dari kepompong ke kupu-kupu. Kepompong yang tergulung dan terbungkus berubah menjadi kupu-kupu yang indah, memancarkan warna warni yang menarik, bergerak kian kemari memancarkan kasih karunia Allah.

3. Jangan pikirkan apa yang lebih tinggi, tetapi kuasai diri dalam segala keadaan.
Terjemahan bhs Batak sangat bagus: "unang torbang rajumi hamu dirimuna lobi sian na patut". Terjemahannya: jangan memikirkan diri lebih tinggi. Kalimat ini menyimpan makna keinginan meninggikan diri. Keinginan meninggikan diri adalah "hubris" atau kesombongan. Kesombongan manusia yang ingin sama dengan Allah membuat manusia jatuh dalam dosa (Kej 3).

Sahabat yang baik hati! Kotbah minggu ininjuga mengingatkan kita akan kasih karunia Allah pada diri kita masing-masing. Setiap pribadi diberi kasih karunia melalui talent dan potensi diri masing-masing.  Kasih karunia itu bukanlah untuk kesempatan meninggikan diri atau jatuh kepada kesombongan tetapi menjadi tanggung jawab untuk mengabdikannya menjadi alat pelayanan Tuhan. Orang percaya harus menjauhkan diri dari segala hubris dan kesombongan dalam segala keadaan harus rendah hati dan menguasai diri agar dapat mengabdikan diri untuk kemuliaan Tuhan. Itulah hakekat manusia yang beribadah.

Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...