Sabtu, 15 September 2018

KEPAHITAN HIDUP DAN SOLIDARITAS

KEPAHITAN HIDUP DAN SOLIDARITAS
(Ruht 2:8-16)

Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati kotbah minggu ini merupakan salah satu kisah menggetarkan hati dengan kisah hidup bernama Ruth. Dalam kepahitan hidup ada saja jalan keluar yang ditunjukkan Tuhan dan mengubahnya menjadi manis asal tetap setia kepada Tuhan. Dalam keadaan yang tidak diduga bisa saja kita memasuki suatu masalah berat yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya: berharap bahagia namun yang terjadi nasib malang, berharap akan memperoleh keberuntungan tapi ditimpa kerugian yang sangat besar. Kitab Ruth hadir menguatkan bahwa dalam segala penderitaan dan kepahitan hidup yang tidak terkatakan janganlah putus atas. Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat bagi orang yang percaya kepadaNya,  karena itu tetaplah berpengharapan hingga langkah terakhir atau nafas terakhir sekalipun. Inilah kisah pahit hidup yang dialami oleh Ruth dan mertuanya bernama Naomi.

01. Kitab Ruth: Naomi (kesukaan) menjadi "Mara" (Pahit)
Narasi Kitab Ruth membuka pemahaman baru bagi bangsa Israel tentang penderitaan dan sikap terhadap bangsa asing. Mengenai penderitaan sering dianggap sebagai hukuman Tuhan. Jika seseorang ditimpa kemalangan dianggap sebagai hukum dan kutukan dari Tuhan. Kitab Ruth sama dengan kitab Ayub bahwa penderitaan bukanlah kutukan namun suatu kenyataan yang diijinkan Tuhan terjadi dalam hidup orang percaya. Penderitaan ini harus  dijalani karena dibalik penderitaan ada rencana dan kehendak Tuhan.  Dalam pandangan  ini penderitaan adalah ujian untuk membuktikan iman yang tahan uji. Penderitaan itu bukanlah karena ketidak berimanan, tetapi keberimanan adalah sumber kekuatan melampauhi kepahitan hidup.

Orang Israel mengganggap bangsa asing tak layak satu meja dengan mereka. Ada kemungkinan kitab Ruth hadir ketika orang Israel hangat-hangatnya melawan kawin campur. Namun lihatlah Ruth sekalipun dia orang Moab namun hidupnya setia kepada Tuhan yang tekah berikrar kepada Naomi: Allahmulah Allahku, bangsamulah bangsaku. Belajar diri Ruth, Israel memiliki perubahan sikap terhadap bangsa asing.  Ruth setia dalam suka dan duka, setia dalam bahagia dan derita, setia dalam untung dan malang.

Dalam Ruth 1:20 Naomi sampai menyebut dirinya bukan lagi Naomi (kesukaan atau sukacita) tetapi menjadi "Mara". Mara artinya pahit. Mara itu suatu tempat yang ditemukan Israel setelah keluar dari Laut Tiberau. Bebas dari pengejaran Firaun namun harus menemukan suatu tempat bernama Mara, tak ada air minum. Ada pun air disitu namun tidak dapat diminum karena pahit (Baca Kel 15:22-26). Jangan langsung panik dan bersungut-sungut, Tuhan menyuruh Musa mencampakkan sepotong kayu ke dalam air itu, seketika itu air berubah menjadi manis dan dapat diminum.

02. Pahit Menimpa Keluarga Naomi  dan Keputusan Ruth.
Naomi dan suaminya Elimelek berasal dari Bethlehem Efrata; mereka memiliki dua anak Mahlon dan Kilyon mencoba menguji nasib dengan merantau ke negeri Moab. Kedua anaknya menikah, mantu yang pertama bernama Orpa dan kedua yaitu Ruth. Ibarat disambar petir kemalangan pun beruntun tiada henti. Pertama Elimelek meninggal, duka belum berlalu kedua anaknya Mahlon dan Kilyon juga meninggal tanpa anak.   Bagi kaum Yahudi kemalangan seperti ini adalah sesuatu yang sangat dianggap buruk oleh masyarakat. Apalagi kedua mantunya itu adalah kaum dari Moab.

Naomi sangat miskin sepeninggal Elimelek dan kedua anaknya, mereka hanya hidup dari sisa-sisa panen orang lain. Jika ada orang hidup dari pengemis, maka lebih pahit dari itu hidup yang dijalani oleh Ruth menghidupi mertuanya Naomi.

Kisah Ruth hendak mengajarkan perkawinan campur bukanlah sebagai sumber mala petaka tetapi wanita asing punya iman yang menggugah hati. Justru membuka pemikiran yang lebih luas bahwa "kaum proselit" (bangsa asing yang diyahudikan) menjadi teladan dalam iman, contoh dalam solidaritas dan terdepan dalam kesetiaan. Dia sangat setia kepada Allah Israel dan memiliki solidaritas terhadap mertuanya. Jika Orpa meninggalkan Naomi, beda dengan Ruth justru mempersembahkan hidupnya untuk memelihara mertuanya Naomi.
Rut 1:16-17 (TB)  Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;
di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"

3. Solidaritas Boaz melahirkan sejarah baru
Tiada penderitaan yang tidak berakhir, demikianlah pengalaman Ruth. Kebaikan hati Ruth memelihara hidup mertuanya telah tersebar keseluruh kaum Israel. Tuhan telah menunjukkan Boaz sebagai saluran berkat bagi Ruth. Ruth bukan hanya diijinkan untuk mengambil bulir-bulir gandum yang berjatuhan dari para pemanen di ladangnya. Tetapi Boaz mengijinkan Ruth untuk makan bersama dengan para pekerja-pekerja di ladangnya bahkan memerintahkan kepada pekerja diladangnya agar mengijinkan Ruth mangambil bulir-bulir gandum sisa panen.
Bukan hanya itu, hidup yang mulia terpancar dalam diri Ruth membuat Boaz melakukan sesuatu yang penting bagi hidup Ruth. Boaz mencarikan keluarga Elimelek yang bertanggung jawab atas hidup Ruth menurut hukum Levirat. Setelah tidak ada yang bersedia baru Boaz memperisteri Ruth.

Inilah kebaikan hati Boaz, terpancar solidaritas yang tinggi dan sikap peduli yang mendalam. Kehadiran Ruth menjadi bahagian dari keluarga Boaz menjadi sejarah penting dalam Naomi dan Ruth. Bukan hanya itu, jika kita baca Ruth 4:21-22 Boas memperanakan Obed, Obed memperanakkan Isai dan Isai memperanakkan Daud yang menjadi raja yang sangat terkenal di dalam sejarah Israel.

Sahabat yang baik hati!  Buah manis dari kesetiaan dan ketabahan itulah yang didapatkan oleh Ruth dan mertuanya Naomi. Setia dalam menjalani kehidupan yang pahit akhirnya berbuah manis. Jika ada penderitaan, tetaplah setia dalam segala ketabahan. Allah turut bekerja mengubah kepahitan menjadi sukacita yang manis.

Kotbah minggu ini juga mengajarkan kepada kita agar memiliki solidaritas. Jika ada yang bisa kita lakukan menolong orang lain, lakukanlah siapa tahu ada sejarah yang besar terjadi atas solidaritas dan perbuatan baik anda. Kita harus sadari bahwa kita dipakai Tuhan menjadi orang yang dapat menolong sesama untuk menciptakan sejarah baru bagi kehidupan orang lain.

Sahabatku, dimanapun saudara berada Tuhan memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin

Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...