Sabtu, 16 Februari 2019

PEMBERITAAN TENTANG SALIB KEKUATAN DAN HIKMAT ALLAH

Kotbah Minggu Septuagesima, 17 Feb 2019
Nas: 1 Korint 1: 18-25

*PEMBERITAAN TENTANG SALIB KEKUATAN DAN HIKMAT ALLAH*

Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, pemberitaan tentang salib adalah keharusan dan kebanggaan bagi orang percaya. Di dalam salib kita mengingat pengorbanan Yesus Kristus yang rela mati di kayu salib demi menyelamatkan umat manusia. Bagaimana seseorang mau menyerahkan nyawanya untuk menyelamatkan orang lain. Pemberitaan tentang salib mendapat respon yang berbeda-beda:

*01. Yunani: mencari hikmat dunia*
Bagi kalangan Yunani salib adalah kebodohan, bagaimana seseorang mau rela mati demi orang lain? Kaum Yunani adalah tipe orang yang mengagungkan pengetahuan. Telah banyak lahir pemikir-pemikir besar dari kalangan Yunani. Bukan hanya ahli filsafat, tetapi memang mereka ahli berpidato meyampaikan gagasan yang dapat diterima akal. Pintar menyampaikan ide yang mempesona dan mempengaruhi orang banyak. Maka bagi mereka dari ilmu pengetahuan sungguh tak masuk akal salib sebagai jalan keselamatan. Itu merupakan suatu kebodohan. Bagaimana mungkin orang memperoleh keselamatan dari seseorang yang tidak dapat menyelamatkan diri dari kayu salib. Maka bodohlah orang yang mempercayai hal semacam itu.

Paulus memberikan pemikiran yang sangat menarik juga yang cerdas, pikiran manusia tak akan mampu menangkap rancangan Allah dari logika, tetapi harus dilandaskan pada iman.
 1 Korintus 1:27 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.

*2. Yahudi: salib batu sandungan*
Kaum Yahudi merupakan salah satu penganut agama yang tegolong paling taat di antara penganut agama-agama di dunia. Bagi mereka pemberitaan salib itu adalah suatu batu sandungan. Sebagai mana kita ketahui bahwa orang Yahudi telah lama menantikan Mesias sebagaimana dijanjikan sejak Perjanjian Lama. Mesias adalah Anak Allah yang membebaskan bangsa Israel dari tirani bangsa asing, memiliki kuasa dan raja adil dan perkasa dalam peperangan.  Sejak Yesus hadir di tengah-tengah Yahudi, mereka terus cari tanda untuk membuktikan apakah Yesus itu Mesias atau bukan. Yohanes  Pembabtis sendiri masih ragu, sampai mengutus muridnya untuk menanyakannya. Lukas 7:19 (TB)  ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"

Dari berbagai pelayanan yang dilakukan Yesus: mengajar, berkotbah dan menyembuhkan, sebenarnya mereka takjub dan mengakui tidak ada orang yang melakukan hal sebesar seperti itu kalau tidak dari kuasa Allah. Tetapi kematian di kayu salib adalah batu sandungan, suatu keputusan mahkamah agama atas pelanggaran seseorang.

Konsep Mesias yang mereka nantikan adalah raja yang perkasa yang membebaskan umatNya dari tirani kekuasaan. Maka tak mungkin itu dari seorang yang disalibkan. Bagi seorang Yahudi, salib adalah batu sandungan sebagaimana tertulis dalam Ulangan 21:22, "Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang,

*3. Orang Percaya: salib kekuatan dan hikmat Allah*
Bagi Paulus menalar pikiran Allah dari perfektif manusia memang adalah kebodohan 1 Korintus 1:18 (TB)  Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
Tetapi bagi orang percaya pemberitaan tentang salib adalah hikmat dan kekuatan Allah. Paulus meyingkapkan hikmat dibalik peristiwa salib. Peristiwa salib adalah pemenuhan kasih Allah; memulihkan hubungan manusia dengan Allah (hubungan vertikal). Salib memulihkan hubungan manusia dengan sesamanya (hubungan horisontal). Dengan demikian benar ajaran Yesus tentang kasih. Matius 22:39-40 (TB)  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Pemberitaan tentang salib adalah hikmat dan kekuatan Allah. Dari mana kita mengukur suatu kekuatan? Umumnya kekuatan diukur dari kemampuan mengalahkan musuh. Seperti seorang pahlawan yang heroik,  semakin banyak musuh yang dikalahkan semakin kuatlah seseorang. Namun pertanyaan siapakah lawan terkuat yang dihadapi manusia? Lawan terbesar manusia bukanlah musuh tetapi mengalahkan diri sendiri. Mengalahkan diri sendiri adalah pengorbanan.  Inilah kekuatan Allah yang ditunjukkan di salib sebagai pengorbanan. Bagi Paulus, salib itu kuat menegur setiap orang untuk melihat diri sendiri, mengoreksi diri dan bertobat dari sikap yang selama ini mengorbankan orang lain. Saat ini memulai dengan perubahan dari dalam diri sendiri.  Kekuatan terbesar dalam diri seseorang adalah kemampuan mengalahkan diri sendiri. Itulah pengorbanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus di kayu salib.

Sahabat yang baik hati! Kotbah ini mengingatkan kita akan keberadaan orang percaya memaknai salib di masa kini. Salib bisa juga kita pahami sebagai tragedi kemanusiaan. Yesus yang tidak bersalah dalam hal apapun sebagaimana tuntutan orang banyak namun hukuman salib harus dijatuhkan kepada Yesus. Dalam kekuasaan dunia suara kebencian yang deras yang berseru: "salibkan Dia!",  "salibkan Dia!" lebih berkuasa dari kebenaran.  Ini adalah kekerasan. Dengan peristiwa salib dunia (Yahudi dan Yunani) memahami bahwa mereka telah membungkam dan menghentikan Yesus, tetapi justru Allah mewujudkan keselamatan lewat peristiwa salib.

Tentang sikap Yunani, di jaman kini tak mungkin kita anti sains.  Kita yakin bahwa ilmu yang tinggi sangat berguna membantu manusia membangun kehidupan ini. Namun ilmu dan hikmat janganlah dipergunakan untuk meninggikan diri apalagi merendahkan martabat orang lain karena telah mengganggap diri pintar dan alangkah bodohnya orang lain.  Ilmu bukanlah untuk merendahkan martabat manusia tetapi ilmu yang berhikmat akan menuntun orang lebih mengenal jalan pikiran Allah yang menyelamatkan dan membangun kehidupan umat manusia.
Yahudi adalah orang saleh, oleh karena kesalehan mereka mencari tanda.  Orang percaya juga dituntut untuk menambahkan kesalehan pada iman kita (Baca 2 Pet 1:6). Namun kesalehan pribadi bukanlah mau menyombongkan diri. Kesalehan demikian akan dekat dengan kemunafikan. Kesalehan dimaksud adalah meningkatkan spiritualitas yang baik dengan menempa diri rendah hati dihadapan Allah dan sesama manusia.

Dalam mempersiapkan diri memasuki minggu-minggu mengenang sengsara dan penderitaan Yesus disemangati dari teologi salib. Mari memikul salib  dengan sikap lebih berhikmat, taat memikul salib dalam pengorbanan, kasih dan kerendahan hati!

Sahabatku! Tuhan memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam saudara. Amin

Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...