FIRMAN TUHAN SUMBER HIDUP
Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi
Selasa, 03 Agustus 2021
PERKATAAN YANG TEPAT PADA WAKTUNYA
Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.
Amsal 15: 23 (TB) Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!
Proverbs 15:23 (KJV) A man hath joy by the answer of his mouth: and a word spoken in due season, how good is it!
Sahabat yang baik hati. Tuhan menciptakan anggota tubuh kita 2 tangan, 2 kaki, 2 telinga, 2 mata, 2 lubang hidung, tetapi hanya ada 1 mulut. Kenapa hanya 1 mulut? Mungkin kita dapat memahami maksud Tuhan agar kita lebih banyak bekerja, lebih banyak melangkah, lebih banyak melihat realita kehidupan dan keindahan dunia, lebih banyak mendengar nasihat, keluhan orang lain dan mendengar pengajaran, dari pada lebih banyak berkata-kata. Dan kalaupun kita hendak mengeluarkan perkataan, lebih baik perkataan yang kita sampaikan adalah perkataan yang mendidik, membangun, memotivasi dan yang menyejukkan hati. Dan semua perkataan itu harus disampaikan tepat pada waktunya. Kolose 3 16 berkata: “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” Jika seseorang melakukan kesalahan, nasihatilah dengan perkataan yang menyejukkan bukan memojokkan. Jika seseorang sedang terpuruk, terluka atau kecewa berat, beri dia kata-kata yang membangkitkan semangat hidup dan semangat untuk bangkit dan berjuang kembali.
Sahabat yang baik hati.
Tidak semua kritikan itu negatif atau buruk dan tidak semua pujian itu baik, tergantung situasi dan kondisi serta bagaimana kita berhikmat dan bijaksana menerima kritikan ataupun pujian tersebut. Jika kita terlalu banyak mendengar komentar atau kritikan orang lain tanpa menyaring atau memilah-milah mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk hidup kita, maka kita tidak akan pernah maju dalam melangkah. Seperti kisah berikut ini dan mungkin kita sudah beberapa kali membaca atau mendengarkannya.
Seorang bapak dan anaknya yang masih kecil akan melakukan perjalanan jauh dan mereka membawa keledainya. Mereka membawa ransel dan barang-barang lainnya yang dibutuhkan dalam perjalanan, lalu meletakkannya diatas punggung keledai. Anaknya berjalan di depan memegang tali keledai dan bapaknya berjalan di belakang memegang cemeti.
Dalam perjalanan, mereka berjumpa dengan seseorang yang sedang duduk di pinggir jalan. Ia bertanya: “Mengapa kamu berjalan? Naikilah keledaimu, sehingga kamu tidak lelah. Keledai memang binatang yang dipergunakan untuk mengangkut barang dan manusia.” Mereka berduapun naik diatas keledainya.
Lalu kemudian dalam perjalanan selanjutnya, salah seorang polisi menyetop mereka dan berkata, “Salah seorang harus turun, sebelum saya menahan kamu karena menyiksa binatang”. Lalu si bapak melompat turun dan anaknya tetap tinggal di atas punggung keledai.
Karena terasa ringan, keledai berjalan dengan cepat. Bapak anak itu ikut berlari-lari dan membuatnya terengah-engah.
Di tengah jalan, mereka bertemu dengan seorang ibu tua yang sedang menggendong kayu bakar. Ia melihat bapak itu terengah-engah, lalu berteriak kepada anaknya, “Apakah kamu tidak malu, melihat bapakmnu lari terengah-engah, sedangkan engkau duduk enak-enak diatas punggung keledai!” Maka anak itupun turun dan bapaknya gantian naik.
Tidak lama kemudian ada seorang petani yang sedang berjalan dan berkata, “Apakah kamu tidak kasihan melihat anakmu selalu berlari disamping keledaimu. Mengapa bukan kamu yang berjalan?”
Semua hal yang dikerjakan oleh bapak dan anaknya itu selalu dikomentari dan dikritik. Hal ini membuat mereka menjadi bingung. Akhirnya mereka menuntun keledai pulang dan meninggalkannya di rumah, lalu mereka berdua berangkat lagi dengan berjalan kaki.
Hal seperti ini mungkin pernah kita alami. Setiap hal hal yang kita lakukan selalu dikritik atau dikomentari oleh orang lain. Namun dalam hal ini, kita harus bijaksana mengelola komentar atau kritikan orang lain. Tidak semua kritikan itu buruk dan tidak semua pujian itu baik, tergantung dengan kondisi atau keadaan kita. Oleh karena itu, hendaklah kita bijaksana dalam mengeluarkan perkataan dan bijaksana juga dalam menerima perkataan itu, sebab perkataan yang tepat akan mendatangkan sukacita.
Sahabat yang baik hati.
Firman Tuhan hari ini berkata bahwa perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya akan mendatangkan sukacita. Perkataan yang disampaikan dengan tepat waktu, tepat pada tempatnya, dan tepat pada sasarannya atau tujuannya akan membuat suasana yang menyenangkan dan penuh kebahagiaan. Seseorang yang sudah melakukan kesalahan, jika dinasihati dengan perkataan yang baik, tanpa menghakimi maka perkataan itu atau nasihat itu akan diterima dan akan memperbaiki kesalahan. Tetapi jika kesalahan itu ditegor dengan kata-kata makian, hinaan atau dengan sengaja mempermalukan maka efeknya akan membawa pada kebinasaan bahkan akan membuat seseorang tersebut akan semakin terpuruk dan tertekan.
Demikian juga dengan pujian yang tepat akan mendatangkan semangat dan sukacita. Tetapi jika seseorang melakukan kesalahan namun tetap mendapatkan pujian, maka inipun tidaklah baik. Oleh karena itu, semua yang kita ucapkan atau yang kita katakan harus tepat pada waktunya, tepat pada tempatnya, tepat pada situasi dan kondisinya sehingga tujuannya pun tepat dan kena pada sasarannya. Seperti yang tertulis dalam Amsal 15: 1-2 “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan.” Bijaksanalah mengeluarkan perkataan.
Sahabat yang baik hati.
Selain harus bijaksana, kitapun harus berhati-hati mengeluarkan perkataan. Jangan karena perkataan kita, orang lain jadi mengalami keterpurukan, jadi rusak dan hancur. Oleh karena itu, sebagaimana yang tertulis dalam Yakobus 1: 19 dan 26 “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.” Sahabatku, hendaklah kita cepat mendengar namun lambat berkata-kata, apalagi berkomentar yang tidak baik tentang orang lain, apalagi kita tidak mengetahui dengan jelas latar belakang atau pokok persoalannya. Hendaklah kita menjadi orang yang bijaksana dalam mengeluarkan perkataan baik melalui perkataan dengan pembicaraan langsung maupun perkataan lewat komentar di media sosial. Semua ini penting untuk kita lakukan agar ibadah kita kepada Tuhan tidak menjadi sia-sia.
Sahabatku, Tuhan memberkati Saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin
Salam dari tim penulis: JZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar