Selasa, 10 Agustus 2021

KITA LAYU TANPA TUHAN

 FIRMAN TUHAN SUMBER HIDUP

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi

Rabu, 11 Agustus 2021


KITA LAYU TANPA TUHAN


Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.


Yesaya 64: 6 (TB)  

Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.


Jesaya 64: 6 (KJV)

But we are all as an unclean [thing], and all our righteousnesses [are] as filthy rags; and we all do fade as a leaf; and our iniquities, like the wind, have taken us away.


Sahabat yang baik, ayat harian kita ini adalah penggalan dari Doa Pengakuan Dosa umat Israel kepada Allah saat mereka berada di pembuangan Babel. Sebagai bangsa pilihan Allah yang diberkati oleh Tuhan, umat Israel yakin bahwa hidup mereka akan selalu bahagia dan sejahtera, dan jauh dari penderitaan dan kesengsaraan.  Itulah sebabnya, setelah bangsa Israel diijinkan Allah untuk terbuang di Babel, umat Israel awalnya marah dan protes kepada Allah. Umat Israel shock menerima kenyataan, dimana hidup mereka berubah drastis dari enak menjadi tidak enak, dari bahagia dan sejahtera di negeri yang diberkati Tuhan menjadi menderita dan sengsara di negeri orang.  Bangsa ini mulai mempertanyakan kemahakuasaan Allah Israel yang tidak bisa membela dan menyelamatkan umatNya dari tangan bangsa penguasa saat itu. Umat Israel merasa bahwa mereka adalah umat pilihan Tuhan, oleh karena itu, seharusnya mereka tidak mengalami penderitaan dan kepahitan hidup di negeri orang. Umat Israel kecewa dan bersedih menerima kenyataan pahit hidup mereka.


Sahabat yang baik, namun setelah sekian lama umat Israel berada dalam keterpurukan dan kesengsaraan terbuang di negeri orang, umat Israel akhirnya menyadari bahwa semua ini terjadi akibat pemberontakan mereka terhadap Allah. Di ayat 5 dijelaskan bagaimana mereka menyadari bahwa Allah telah murka atas umatNya. Kepahitan yang mereka alami di pembuangan adalah hukuman Allah karena dosa dan pelanggaran umat Israel.  Umat Israel menyadari siapa dirinya di hadapan Allah. Untuk itulah di ayat ke 6 ini bangsa Israel mengakui betapa rusak dan kotornyanya prilaku hidup mereka selama ini. Bahkan mereka memakai kata "najis" dan "kain kotor" untuk menggambarkan betapa hina dan berdosanya mereka selama ini terhadap Tuhan. Dengan kesadaran inilah mereka datang berdoa, mengakui segala dosa dan kejahatan mereka dan memohon pengampunan dari Tuhan. 


Sahabat yang baik, mungkin kita pun pernah mengalami hal yang sama seperti pengalaman bangsa Israel. Bayangkan, kita yang dulunya hidup senang (memiliki segalanya) tiba-tiba harus mengalami kesusahan hidup karena semua harta kekayaan kita habis ludes terbakar, atau habis rusak karena banjir, atau habis karena bangkrut atau usaha ditipu orang. Atau kita yang dahulu sehat walafiat tiba-tiba tidak bisa melakukan apa-apa karena sakit, atau pengalaman kepahitan yang lain yang membuat kita harus menerima kenyataan pahit dalam hidup. Apalagi saat ini kita harus menerima kenyataan hidup ditengah-tengah Pandemi Covid-19 yang merubah kebiasaan hidup kita, membatasi ruang gerak kita, bahkan membatasi penghasilan kita sehari-hari. Bagaimana kita menghadapi kenyataan ini? 


Sahabat yang baik, bangsa Israel awalnya protes, marah dan kecewa kepada Allah yang menurut mereka harusnya bisa menolong dan menyelamatkan mereka dari penderitaan hidupnya. Kita pun mungkin juga demikian. Namun  ternyata, protes, marah dan kecewa tidak bisa mengubah apapun yang sudah terjadi. Yang ada hanyalah kepedihan yang semakin menumpuk hingga menghasilkan penyakit baru yang justru menambah penderitaan hidup. 


Sahabat yang baik, umat Israel akhirnya mencoba mengkoreksi dan instrospeksi diri dari apa yang telah terjadi dalam hidup mereka. Pengalaman pahit di pembuangan seakan mengingatkan mereka akan kehidupan mereka yang kelam di masa lalu. Mereka mengingat-ingat apa yang salah yang telah mereka lakukan kepada Allah selama ini. Momentum ini menjadi titik balik umat Israel untuk mengakui segala dosa dan kejahatannya terhadap Allah. Kesadaran akan kotor dan najisnya hidup mereka selama ini, membuat mereka datang berdoa memohon ampunan dari Tuhan. Umat Israel yakin dengan ampunan Tuhan, mereka akan ditolong dan diselamatkan oleh Tuhan. 


Kita pun dapat melakukan hal yang sama. Bukan untuk menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi dalam hidup kita, tetapi mencoba mengkoreksi dan mengintrospeksi diri agar melaluinya kita belajar menjadi manusia yang lebih baik sehingga dapat menerima kenyataan hidup dalam ucapan syukur. Ingatlah, seperti bangsa Israel, Allah juga mengijinkan segalanya terjadi dalam hidup kita untuk sebuah tujuan yang baik. Melalui setiap peristiwa yang terjadi, kita diingatkan, ditegur dan dibentuk oleh Tuhan untuk menjadi manusia yaag lebih baik. 


Sahabat yang baik, sesungguhnya kita bukanlah siapa-siapa tanpa Tuhan. Kita sungguh tidak berarti tanpa Tuhan. Kita layu dan tak berdaya jika hanya mengandalkan diri sendiri. Sebab sehebat apapun manusia, ia tetaplah manusia yang terbatas yang tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, dia butuh Tuhan Sang Juruselamat yang sejati. Oleh karena itu, mari terus mengkoreksi dan menginstrospeksi diri agar kita senantiasa dibentuk menjadi manusia yang lebih baik. Yang pasti, tetaplah menjaga hubunganmu dengan Tuhan Allah yang mengasihimu. Amin.


Salam dari Tim Penulis: MP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA TUHAN

 Kotbah Minggu Setelah Natal MINGGU, 29 Desember 2024 Ev. 1 Timotius 1:12-17 MENGUCAP SYUKUS ATAS KASIH KARUNIA TUHAN Selamat Hari Minggu! M...