Kamis, 01 April 2021

KE DALAM TANGANMU KUSERAHKAN NYAWAKU

 https://www.facebook.com/216559085082832/posts/5313402032065153/?sfnsn=wiwspmo

Kotbah Jumat Agung

Jumat, 2 April 2021

Nas: Lukas 23:44-48


*KE DALAM TANGANMU KUSERAHKAN NYAWAKU*


Selamat Beribadah di Jumat Agung! Hari ini kita beribadah passion mengenang penderitaan Yesus Kristus hingga mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia. Peristiwa ini merupakan suatu peristiwa agung, merenjngkan pengorbanan yang agung dimana Yesus menyerahkan diriNya untuk mati disalibkan untuk menebus dosa-dosa dunia.


Peristiwa ini agung, karena mengetuk kemanusiaan melalui kisah pengorban Yesus yang agung. Umumnya orang melakukan berbagai cara untuk bertahan hidup bahkan dengan mengorbankan orang lain, namun jalan hidup yang dipancarkan oleh Yesus Kristus adalah mengorbankan diriNya untuk keselamatan orang lain. Benar apa yang disampaikan oleh nabi Yesaya. Yesaya 53:3-5 (TB)  Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.  Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.  Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. 


Pada peristiwa Jumat Agung setiap orang semestinya merenungkan apa yang terjadi dalam peradilan di Gabbatha oleh Latus wali negeri pada saat itu. Yesus diadili oleh peradilan yang tidak adil, orang yang tidak bersalah harus divonnis mati karena amarah massa yang dirasuki kebencian dan Latus membuat keputusan bukan berdasarkan kebenaran tetapi takut kehilangan jabatan. Bukankah Latus berkata: "Aku tidak menemukan  kesalahan pada Orang ini" (Lukas 23: 4). Kebencian membuat manusia mengambil keputusan yang  tidak adil, malah  membenarkan kesalahan dan menyalahkan kebenaran. Mereka melepaskan Barabas sang penjahat dan menyalibkan Yesus yang melayani dan peduli orang lain. (Baca Lukas 23:18-19)


Usai vonnis, Yesus digiring melewati jalan sengsara (via Dolorosa), Yesus memikul salibnya sendiri. Dalam segala kekerasan, amarah kebencian dan segala perbuatan manusia diterima, dipikul dibawa oleh Yesus sendirian sampai ke tiang Golgata. Berulang kali Yesus jatuh karena deritanya terlalu berat, lukanya memar, darahnya mengucur deras,  sorak kebencian terus menggema. Seperti hater yang puas akan kejatuhan musuhnya. Demikian mereka memperlakukan Yesus, segala perbuatan yang paling hina diperankan mereka kepada Yesus, meludahi, memukul, mengolok hingga mencambuk. Mereka puas menyaksikan Yesus yang jatuh lunglai itu selama perjalanan memikul salib. Bahkan Yesus tak sanggup lagi dan harus dibantu oleh Simon orang Kirene membawa kayu salib ke Golgata (23:26) 


Golgata, tempat tengkorak ditempat ini Yesus disalibkan. Orang banyak, kaum herodian, prajurit dan kaum agamis seperti Farisi, Sadusi dlll seolah berhasil menghentikan pelayanan Yesus. Ada rasa bangga mereka karena orang yang mereka benci tak berdaya di kayu salib. 

Dalam keadaan tak berdaya Yesus bukanlah meringis apalagi mengemis belas kasihan dari orang banyak di Golgata, tetapi sebaliknya dari Salib Yesus terpancar mengasihi, suara yang memaafkan, mengampuni dan memberkati mereka yang membenci Tuhan Yesus. 

Yesus berdoa: Ya Bapa ampunilah mereka sebeb mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.


Pada salib di Golgata, Yesus menyelesaikan segala missiNya di dunia ini, menebus keberadaan manusia yangbtelah jatu dalam dosa untuk menerima pengampunan dan kasih karunia Tuhan. 


Sebelum Yesus menghembuskan nafas terakhir, Yesus menyerahkan nyawanya dan berkata: ke dalam tanganMu KUSERAHKAN nyawaKu. 


Jika orang banyak tidak berduka atas kematian Yesus di kayu salib, maka matahari pun berduka, seolah tak sanggup memandang Yesus yang disalibkan. 

Injil Lukas mencatat bahwa: kegelapan meliputi daerah dengan durasi tiga jam. Lukas 23:44 (TB)  Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.


Peristiwa salib merupakan perbuatan Allah, dimana Yesus menjadi kurban perdamaian yang menghapuskan dosa manusia. Itulah sebabnya Injil. Lukas memberikan catatan perihal tirai pemisah ruang Kudus dan Maha Kudus di Bait Allah terbelah dua. Ruang yang maha Kudus yang hanya dimasuki oleh Imam besar yang menyampaikan korban penghapusan dosa, telah terbelah. Yesuslah Imam besar dan sekaligus kurban pendamaian yang menghapuskan dosa dunia. Yesus melakukannya sekali untuk selamanya. 


Peristiwa salib membuka mata setiap orang dua peristiwa terjadi yakni: peristiwa alam dimana mata hari tidak bersinar dan peristiwa theologis terbelahnya tirai pemisah dalam bait Allah mengajaknkita mendalami makna kematian Tuhan Yesus. Allah telah melakukan penebusan atas manusia lama melalui pengorbanan Yesus di kayu salib.


Dosa yang membuat manusia jatuh, doa yang telah membuat manusia kehilangan makna segambar dengan rupa Allah serta dosa yang membuar manusia terasing kita melalui peristiwa salib kini dipulihkan. 


Sahabat yang baik hati, kita saat ini diajak mengambil makna dari peristiwa salib. Kita hendak diajak sama seperti sang kepala prajurit yang bangga dengan seragam, senjata dan kuasa yang dimilikinya serta kebanggaan atas segala pekerjaan yang dilakukannya sebagai prajurit memastikan eksekusi menyalibkan Tuhan Yesus, sekarang lihatlah setelah memandang Yesus yang mati di kayu salib dia berkata;

Lukas 23:47 (TB)  "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"


Bukan hanya kepala pasukan yang menyadari hal itu, tetapi orang banyak yang menyaksikan salib Kristus, mereka pulang dan memukul-mukul diri mereka. Itu Pertanda setelah melihat salib Kristus mereka menyadari perbuatan mereka yang membenci dan penuh kekerasan menyadari kesalahan. 


Hal ini patut kita renungkan: peristiwa salib mengajak umat manusia mengakui kebenaran, menghidupi kasih dan pengampunan Kristus. Mari berbalik dari sikap hidup yang penuh kebencian, kekerasan dan dendam kepada kasih dan pengampunan. 


TUHAN memberkati!


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TETAPLAH PERCAYA, SETIA DAN LAKUKAN YANG BAIK

REFLEKSI AKHIR TAHUN 2024 DAN MENYONGSONG TAHUN 2025 (Kotbah Ibadah Malam Akhir Tahun 2024) Ev. Mazmur 37:1-11 *TETAP PERCAYA, SETIA DAN LAK...