https://www.facebook.com/216559085082832/posts/6622617161143627/?sfnsn=wiwspmo
FIRMAN TUHAN SUMBER KEHIDUPAN
Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi
Rabu, 08 Desember 2021
*BERSORAK-SORAKLAH DENGAN NYARING*
Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan
Zakharia 9: 9 (TB) “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.”
Zechariah 9: 9 (KJV) Rejoice greatly, O daughter of Zion; shout, O daughter of Jerusalem: behold, thy King cometh unto thee: he is just, and having salvation; lowly, and riding upon an ass, and upon a colt the foal of an ass.
Sahabat yang baik hati.
Seorang ibu sangat bersukacita ketika anak sulungnya pulang ke kampung halamannya setelah bertahun-tahun berada di perantauan. Awalnya memang sangat berat bagi si ibu memberangkatkan anaknya pergi merantau. Tetapi karena keadaan keluarga yang memiliki perekonomian yang pas-pasan dan memiliki tiga orang adik yang membutuhkan biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari, maka si ibu dengan berat hati memberangkatkan anak sulungnya ke perantauan.
Di bulan-bulan pertama anaknya rajin menuliskan surat memberikan kabar kepada ibunya. Namun setelah berganti tahun, anaknya tidak pernah lagi memberikan kabar. Si ibu hanya bisa menantikan kepulangan anaknya dengan tetap berharap bahwa anaknya akan pulang dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Tetapi siang malam si ibu tetap berdoa kepada Tuhan agar tetap melindungi anaknya. Setelah hampir 7 tahun, sang anak yang selalu dinanti dan diharapkan kembali ke kampung halamannya. Sang ibu yang sudah renta sangat bergembira karena penantiannya telah terpenuhi.
Sahabat yang baik hati.
Nabi Zakaria mengatakan kepada kaum yang baru pulang dari Pebuangan dan sedang membangun kembali Yerusalem: “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” Mereka sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Kenangan pahit pengasingan di Babel akibat pemberontakan kepada Allah dan harapan/mimpi akan pemulihan Kerajaan Daud dan kemegahan Bait Allah, menjadi bercampur baur dengan pertentangan sosial dengan orang-orang Samaria. Akibatnya, situasi sosial, politik dan ekonomi yang tidak menentu. Masyarakat menaruh harapan pada pemimpin yang ada saat itu, yaitu Imam Besar Yosua dan “Bupati” Zerubabel dapat memulihkan dan mengembalikan kejayaan Yerusalem. Tetapi tampaknya hal itu adalah hal yang sangat sulit terjadi. Masyarakat Yahudi saat itu berharap hadirnya sosok Mesias yang kuat dan gagah dari Allah, untuk memulihkan dan mengembalikan Kejayaan Israel. Sosok “mesias” diharapkan seperti pahlawan yang memamerkan tangan kuat Allah yang menaklukkan Mesir dan mengalahkan para penentang Umat Allah. Kesusahan, kebimbangan, penantian di tengah ketidakpastian, kesedihan dan penderitaan menekan seakan tidak ada daya untuk menolong diri sendiri, sehingga berharap kehadiran Tuhan untuk membereskan dan membalaskan kesakitan mereka.
Tetapi Nabi Zakharia justru mengatakan bahwa Sang Mesias akan hadir bukan seperti yang dipikirkan oleh orang yang sedang hampir putus harap, yang mengharapkan hal-hal yang sensasional membalaskan kekalahan dan kemarahan, seperti film aksi yang mempertontonkan pembalasan. Kehadiran Sang Mesias akan menyatakan Kerajaan Allah yang penuh kedamaian. Sang Mesias digambarkan dengan: ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Penantian akan kehadiran Sang Mesias, Sang Raja Damai, tidak mungkin dilakukan dengan kemarahan dan kekecewaan, melainkan harus dengan sikap yang sabar, setia dan sukacita.
Sahabat yang baik hati.
Kembali ke cerita di awal, suka cita Sang Ibu tidak terlukiskan dengan kata-kata melihat kembalinya si Anak. Kesetiaan Sang Ibu untuk mendoakan anaknya, sekali pun tidak ada kabar dan tidak ada kepastian, tetapi Sang Ibu tetap setia berdoa dan menaruh harapannya kepada Tuhan. Tetap bergembira dalam pengharapan adalah kunci untuk memelihara kesetiaan. Kita tahu bahwa Allah kita adalah Allah yang setia, itu cukup menjadi alasan utama kita untuk tetap bersukacita dalam menantikan pertolonganNya. Di masa Advent ini, kiranya kita tetap setia kepada Tuhan dan menaruh harapan kita hanya kepada Tuhan, sehingga sukacita di dalam Tuhan melimpahi kita dalam segala situasi kehidupan kita.
Sahabatku, Tuhan memberkati Saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin
Salam dari Tim Renungan (JZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar