Jamita XVI Setelah Trinitatis, 27 Sept 2020
Ev. 2 Samuel 9:1-8 dan Ep. Lukas 14:12-14
PERLINDUNGAN DAUD TERHADAP MEFIBOSET (CUCU SAUL)
Selamat hari Minggu! Sahabat yang baik hati, topik minggu ini merupakan topik yang menarik yaitu "peduli kepada penyandang disabilitas". HKBP telah menggumuli pelayanan terhadap penyandang disabilitas melalui PK Hepata. Ditempat inilah orang-orang penyandang disabilitas dilatih memiliki keterampilan agar mereka menjadi manusia mandiri. Banyak hasil kerajinan tangan dan hasil pertanian/peternakan penyandang disabilitas yang didistribusikan lewat gereja dan umumnya jemaat sangat antuasias menghargai hasil karya mereka. Nakun tergerus oleh waktu perhatian semakin berkurang.
Perbuatan yang peduli terhadap penyandang disabikitas telah merubah pandangan mereka bukanlah momok atau beban keluarga. Mereka adalah manusia sempurna dan dapat mengaktualisasi diri. Mengingat diaabilitas ini saya selalu ingat Olimpiade oenyandang cacat, merwka adalah orang-orang hebat yangvtelah mengukir record dan keahlian yang luar biasa.
Berkaitan dengan disabilitas, hal yang lebih jauh dituntut sekarang ini adalah bagaimana perlakuan dan mindset kita terhadap disabilitas. Disabilitas bukankah cacat atau mengurangi kesempurnaan kemanusiaan seseorang. Mereka adalah manusia sempurna seutuhnya, yang harua dihormati dan diberinruang untuk aktualisasi diri. Dalam rangka itulah pembangunan dan sarana umum harus mendukung kaum disabilitas.
Kotbah miggu ini sebenarnya kurang jika menjadi acuan dasar memberikan perhatian kepada penyandang disabilitas. Daud menjumpau Mefibiset bukan karena dia menyandang disabilitas, namun ada etika dan morak yang baik dalam diri Daud memghargai Saul sebagai raja Israel dan ikatan persahabat Daud dengan Yinathan anak Saul. Nats kotbah ini berbicara lebih dalam akan Etika dan moral Daud terhadap keturunan Daud.
1. Etika Perang - Permusuhan
Alkitab merupakan sumber nilai yang sangat berharga dalam membangun relasi manusia. Dalam permusuhan besar sekalipun ada etika perang yang diwajibkan membeeikan hak-hak orang lain.
Dari Daud sendiri ada dua etika perang yang kita temukan,yakni:
Pertama, Saat Saul mengejar dan ingin membunuh Daud, justru peluang Daud yang berpeluang membunu Saul. Namun Daud tidak membunuh Saul karena Saul adalah orang yang diurapi Tuhan. Inikah etika perang bagi Daud, sekalipun Daud memiliki peluang untuk membunuh Saul namun tidak melakukannya.
Kedua adalah dalam kotbah minggu ini, yaitu dalam suasana paskah perang, Daud mencari sisa-sisa keluarga Saul. Daud mencarinya bukan untuk memusnahkan atau melampiaskan murkanya. Dalam pencariannya Daud akhirnya menemukan Mefiboset. Maka Daud memberikan jaminan pemeliharaan hidup keluarga Mefiboset, duduk makan bersama dan memberikan segala warisan yang menjadi milik Saul.
Pelajaran ini sangat penting diterapkan dalam hidup orang percaya. Di tengah-tengah kehidupan yang keras, berkompetisi dan berlomba kita diingatkan jangan saling membinasakan, tetapi menghormati hak orang lain dan menjamin kehidupannya. Dalam kompetisi orang oercaya harus memelihara etika dan moral.
02. Daud merangkul dengan kasih dan membuang dendam.
Seorang yang bermusuhan biasanya menyimpan dendam turun-temurun, dendam yang sulit dilupakan, dendam yang diusahakan untuk dibalas. Berbeda dengan Dau, sekalipun dimusuhi Saul, raja pendahulunya. Daud tidak mendendam, malah mengasihi Yonatan, putra Saul.
Bahkan sesudah Saul dan anaknya mati ketika berperang melawab Filistin ( 1 Sam 31:1dyb), tidak dapat dihindari perseteruan sisa-sisa keturunan Saul terhadap Daud, seperti Abner misalnya. Namun Daud tidak pernah mau membunuh dengan pedangnya sendiri Abner anak Saul. Daud berduka atas kematian anak-anak Sa tersebut.
Dalam rangka memberikan perlindungan kepada keturuanan Saul, Daud sendiri mencarinya dan menemukan Mefibosyet yang menyandang disabiltaa. Daud menunjukkan kasih Allah kepada keturunan Saul, dan ia menemukan Mefiboset, cucu Saul (ay. 2, 3).
Apa yanh dilakukan Daud terhadap Mefibosyeth, yakni: mengembalikan segala milik Sa dan makan bersama dengan Daud.
2 Samuel 9:7 (TB) Kemudian berkatalah Daud kepadanya: "Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku."
Makan bersama diaini bukan hanya sekedar makan saja makan bersama satu meja. Hanya ada dua orang yang dapat makan dalam satu meja, yakni tamu agung dan anggota keluarga.
Tindakan Daud ini merupakan penerapan nilai kasih. Tindakan Daud mencerminkan kasih Allah dan tindakan-Nya pada umat manusia. Tuhan Yesus datang ke dunia mencari manusia untuk diselamatkan; Daud juga berinisiatif mencari Mefiboset.
3. Sikap Mefiboset
Setelah berjumpa dengan Daud dan memgatahui perbuatan mulia dari Daud: memberikan segala warisan milik Saul kepada Mefiboseth. Mefiboset sujud dan berkata:
2 Samuel 9:8 (TB) Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: "Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?"
Mefiboset tidak menyangka kebaikan Daud, dia diperlakukan dengan baik sekalipun ada permusuhan di kalangan keluarga Saul dengan Daud. Perbuatan Daud yang demikian patut kita contoh: memperlakukan musuh dengan kasih dan membuang jauh-jauh dendam di hati.
Dipihak lain, Keadaan Mefiboset yang timpang kedua kakinya (ay. 13) menunjukkan keadaan manusia yang timpang karena dosa.Pengakuan Mefiboset tentang kehinaan dirinya (ay. 8) melukiskan betapa hina manusia yang ternoda dosa di hadapan Allah. Tetapi, Daud mengasihinya dan mengembalikan segala milik Saul dan seluruh keluarganya kepada Mefiboset (ay. 9). Itu mencerminkan bagaimana Tuhan memulihkan hidup kita yang tercemar dosa.
Sahabat yang baik hati, patutbkita renungkan: Apakah kehidupan kita juga mencerminkan kepedulian dan kasih Tuhan kepada umat manusia seperti Daud? Allahbtelah lebih dahulu mengasihi kita, maka tindakan kaaih yang sama semestinya kita perbuat bagi orang lain. Allahbyang maha baik telah menghapuskan dosa kita dna menjadikan kita menjadi ahli waris dalam kerajaan Allah dan duduk satu meja menerima perjamuan kasih Allah.
Karena Tuhan telah menerima dan mengasihi kita, kita pun dimampukan untuk menerima dan mengasihi sesama kita. Pada pihak yang sama kita adalah sama seperti Mefiboset yang telah menerima kaiah karunia Tuhan. Marilah menjadi orang yang bersyukur. Tuhan memberkati! Amin
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar