Sabtu, 14 September 2019

ETIKA HIDUP DAN KERENDAHAN HATI

Kotbah Minggu XIII Stlh Trinitatis Minggu, 15 September 2019 Nas: Lukas 14:7-11 ETIKA HIDUP DAN KERENDAHAN HATI Selamat Hari Minggu, sahabat yang baik hati. Bertamu adalah aktifitas yang tidak terpisahkan dari keseharian kita. Dalam budaya orang timur bertamu tak mengenal waktu kapan pun ok saja tak seketat orang barat, hendak bertamu mesti buat janji tanpa itu jangan harap dapat berjumpa. Bagi orang Batak kesediaan menerima tamu diungkapkan dalam ungkapan orang Batak: "paramak so balunon" artinya tikar selalu tergelar tak pernah tergulun. Bagi orang Batak, tamu biasanya diperlakukan sebagai raja yang dihormati. Sungguh indahnya sikap demikian membuat setiap orang nyaman bertamu. Pada saat yang sama seorang tamu harus bisa menempatkan diri memelihara rasa hormat. Karena tamu adalah raja bukan berarti kita sebagai tamu melakukan sesuka hati, tetapi harus ada etiket bertamu yang baik agar terpelihara rasa hormat dan saling menghargai. Kotbah minggu ini salah satu dari pengajaran Tuhan Yesus tentang sikap seseorang bertamu yang baik. Pengajaran ini sebagai respon atas siatuasi yang dialami oleh Yesus ketika dijamu seseorang dalam rumahnya. Memang tidak disebutkan siapa tuan rumah. Dalam Injil beberapa kali Yesus dijamu: di rumah Zakeus, rumah Martha dll). Suasana agak riuh, orang berdesakan dan berlomba duduk di kursi tamu utama yang tersedia. Pastilah semua orang pingin duduk di kursi utama, tapi kalau konteksnya bertamu pikir dua kali akan ada tamu undangan yang lebih spesial dengan tempat duduk yang spesial pula - jangan sampai salah duduk sungguh memalukan. Orang Batak dalam pertemuan formal upacara adat ada pengaturan tempat duduk. Biasanya hula-hula dihadapan tuan rumah (Batak: suhut), di sebelah kanan tulang, disamping kiri pihak boru dll. Pokoknya ada tata letak duduk yang teratur dengan rapi. Jika dalam kontek Batak Yesus mengajar mungkin tidak separah suasana kotbah Minggu ini. Seolah orang berlomba menjadi tamu utama. Kotbah ini menekankan bertamu bukan untuk dihargai, tetapi memberikan penghargaan bagi orang lain dan merendahkan hati merupakan sikap yang paling mulia dalam membangun relasional terhadap orang lain. Dari kotbah ini, marilah kita ambil beberapa pesan penting dari pengajaran Tuhan Yesus: 1. Bertamu hakekat orang percaya: Bertamu dan ramah pada setiap orang adalah pribadi yang dimiliki orang Kristen. Sifat bertamu ini terbentuk dari sejarah. Gereja mula-mula mengalami penganiayaan, sehingga kalau ada orang asing, dikejar dan dianiaya maka ada indikasi bahwa ini adalah sesamanya. Gereja mula-mula sangat ramah terhadap orang asing dan seolah menjadi kewajiban untuk menerima tamu. Roma 12:13 (TB) " Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!". Maka siapapun orang asing yang bertamu dianggap sebagai sesama. Dari warisan PL, bertamu ini mendapat berkat dan berjumpa dengan Allah. Hal ini dapat kita lihat pada kisah Abraham. Ketika Tuhan menampakkan diri di dekat pohon terbantin, Abraham menjamu Tuhandi tendanya dan Tuhan memberkati Abraham (Kej 18:1dyb). Bertamu bukanlah beban tetapi menjadi sifat dan kebiasaan yang melekat pada diri orang percaya. 2. Etiket bertamu - rasa hormat dan penghargaan: Siapapun pasti lebih suka diposisi utama namunntempatkanlah diri seturut dengan porsi masing-masing. Dapat kita bayangkan bagaimana sungkannya seorang tuan rumah kepada para tamunya untuk mengatur ini dan itu. Maka sebagai tamu harus ada etiket dan rasa hormat. Itulah sebabnya Yesus berpesan dalam Lukas 14:8 (TB) "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu. Dalam budaya "feodal" yang baku mungkin ada klas-klas sosial. Kita tidak setua ada klas-klas sosial, kita mesti mendukung budaya "egaliter" - menganggap sama yang didukung etiket yang saling menghargai. Sungguh tak sedap perasaan jika kita salah tempat duduk menempati kursi yang seharusnya pada orang lebih terhormat. Apa yang mau ditekankan oleh Yesus disini, sesungguhnya bukan masalah tempat duduk semata, namun lebih jauh dari sekedar posisi duduk, yaitu bagaimana kita memiliki rasa hormat, menghargai dan mendahulukan orang lain dalam hidup ini. Itulah etiket hidup, tata krama dan hidup yang berbudaya dan beradab pada diri pengikut Yesus. 3. Rendah Hati: low profile-hight capacity Kita tentu paham akan ilmu padi, semakin berisi semakin nunduk. Suatu pribadi mulia bahwa semakin berbobot seseorang akan semakin ditempa menjadi pribadi yang lebih rendah hati. Jika kita buat daftar kualitas pribadi yang dimiliki orang Kristen dalam Alkitab maka rendah hati menjadi karakter utama yang seharusnya dimiliki orang percaya. Memiliki rendah hati bukan karena mau ditinggikan seperti yang dilakukan oleh public figur melalui pencitraan, sama sekali tidak. Tetapi semestinya demikian meneladani Yesus yang rendah hati - humble. Mari jauhkan sikap sombong dan tinggi hati apalagi pongah - sekalipun mungkin ada alasan untuk menyombong diri. Itu semua tiada guna karena akan berlalu sia-sia. Mari santun dan rendah hati pada semua aktifitas yang kita lakukan. Orang yang rendah hati akan bersahaja kepada setiap orang. Tuhan memberkati! Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...