Sabtu, 21 September 2019

BERIBADAH HANYA KEPADA TUHAN

Kotbah Minggu XIV Stlh Trinitatis Minggu, 22 September 2019 Nas: Yosua 24:13-25 *BERIBADAH HANYA KEPADA TUHAN* Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah Minggu ini mengajak kita semua dengan kesadaran setia beribadah hanya kepada Tuhan. Peringatan ini penting dari Yosua sebagai pidato terakhir dari Yosua setelah selesai melaksanakan missinya menduduki tanah Kanaan, tanah Perjanjian dan dibagi menurut kedua belas suku Israel. Jika.Musa memimpin Israel keluar dari Mesir dan menuntun mereka selama di Padang gurun, maka Yosua dipakai Tuhan memimpin bangsa Israel memasuki dan menduduki tanah Kanaan serta membaginya kepada kedua belas suku-suku Israel. Tanah Kanaan dibagi kepada dua belas menurut anak-anak Yakub, sedangkan anak Yusuf yakni Efraim dan Manasye masing-masing memiliki pusaka, sementara Levi tidak mendapat warisan tanah tetapi mereka hidup dari aktifitas peribadahan, persembahan dan perpuluhan umat Israel. Kaum Lewi tidak mewarisi tanah, namun mereka ditetapkan untuk hidup melayani Tuhan. Sebelum mengundurkan dari bangsa Israel sebagai pemimpin , Yosua mengumpulkan bangsa Israel dan menyampaikan pidato yang sangat menggugah hati dan meminta komitmen dari seluruh bangsa agar mereka sungguh-sungguh takut dan hanya beribadah kepada Tuhan. Memang terkesan, bahwa Yosua memberikan pilihan bagi umat Israel, setia atau tidak terserah mereka, namun argumentasi yang dibangun bangsa Tuhan yang membebaskan mereka dari Mesir, menuntun di padang gurun dan memberikan Tanah Kanaan, tak akan memberi kebebasan selain setia kepada Tuhan. Karena mereka sampai dan dapat mwndudiki tanah Kanan dan memperoleh seluruh apa yang baik di Kanaan semua itu semata-mata pemberian Tuhan. Jika mereka ikut arus, ikut dengan suku bangsa asing yang telah lebih dahulu tinggal di Kanaan dengan percaya kepada Baal, itu urusan mereka. Tetapi Yosua berikrar: Tetapi aku dan seisi rumahku hanya akan beribadah kepada Tuhan. Mengapa Yosua begitu keras mengingatkan bangsa Israel agar setia kepada Tuhan? *01. Yosua pemimpin yang visioner dan antisipatif:* Yosua telah memprediksi suasana yang akan dihadapi oleh bangsa Israel. Mereka akan memperoleh kemakmuran baru alias orang kaya baru di Kanaan. Mereka bukan hanya menanam gandum, tetapi telah menanam anggur, memelihara ternak dan segala manfaat yang baik dari negeri Kanaan..mereka.akan membangun rumah, yang dulu tak terbayangkan sebagai komunitas "nomaden" tetapi dapat tinggal dan menetap mendirikan pondok dan rumah tinggal mereka. Dari semua kemakmuran mereka peroleh mereka tidak boleh melupakan Tuhan. Jangan sepeti ungkapan: "lupa kacang pada kulitnya". Bangsa Israel memasuki susasana baru dan perdaban baru. Setelah menduduki Tanah Kanaan, Israel telah mengelola tanah, mereka telah memulai membangun, mereka telah menikmati apa yang dijanjikan sejak leluhur, yaitu: Tanah Kanaan yang penuh susu dan madu. Di Kanaan mereka berkenalan dengan suku bangsa asing, yang percaya kepada baal dan dewa-dewa kesuburan. Peradaban baru ini akan membuat perubahan yang baru bagi bangsa Israel. Apakah mereka terikut arus atau tetap setia kepada Tuhan. Sekarang mereka diingatkan, bahwa semua suasana baru ini adalah semata-mata pemberian Allah dan jangan sekali-sekali melupakan Allah. Allahlah yang menuntun dan memberikan negeri ini menjadi milik pusaka bagi bangsa Israel. Maka jangan sekali-kali melupakan dan menyangkal Tuhan. *2. Perjanjian Sikhem - Komitmen Bangsa Israel.* Yosua pemimpim yang hebat, dia berhasil menggugah hati bangsa Israel agar dengan iklas dan dengan tulus mau berkomitmen dihadapan Allah mereka akan setia kepada Tuhan. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki kekuatan mempengaruhi dan menggerakkan orang lain. Pidato Yosua menggugah hati mereka dan spontan bangsa itu berkata: Yosua 24:21, 24 (TB) Tetapi bangsa itu berkata kepada Yosua: "Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah." Lalu jawab bangsa itu kepada Yosua: "Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan." Tanda kesetiaan bangsa Israel beribadah kepada Tuhan dibuktikan dengan janji bahwa mereka tidak akan menyangkal Tuhan. Yosua membuat batu peringatan yang disebut dengan Perjanjian Sikhem. Batu itu menjadi peringatan akan janji umat Israel. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berhasil mempengaruhi yang dipimpinnya melaksanakan prinsip dan komitmennya sendiri. Itulah yang dilakukan Yosua dalam pidato terakhir ini. *3. Yosua mempersiapkan bangsa Israel menjadi umat yang berpaut kepada Tuhan atau bergantung sepenuhnya kepada Allah.* Jika kita baca secara cermat, kitab Josua dan Hakim-hakim, sesungguhnya tidak ada suksesi kepemimpinan setelah Yosua. Artinya setelah Yosua, Israel adalah komunitas yang tinggal di Kanaan tanpa seorang pemimpin tetapi mereka sepenuhnya hidup dalam penggembalaan Tuhan. Tuhanlah gembala dan pemelihara Israel tinggal di Kanaan. Sesudah kepemimpinan Yosua tidak ada pemimpin pengganti seperti Musa ke Yosua. Namun mereka harus berpaut dan tergantung sepenuhnya kepada Allah. Hakim-hakim 1:1 (TB) Sesudah Yosua mati, orang Israel bertanya kepada TUHAN: "Siapakah dari pada kami yang harus lebih dahulu maju menghadapi orang Kanaan untuk berperang melawan mereka?" Dalam keadaan seperti inilah Yosua menghantarkan bangsa Israel agar hidup tergantung sepenuhnya kepada Allah. Jika kita perhatikan apa yang terjadi pada kitab Hakim-hakim, hakim yang diangkat Tuhan menghalau musuh bukanlah pemimpin yang permanen bagi bangsa itu, mereka hanya pemimpin yang sewaktu-waktu dipakai Tuhan untuk menghalau musuh yang menindas bangsa Israel setelah itu mereka menjadi rakyat biasa. Maka Pidato Yosua dalam pasal 24 sangat penting menghantarkan bangsa Israel memasuki sejarah selanjutnya. Pidato yang menghantarkan bangsa Israel dipimpin Tuhan secara langsung di negeri yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Tuhanlah raja, Tuhanlah pemimpin yang harus disembah dan dituruti oleh bangsa Israel. Yosua 24:28 (TB) Sesudah itu Yosua melepas bangsa itu pergi, masing-masing ke milik pusakanya. *4. Yosua, pemimpin yang bertanggung jawab yang membenahi kepemimpinannya berawal dari keluarga.* Bagian terakhir dari kotbah ini sangat penting kita menggali makna: "Aku dan seisi rumahku, akan beribadah kepada Allah"! Pemimpin publik harus menjadi teladan bagaimana dia memimpin di dalam keluarganya. Aku dan seisi rumahku, akan beribadah kepada Allah. Suatu kalimat yang menekankan seorang pemimpin harus membawa isteri, anak-anak dan seluruh hamba-hamba yang bekerja padanya beribadah kepada Tuhan. Yosua adalah pemimpin dan imam di tengah-tengah keluarga. Pemimpin yang bertanggung jawab atas pertumbuhan iman dan kerohanian anggota keluarganya. Kepemimpinan di dalam keluarga harus menjadi indikator bagi para pemimpin di jabatan publik. Banyak sekali pemimpin publik tersandung karena tak dapat memimpin dan mengarahkan anggota keluarganya menjadi contoh yang baik bagi umat dan masyarakat yang dipimpinnya. Kita bersedih, jika seorang suami tidak lagi dapat menjadi imam ditengah-tengah keluarganya, membuarga isteri dan anak-anak yang tidak menghargai jabatan publik yang diemban. Keluarga hanya sebagai pemakai kesempatan dan asas manfaat dari jabatan publik yang diemban tanpa atas tanggung jawab yang dipikul. Dalam dunia kita di jaman industri D.4.0 ini, kita diingatkan oleh kotbah ini. Bahwa baiklah kita memperhatikan pertumbuhan rohani dan spiritualitas anggota keluarga kita. Sahabat yang baik hati! Marilah kita meneladani Yosua yang tetap takut dan setia beribadah kepada Allah dalam situasi apapun dalam kehidupan mereka. Dalam keadaan apapun, tetapi setia dan hanya beribadah kepada Allah. Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati kita semua. Amin Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...