Selamat pagi! Sahabat FB yang baik hati, marilah mengambil waktu sejenak untuk bedoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan sebagai sumber kekuatan dan inspirasi bagi kita dalam melaksanakan aktifitas hari ini, Rabu 15/03/2017
Mazmur 119:148 (TB) Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji-Mu.
Psalms 119:148 (UKJV) Mine eyes prevent the night watches, that I might meditate in your word.
Cobalah kita ingat bagaimana sikap dan perasaan kita menanti janji. Apalagi janji itu adalah hal yang kita tunggu-tunggu dan impikan dalam hidup. Ibarat seorang pemuda yang menyampaikan isi hatinya kepada kekasihnya namun kekasihnya belum memberikan jawaban, dan meminta memberikan waktu satu atau dua bulan menjawabnya. Tentu dalam menunggu ini banyak rasa yang dialami; memikirkan apakah kasihnya bersambut atau tidak, dia memikirkannya siang dan malam sungguh bahagianya dirinya jika kasihnya bersambut dan sebaliknya tak tahu bilang apa jika kelasihnya menolaknya. Kadang optimisme muncul jika janji sesuai dengan harapan akan membuatnya semakin bersemangat dan sungguh alangkah bahagianya dirinya membayangkan masa depan yang indah bersama kekasihnya. Namun sebaliknya jika kemungkinan jawaban seperti yang tidak diharapkan akan membuat tak bergairah; mungkin sudah ada yang lain di hatinya, sungguh tak terbayangkan perasaan hati. Mungkin rasa nano-nano kehidupan menunggu jawaban ini, merenungkannya siang dan malam sampai janji yang ditunggu tiba.
Perasaan gelisah demikianlah pengalaman pemazmur dalam renungan harian ini, rasanya tak sabar menunggu waktu, dia seolah berkejaran dengan sinar fajar mendahului waktu bangun pagi untuk merenungkan janji Tuhan dalam hidupnya. Demikian dengan malam, dia tidak tidur seolah berkata: oh malam cepatlah berlalu besok janji Tuhan akan dipenuhi untuknya. Perenungan pemazmur ini menjadi gambaran kegundahan setiap orang dalam hidup ini, seolah bergumul mempertanyakan apakah Tuhan mengabulkannya atau tidak. Padahal sesungguhya jiwa kita yang goyah dan bimbang karena Tuhan adalah setia.
Apa yang dirasakan pemazmur ini merupakan perasaan kita dalam hidup sekarang ini. Sering melangkah dalam keraguan dan kegamangan dan diombang-ambingkan oleh ketidak pastian. Tidak usah gundah dan galau dalam hidup ini tetapi melangkah dalam kepastian bahwa Tuhan itu setia menepati janjinya dan tidak pernah mengecewakan. Seperti kepastian fajar merekah setiap pagi demikian janji Tuhan nyata dalam kehidupan ini. Tuhan setia pada janjinya , justru manusia yang sering melupakan janji Tuhan.
Bagaimanakah pemazmur memelihara dan menjaga janji Tuhan dalam hidupnya? Renungan hari ini memberikan contoh yang sangat menarik. Dia memelihara janji Tuhan dalam hidupnya lebih cepat dari seperti seorang penjaga malam. Seorang penjaga malam tentu tidak terpengaruh oleh gelapnya malam, dia tidak akan tertidur oleh beratnya rasa ngantuk atau keinginan tidur yang kuat tetapi tetap berjaga berlomba dengan waktu sampai fajar merekah. Dia terus terjaga dan tak terlelap sedikit pun hingga fajar tiba. Jika subuh sudah tiba penjaga akan mengumumkan agar warga bangun dari tidur dan melakukan aktifitasnya di pagi hari.
Dalam kehidupan desa, umumnya memahami dan itu realita jika ayam berkokok pertanda pagi telah merekah. Masyarakat akan bangun dan bekerja melakukan aktifitasnya. Maka pemazmur dalam hal ini sebelum ayam berkokok dia telah bangun menyongsong janji dan berkat Tuhan. Mungkin perlu juga direnungkan agar bangun sebelum ayam berkokok, jika bangun setelah fajar merekah rejeki kita telah dipatok ayam.
Mari bangun lebih cepat, mendahului waktu dari penjaga malam demikianlah kesiapan dan kesediaan pemazmur menapaki hari-harinya menanti berkat dan janji Tuhan dalam hidupnya. Hidup demikian pasti lebih optismis dan lebih berhasil dalam hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar