Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah mengambil waktu sejenak untuk berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan di pagi hari ini 29/03/2017 sebagai sumber kekuatan dan inspirasi bagi kita, yang tertulis pada:
Ratapan 3:24 (TB) "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.
Lamentations 3:24 (UKJV) The LORD is my portion, says my soul; therefore will I hope in him.
Pukulan terberat bagi Yahudi (Israel Selatan) adalah jatuhnya Yerusalem di tangan Babel. Peristiwa itu terjadi pada tahun 685 SM dan pemerintah Babelonia mengangkut penduduknya menjadi rodi di Babel. Sejak itu mereka hidup dalam pembuangan dan meratapi Yerusalem. Jatuhnya Yerusalem bukan hanya kehancuran politik semata tetapi juga dari segi spiritual karena Bait Allah Yerusalem yang diagungkan sebagai tempat Tuhan Allah Israel berdiam, dirubuhkan hingga rata dengan tanah dan tak satupun batu bertindih. Kota Yerusalem pun menjadi puing, korban perang, sunyi dan senyap tak ada kehidupan di lorong-lorong dan di jalan. Kota yang megah dan kebanggaan sirnah sudah menjadi puing-puing. Pukulan ini sangat berat bahkan terberat dalam sejarah kehidupan Israel sebagai umat Allah.
Kitab Ratapan ada merupakan buah ungkapan hati yang luluh yang digubah sedemikian rupa meratapi Yerusalem yang telah hancur menjadi puing. Ratapan ini nyanyian keluh dan di dalamnya ada pengharapan.
Dalam renungan harian ini diungkapkan bahwa Tuhan adalah bagianku. Tidak ada lagi yang menjadi pegangan; kota kebanggaan telah hancur berkeping, Bait Allah sebagai kemegahan dan tempat paling bahagia yang biasa dinyanyikan dalam nyanyian mazmur sungguh berubah sudah karena sudah rata dengan tanah. Keluarga pun entah di mana, apakah masih hidup atau tidak, tiada kepastian karena korban keganasan perang. Tiada harapan yang tersisa akan ada tanda-tanda kebaikan baik sebagai bangsa, keluarga dan pribadi. Semuanya dalam ketidak pastian. Hanya satu yang tersisa itu pun bagi mereka yang punya iman: Tuhan adalah bagianku. Pasrah sempurna. Satu-satunya harapan adalah pasrah kepada Tuhan.
Pengalaman seperti in sudah berada dititik nadir, tiada yang bisa menolong. Satu-satunya adalah Tuhan sendiri. Ibarat bayi tergantung pada ibunya, demikianlah umat dalam pembuangan tidak ada yang dapat dilakukan kecuali bersandar dan berpengharapan kepada Tuhan.
Menurut para teolog yang menelitinkehiduoan selama pembuangan, bahwa masa pembuangan inilah banyak teologi yang muncul di tengah-tengah umatnya: digalinya kembali teologi penciptaan dan teologi pengharapan. Masa sulit yang dihadapi mereka menjadi moment perenungan dan penggalian kembali akan makna spiritalitas mereka. Memang tidak semua orang bertahan dalam penderitaan, hanya mereka yang disebut dengan sisa-sisa Israel terus setia menjalaninya dengan setia dan berpengharapan kepada Allah.
Ratapan ini menjadi sumber kekuatan bagi kita, disaat ada pergumulan dan tidak tahu berbuat apa-apa, masih ada hal yang dapat kita lakukan yaitu berdoa dan menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan, karena Tuhan adalah bagian kita. Takdir kita ditentukan oleh Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar