Jumat, 19 Februari 2021

Mengasihi Allah Lebih dari Apapun

 FIRMAN TUHAN SUMBER HIDUP

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi

Sabtu, 20 Februari 2021


*MENGASIHI ALLAH LEBIH DARI APAPUN*


Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan:


Matius 10:39 (TB)  Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.


Matthew 10:39 (KJV)  He that findeth his life shall lose it: and he that loseth his life for my sake shall find it.


Apakah yang kita impikan dalam hidup kita? Tentu banyak sekali yang kita impikan  dalam kehidupan kita sehari-hari. Kekayaan, harta, materi, kehormatan, jabatan, pekerjaan yang baik, keturunan, dan sebagainya. Sehingga, kita sangat mengharapkan agar kita memiliki umur yang panjang untuk memperoleh yang kita inginkan itu dan menikmatinya selama kita hidup. Itu sebabnya kita sangat mengharapkan agar kita memiliki umur yang panjang dan kesehatan yang baik. Mungkin kita akan berdoa agar Tuhan Allah selalu melindungi kita, mempertahankan nyawa kita agar kita tetap hidup di dalam dunia ini dan tentunya dapat menikmati hidup kita bersama-sama dengan orang yang kita kasihi. 


Siapakah orang yang paling kita kasihi dalam hidup kita? Tentunya setiap orang memiliki jawaban tersendiri atas pertanyaan ini.  

Jika kita bertanya kepada anak-anak atau seseorang yang belum memiliki pacar, maka ia akan menjawab bahwa orang yang sangat dikasihinya adalah orangtuanya. Jika kita bertanya kepada orang yang telah memiliki pacar, maka ia akan menjawab bahwa orang yang dikasihinya adalah orangtua dan pacarnya. 

Jika kita bertanya kepada orang yang telah menikah, maka ia akan menjawab bahwa orang yang dikasihinya adalah suami/istrinya dan anak-anaknya. 

Jika kita bertanya kepada orangtua yang sudah lanjut usia (Lansia) yang telah duda atau janda, maka ia akan menjawab bahwa orang yang dikasihinya adalah anak-anak dan cucu-cucunya. 


Banyak hal yang dapat kita lakukan demi memperjuangkan dan menunjukkan kasih kita kepada mereka yang sangat kita kasihi. Mungkin, kita rela mengorbankan nyawa kita demi mereka. Misalnya: seorang ibu rela mengorbankan nyawanya demi melahirkan anaknya, demi menyelamatkan anaknya dari penyakit dll. Seorang suami rela mengorbankan nyawanya demi istri dan anak-anaknya dll. Tetapi, marilah kita menyadari, sebelum kita melakukan semua itu, Tuhan Yesus telah terlebih dahulu melakukannya demi kita orang-orang berdosa, bahkan jauh sebelum kita lahir ke dunia ini. Tuhan Yesus telah kehilangan nyawanya di kayu salib demi menyelamatkan kita orang-orang berdosa dari hukuman dosa. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 6:23). Jadi, Yesus telah memberikan nyawanya demi menyelamatkan kita. Bukan hanya menyelamatkan nyawa kita, tetapi telah menyelamatkan kita dari hukuman atas dosa-dosa kita. Dengan segala kerendahan, Yesus rela meninggalkan kemuliaanNya dalam Kerajaan Sorga sebagai Allah. Ia turun ke bumi mengosongkan diri dan disamakan dengan manusia. Waktu Tuhan Yesus mengenakan tubuh manusia, Ia memilih melepaskan kesenangan apapun dan melakukan kehendak Bapa serta menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34). Demikianlah Allah menunjukkan kasihNya kepada kita manusia yang berdosa, Dia telah menyelamatkan kita. Demi kita Ia relah kehilangan nyawaNya. Keselamatan itu kita terima hanya oleh karena kasih karunia Allah dan tentunya inisiatif Allah sendiri.

Sekarang, yang menjadi perenungan bagi kita, apakah kita rela kehilangan nyawa kita demi menyaksikan iman kita kepada Yesus Kristus? Apakah kita rela dibenci oleh oranglain, bahkan nyawa kita terancam dan kita menjadi dekat dengan kematian demi menyaksikan kebenaran Kristus? Marilah kita menjawabnya di dalam hati kita masing-masing. Yang jelas, ada banyak orang yang takut kehilangan nyawanya. Bahkan ia rela kehilangan nyawa orang lain, yang penting nyawanya dapat diselamatkan. Ia hanya mementingkan dirinya sendiri, yang penting ia hidup, senang dan bahagia dan tidak memperdulikan oranglain. Hal ini disebut sebagai egosentris (hanya berpusat pada diri sendiri dan kepentingannya sendiri). Dalam Alkitab, kita dapat menemukan beberapa tokoh yang  bertindak hanya mempertahankan nyawanya sendiri. Misalnya: Istri Lot. Ia berusaha mempertahankan nyawa dan hartanya dengan menoleh kembali ke belakang, ketika Allah akan menghancurkan Sodom dan Gomora. Akhirnya, dia sendiri kehilangan nyawanya dan menjadi tiang garam. Demikian dengan Yudas Iskariot yang berusaha menyenangkan hati demi uang ia rela menghianati Yesus. Penyesalannya tiada guna. Akhirnya, ia mati bunuh diri. Pilatus, yang takut dengan suara banyak yang telah menyerukan agar Yesus disalibkan. Sebenarnya, Pilatus mengetahui bahwa Yesus sama sekali tidak  melakukan kesalahan apapun. Namun, ia sangat khawatir atas tuntutan orang banyak pada saat itu. Sehingga, demi menyelamatkan kedudukannya, iapun akhirnya mendengarkan suara terbanyak pada saat itu dan membiarkan Yesus disalibkan. Ia lepas tanggungjawab atas penyaliban itu dengan cara mencuci tangannya atas tuntutan orang banyak yang menginginkan agar Yesus disalibkan. 


Mari kita menyaksikan akhir hidup Ananias dan Safira, pasangan suami istri yang akhirnya mati karena berusaha mendustai Allah atas hasil penjualan tanahnya. Dan masih banyak tokoh lainnya yang bertindak hanya untuk menyelamatkan diri sendiri, akhirnya ia kehilangan nyawanya sendiri. 


 Namun, marilah kita menyaksikan bagaimana akhir hidup orang-orang percaya yang rela kehilangan nyawanya demi Kristus. Bagaimanakah akhir hidup mereka? Rasul Paulus, Petrus, Stefanus, Timotius, dan para penginjil lainnya bahkan para Missionaris yang datang ke tanah Batak untuk membawa kabar sukacita, Injil Kristus. Mereka berani mati martir, kehilangan nyawa mereka demi memberitakan injil. Misanya: Samuel Munson dan Henry Lyman (1834), kedua missionaris tersebut terbunuh saat memberitakan injil di Lobu Pining, Tapanuli Utara. Memang mereka kehilangan nyawa mereka dan  mati. Namun, sebagai orang percaya kita yakin mereka akan memperoleh upah yang terbaik dalam Kerajaan Sorga yang telah disediakan oleh Tuhan Allah. Mereka akan memperoleh mahkota kemenangan bersama Yesus. 

 

Jadi, melalui teks renungan hari ini, kita diarahkan untuk mengasihi Allah lebih dari apapun. Lebih dari apa yang kita miliki, bahkan nyawa kita sendiri. Jangan pernah malu dan takut menjadi Kristen atau Pengikut Kristus. Marilah kita  menjadi pengikutNya yang setia. Meneladani kasihNya, yang rela kehilangan nyawa demi kita. Kita terpanggil untuk mengasihiNya lebih dari apapun di dalam hidup kita ini. Amin.


Salam: Tim Renungan Pdt Nekson M Simanjuntak BP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...