https://www.facebook.com/216559085082832/posts/5162821610456530/?sfnsn=wiwspmo
Kotbah Minggu Reminiscere,
Minggu, 28 Februari 2021
Nas: Roma 4:13-25
MENELADANI IMAN ABRAHAM
Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah Minggu ini mengajak kita dalam menjalani kehidupan ini harus melangkah di dalam keyakinan yang pasti dan beriman yang teguh. Dalam melakukan sesuatu lakukanlah dengan penuh keyakinan.
Rupanya prinsip hakim dalam mengambil suatu keputusan didasarkan juga oleh keyakinan. Jika dia sudah mendengar fakta-fakta dalam suatu persidangan maka saat mengambil keputusan harus pasti. Keputusan yang dia tetapkan merupakan buah dari keyakinan. Jika ragu batalkan.
Beriman juga demikian suatu kepastian sebagaimana disebutkan dalam Ibrani 11:1 (TB) Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Beriman adalah suatu kepastian dan bukti yang tidak kita lihat. Orang percaya harus yakin dan pasti bahwa kita sudah diselamatkan oleh Yesus Kristus melalui pengorbanan di kayu salib. Suatu kepastian yang tidak perlu diragukan. Orang percaya akan menjadi pewaris kehidupan yang kekal.
Ajaran tentang iman ini digali dan dijelaskan oleh Paulus berdasarkan pengalaman hidup Abraham. Abraham dipanggil oleh Allah dan dan ditetapkan menjadi Bapak orang percaya. Penetapan itu bukan karena perbuatannya tetapi imannya yang percaya pada janji Allah. Abraham mendapatkan janji dari Tuhan bukan dalam usia muda, isterinya Sarai juga sudah tua. Dari segi pikiran logis rahim Sarai telah tertutup untuk melahirkan. Makanya Sarai tertawa akan janji itu. Namun lihatlah Abraham memperoleh anak perjanjian yakni Ishak.
Iman Abraham diuji, Allah meminta Abraham untuk mempersembahkan Ishak dan Abraham pun melakukannya dengan tulus. Abraham lulus ujian, Allah mempersiapkan apa yang dikurbankan Abraham bagi Tuhan. Iman Abraham diperhitungkan Allah.
Mengapa Rasul Paulus menjelaskan ajaran mengenai iman Abraham ini sebagai dasar keselamatan? Rupanya ada sekelompok orang Kristen Yahudi memahami bahwa keselamatan dengan syarat melakukan hukum Taurat. Tidak heran mereka selalu menekankan bahwa orang-orang non Yahudi yang masuk menjadi Kristen harus disunat dan wajib melakukan hukum Taurat.
Perdebatan persyaratan hukum Taurat ini dalam keselamatan telah menjadi permasalahan di kalangan jemaat. Maka untuk mengatasinya Paulus menjelaskan pengajaran tentang keselamatan hanya oleh iman. Hukum Taurat tidak menyelamatkan malah menuntun kita kepada anugerah. Melalui hukum Taurat kita menyadari bahwa kita adalah manusia berdosa. Allah didalam Yesus Kristus telah menyelamatkan kita dari dosa. Jadi kita selamat bukan karena pekerjaan Hukum Taurat tetapi karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Efesus 2:8 (TB) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
1. Iman adalah dasar
Keselamatan adalah anugerah Allah yang kita terima dengan iman. Maka iman adalah dasar dalam keselamatan. Iman adalah dasar kita mempercayai janji. Pengajaran tentang dasar iman ini didasarkan pada Abraham. Abraham hidup 430 tahun sebelum adanya hukum Taurat. Abraham menerima dan mewarisi janji karena ia percaya kepada Allah.
Abraham percaya kepada Janji Allah, pada pihak Allah, Allah berkuasa melaksanakan apa yang dijanjikanNya. Allah itu setia dan memenuhi janjiNya sehingga Abraham menjadi Bapa orang percaya.
Demikianlah dengan ajaran keselamatan. Keselamatan adalah anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, pemenuhan janji keselamatan itu akan ada.
Adalah suatu kekeliruan jika ada menambahkan hukum Taurat sebagai syarat keselamatan. Roma 4:13 (TB) Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman.
2. Iman Abraham dan keturunannya
Janji Allah bukan hanya kepada Abraham tetapi berlaku juga kepada keturunannya. Sekalipun yang mengadakan perjanjian adalah Allah dan Abraham namun janji itu berlaku kepada keturunan Abraham.
Anak-anak Abraham adalah pewaris janji. Hal itu berlaku bagi kita orang percaya.
Roma 4:17 (TB) seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" — di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.
Mungkin orang Yahudi mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak Abraham. Secara genetis itu benar dan tidak sangkal. Merekalah anak-anak Abraham secara genetis. Namun anak-anak Abraham bukan hanya orang Yahudi saja, tetapi juga non Yahudi. Anak-anak dari segala bangsa yang percaya kepada janji Allah yang dipenuhi di dalam diri Yesus Kristus.
Dengan iman kepada Yesus Kristus kita ditetapkan menjadi anak-anak Allah. Sehingga kita dapat menyampaikan, ya Abba, Ya Bapa.
Galatia 4:6-7 (TB) Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.
Selanjutnya Efesus 2:19 (TB) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
Penetapan Abraham dan keturunannya menjadi anggota-anggota keluarga Allah merupakan anugerah yang berharga. Kita dijadikan menjadi pewaris kerajaan Allah.
3. Menjalani hidup dengan penuh keyakinan.
Tokoh Abraham menjadi dasar bagi kita yakin dalam hidup ini. Menjalani hidup bukan dengan kemampuan diri tetapi keyakinan diri kepada kekuatan Allah memenuhi segala janji-janjiNya. Allah tidak pernah lupa, terlambat apalagi mengabaikan janjiNya. Allah penuh kuasa akan mampu melakukan apa yang dijanjikanNya.
Roma 4:21-22 (TB) dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Ayat diatas menjadi andalan orang percaya. Kita berkerja dan menggapai sesuatu dalam hidup ini bukan karena kemampuan diri, tetapi karena keyakinan bahwa Tuhan akan memenuhinya.
Sahabat yang baik hati! Dasar hidup orang percaya adalah beriman. Pertanyaan iman seperti apakah yang kita miliki saat ini?
- bisa saja orang mengaku beriman, tapi sedikit tantangan langsung berubah dan patah arang. Lihatlah contoh-contoh dalam Alkitab: Petrus, Yudas Iskariot dll. Iman rapuh dan tidak kokoh. Syukurlah Petrus berubah setelah kebangkitan Yesus Kristus. Dia penuh keyakinan memberitakan Yesus yang dibangkitkan.
- ada juga orang beriman namun didalam pikirannya adalah rasionalitas atau akalnya. Contoh beriman seperti ini adalah Yakub. Yakub bekerja keras menggapai yang diharapkannya dari mertuanya Laban. Namun dalam mencapai itu semua Yakub memakai akal termasuk sampai kembali ke Kanaan menjumpai Esau. Bisa saja orang percaya demikian namun Tuhan juga mengajar Yakub. Saat mau kembali ke Kanaan, dia harus bergulat dengan malaikat Tuhan di sungai Yabok.
- Beriman meneladani hidup Abraham, tulus dan melakukan perintah Allah dalam hidupnya. Dia percaya akan apa yang dijanjikan Allah.
Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati!
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar