KASIHANILAH AKU ORANG BERDOSA INI
Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah mempergunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan sebagai sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita. Sabtu 02/09/2017
Lukas 18:13 (TB) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Luke 18:13 (RSV) But the tax collector, standing far off, would not even lift up his eyes to heaven, but beat his breast, saying, `God, be merciful to me a sinner!'
Nats renungan ini, merupakan bahagian dari pengajaran Yesus tentang dua pribadi yang sangat berbeda: farisi dan pemungut cukai.
Di kalangan masyarakat kaum Farisi adalah ulama yang dihormati. Hidup mereka sehari-hari dinilai saleh dan bergaul dengan Tuhan dengan mencintai Taurat. Mereka taat taurat, apa yang diperintahkan didlaam taurat mereka lakukan dengan setia, seperti: sabbat, berpuasa, memberi perpuluhan, dan merasa lebih dekat kepada Tuhan dibanding yang lain. Mungkin karena merasa sudah melakukan Taurat mereka ini sering berdiri sebagai orang yang memeriksa hidup orang lain apakah sudah atau belum melakukan Taurat Tuhan. Satu kritik Yesus kepada farisi adalah ibadah yang dimotivasi hendak membandingkan diri dengan yang lain akan jatuh kepada kesombongan rohani. Farisi datang ke rumah ibadah bukanlah mau memuji Tuhan tetapi memuji diri sendiri lewat pemenuhan taurat Tuhan, dia dan ibadah-ibadahnya.
Amat berbeda dengan pemungut cukai. Di kalangan masyarakat mereka dinilai orang berdosa, penghianat terhadap Yahudi karena dianggap kaki tangan romawi. Di kalangan umum, pemungut cukai rentan korupsi dan sering juga bertangan besi. Seorang pemungut cukai harus memenuhi target pajak yang ditetapkan, jika tidak terpenuhi mereka bisa kehilangan pekerjaan. Selain itu tidak jarang pemungut cukai bekerja sama dengan algojo atau tukang pukul untuk memaksa orang lain membanyar hutang-hutang pajak. Pokoknya di kalangan masyarakat umum mereka dikategorikan manusia pendosa berat.
Kehadiran Yesus yang bersahabat dengan pemungut cukai mendapat sorotan yang tajam dari publik, bahkan sangat mengecewakan bagi sebahagian orang bahkan ini dasar kaum Farisi menyerang popularitas Yesus. Yesus sangat bersahabat dengan pemungut cukai, berkenan singgah dirumah Zakeus bahkan mesalah satu dari muridnya adalah pemungut cukai. Yesus bersahabat dengan pemungut cukai hendak membuktikan kebenaran: opini publik tak selamanya menjadi kebenaran. Yesus hendak menjelaskan jangan menghakimi semua orang dengan premis umum. Pengakuan Zakheus menunjukkan suatu kekeliruan besar, tak semua pandangan umum itu berlaku umum.
Lebih dalam lgi dari doa pemungut cukai ini; Yesus hendak mengajarkan kaaih karunia bukan karena kemampuan kita dihadapan Allah namun pengaluan kelemahan dan dosa kita dihadapanNya. Inilah kesombongan doa Farisi: budi baiknya dianggap menjadi dasar kedekatannya kepada Tuhan. Namun pemungut cukai, berdoa dengan kesadaran bahwa dirinya tak layak dihadapan Allah, hanya belas kasihan dari Tuhan. Farisi berdoa didasari kesombongan rohani, merasa telah melakukan apa yang diperintahkan Tuhan sehingga dia lebih benar dari semua orang. Justru sokap demikian yang tidak dibenarkan. Yesus membenarkan doa orang pemungut cukai: YA, Tuhan Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Liturgi-liturgi pengakuan dosa kita menjadi agenda yang baku dalam liturgis gereja: kita senantiasa berdoa di dalam kerendahan hati dan memohon pengampunan atas dosa kita dihadapan Allah.
Sahabat yang baik hati! Renungan di pagi hari ini mengundang sikap merendahkan diri dihadapan Allah. Jangan menghakimi orang lain dari opini publik, seolah seseorang paling berdosa dan tidak berguna padahal hidup mereka lebih mulia. Mari tetap merendahkan diri di hadapan sesama dan di hadapan Allah karena hidup ini adalah kasih karunia Tuhan.
#pdt nekson m sjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar