LIDAH SEORANG MURID
Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, matilah mengambil waktu sejenak untuk berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan sebagai sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita. Sabtu 03/04/2017
Yesaya 50:4 (TB) Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
Isaiah 50:4 (UKJV) The Lord GOD has given me the tongue of the learned, that I should know how to speak a word in season to him that is weary: he wakens morning by morning, he wakens mine ear to hear as the learned.
Jika kita ditanya apakah ciri seorang murid? Tentu belajar, gali ilmu, displin dan taat pada guru. Semua itu dilakukan untuk menimbah ilmu dan ilmu yang didapatkan kelak dapat berguna membangun diri dan beeguna bagi orang lain. Ada konsep yang keliru memahami pendidikan di Indonesia, pendidikan seolah mendapatkan ijazah dan syarat melamar pekerjaan. Dampaknya orang berlomba-lomba beli sertifikat kesarjanaan hingga doktoral. Dari falsafah pendidilan tidak ada gunanya lembaran sertifikat, namun manfaat ilmu yang digali untuk membangun diri dan pengabdian kepada masyarakat. Apa artinya deretanngelar di depan dan belakang nama namun kapasitas tak ada. Syukurlah bagi orang percaya hal ini diingatkan agar kita mengembangkan diri bagai seorang murid karena kita diberi lidah seorang murid.
Lidah seorang murid, suatu istilah yang dipakai oleh Yesaya dalam misi yang diemban oleh Hamba Allah. Menjadi seorang hamba Allah harus menempa diri menjadi seorang murid tang mengasah pendengar. Murid kebanggaan biasanya akan rajin belajar dan displin. Murid diterjemahkan dari kata disciple, dari kata inilah turun katan displin. Jadi murid harus displin. Displin untuk belajar, displin dalam mengelola waktu dan hal-hal yang membangun diri.
Ada beberapa catatan menarik dari renungan hari ini tentang lidah seorang murid. Pertama, missinya belajar adalah untuk melayani dan mengabdi untuk orang lain. Dia mengasah diri agar mampu membawa kesejukan bagi orang yang lelah, memberi semangat baru bagi orang yang letih lesu. Bagaimana itu bisa terjadi? Dengan mempertajam pendengaran. Ibarat teko, tak mungkin teko yang kosong memberikan kesejukan. Teko itu harus berisi air baru dia pun akan dapat mengisi gelas-gelas kosong yang hendak diteguh orang yang haus. Demikian dengan spiritualitas seorang hamba Tuhan, harus mempertajam pendengaran, pendengaran akan firman Tuhan yang mengisi spirtlitualitasnya. Selalu mengisi diri dengan firman sehingga sumbernya tak pernah kering untuk menyampaikan siraman rohani yang menyegarkan.
Lidah seorang murid, mengapa tidak lidah seorang guru yang cakap mengajar dan orator ulung yang pandai berkata kata meyakinkan orang? Pelayanan bukanlah soal kata-kata, atau kemampuan meyakinkannorangblain namun soal mendengarkan dan mendalami firman dan firman itu bekerja untuk membangun iman. Iman timbul karena pendengaran akan firman (Rom 10:17).
Kita adalah murid-murid Tuhan Yesus yang selalu haus akan firman karena firman adalah sumber kehidupan. Jadilah murid yang setia mengikuti jejak kaki Yesus, membawa kesejukan bagi yang penat dan semangat baru bagi orang yang letih lesu agar memperoleh pengharapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar