Sahabat yang baik hati, marilah mengambil waktu sejenak untuk berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan sebagai sumber kekuatan, inspirasi dan motivasi bagi kita. Selasa, 13/06/2017.
Ayub 5:8-9 (TB) Tetapi aku, tentu aku akan mencari Allah, dan kepada Allah aku akan mengadukan perkaraku.
Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya;
Job 5:8-9 (UKJV) I would seek unto God, and unto God would I commit my cause:
Which does great things and unsearchable; marvellous things without number:
Benarkah apa yang ditabur orang itu yang dituai? Secara umum orang sering memahami tabur tuai ini dalam menelisik ziarah kehidupan. Nasihat ini memang benar untuk menasihati kita menjauhkan diri dari perbuatan jahat atau fasik pandangan seperti itu sangat benar dan tepat. Namun dalam melihat penderitaan yang dialami seseorang kita mesti hati-hati; karena tidak semua penderitaan yang dialami oleh manusia merupakan buah dari perbuatan atau akibat dosa dan kesalahannya sendiri. Ada penderitaan yang dialami seseorang bukan karena kesalahan sendiri namun agar kehendak Tuhan nyata atas kehidupan seseorang. Inilah kehadiran kitab Ayub. Penderitaan harus dijalani dengan tabah, karena Tuhan akan memberi kekuatan dan kemenangan diakhir jalan.
Dalam renungan pagi ini ada sahabat Ayub, bernama Elifas setelah melihat kesengsaraan yang dialami oleh Ayub dia mencoba memberikan saran kepada Ayub agar berseru kepada Tuhan dalam semua kesusahannya. Saran itu didasari atas asumsi atau prasangka penderitaan Ayub adalah buah perbuatannya. Selanjutnya Elifas menasihatkan agar Ayub memeriksa lagi apa betul Ayub tak bersalah dalam hidupnya sehingga harus mengalami derita yang tak terkatakan ini. Elifas yakin bahwa jika kita mencari Tuhan dan berseru kepadaNya Tuhan pasti menolong. Tuhan itu maha kuasa dan tak akan membiarkan orang dikasihiNya menderita. Tuhan penuh kuasa dan mampu melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di mata kita. Apa yang disampaikan oleh Elifas ini benar adanya dan itu dapat kita lihat dalam perjalanan kehidupan umat Allah. Ketika mereka sengsara dan ditindas bangsa asing mereka berseru-seru memohon pertolongan Tuhan. Tuhan pun mendengar doa umatNya dan mengutus para hambaNya membebaskan umatNya. (Band Musa dan Hakim-hakim).
Ayub masih menerima bahwa kita harus percaya akan kemahakuasaan Allah dan senantiasa mencari Tuhan. Dan dalam penderitaannya itu pula Ayub mencari Tuhan. Jalan Tuhan sungguh jauh tak terselami, kita tidak dapat memastikan apa rencana Tuhan dalam hidup ini sebagaimana dialami oleh Ayub. Namun waktu akan menjawab apa rencana Tuhan dalam setiap masalah membutuhkan kesabaran dan ketabahan. Namun hal menilai penderitaan Ayub sungguh tidak berterima karena penderitaan Ayub bukanlah karena kutuk atau balasan Tuhan atas dosa dan pelanggarannya. Ayub sungguh tak bersalah, namun Ayub juga menunjukkan selain tidak bersalah dia tetap setia kepada Tuhan. Dalam penderitaannya Ayub masih mencari Tuhan. Ayub percaya akan kemahakuasaan Tuhan dalam hidup manusia termasuk ketika menjalani penderitaan. Penderitaan itu ada karena kehendak Tuhan, dalam keluh yang terdalam bukan menyesali Tuhan, namun menyesali diri kenapa harus lahir ke dunia ini (3:1dst)
Seorang Rabbi Yahudi bernama Harold Khusner menulis buku yang sangat terkenal: WHEN BAD THINGS HAPPEN TO GOOD PEOPLE. Ini pengalamannya melepaskan anaknya yang menderita sakit langka satu dari sejuta kasus penyakit. Anaknya Aaron harus meninggal di usia 14 tahun. Apa dosa anak seusia itu sehingga harus mengalami sakit genetik yang langkah? Anjuran Harold Khusner dalam buku ini: kita tidak menentukan hidup ini bahagia atau menderita, tugas kita adalah menjalani kehidupan yang ditentukan Tuhan. Tuhan sendiri menentukan akhir dari perjalanan hidup kita. Dalam setiap penderitaan dan pergumulan benar kita harus mencari kehendak Allah, apa rencana Tuhan dalam segala apa yang kita alami.
Mencari Tuhan dalam setiap keadaan yang kita alami adalah satu potensi yang dimiliki oleh orang percaya. Kita tidak mengutuki diri kita atas penderitaan yang kita alami, namun berseru dan mencari kehendak Tuhan. Kita berkewajiban mendorong orang agar lebih percaya kepada Tuhan dalam segala pengalaman pahit. Namun jangan sampai menghakimi orang yang mengalami penderitaan karena tidak berseru kepada Tuhan apalagi menghakiminya sebagi buah dari perbuatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar