Sabtu, 08 April 2017

TUHAN MENOLONG AKU

Selamat Hari Minggu dan selamat memasuki minggu Palmarum! Sungguh indah berharga sekali nats kotbah minggu ini bagi kita yang tertulis dalam Yesaya 50:4-9. Firman ini mengajarkan kita kepada ketaatan Hamba Tuhan yang menderita dalam melaksanakan pengutusan. Beberapa pelajaran berharga dari kotbah ini, antara lain:

1. Lidah seorang murid. Jika anda masuk di kampus STT HKBP Pematangsiantar, salah satu tulisan yang di Aula kampus favorit ini di dinding dalam sebelang kanan tertulis satu kalimat barbahasa Yunani dari Yesaya 50:4. Menurut penuturan Pdt  Dr BH Situmorang (+) nata ini merupakan salah satu nats terindah dalam sayembara nats Alkitab untuk hal pengajaran. Maklum karena kampus adalah tempat belajar.  Nata itu dilukis dengan indah dan menarik mata. Tentu tulisan ini hendak berpeaan agar setiap orang yang duduk di aula tersebut ketika ibadah, seminar, mendengar ceramah dan aktifitas lainnya nats ini terus mengingatkan hal lidah seorang murid.

Mengapa harus lidah seorang murid, mengapa bukan lidah seorang guru yang cakep mengajar misalnya? Lidah seorang murid adalah kesediaan dan kesungguhan untuk belajar; rajin, kerja keras, displin dan memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, pandangan dan falsafah kehidupan sebagai bekal dalam pelayanan. Dalam hal ini pendidikan untuk memberikan semangat baru dan kelegaan bagi yang letih lesu.

Kebutuhan lidah seorang murid dilengkapi dengan telinga yang tajam untuk mendengar. Seperti Samuel, yang senantiasa tajam mendengar ketikan Tuhan memanggilnya. Sekalipun tidur lelap namun telinganya tajam mendengarkan ketika Tuhan bersabda. Dalam tidur yang lelap pun dia berseru: berbicaralah Tuhan sebab hambamu telah siap untuk mendengar.  Pendengaran seorang murid adalah tajam untuk mendengarkan Firman Tuhan.

Mendengar bukan saja hanya mendengar ansih sepeti mendengarjab mata pelajaran namun mendengar dalam arti luas yaitu peka dan peduli terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Mau mendengar adalah keualitas pribadi yang unggul karena bukan hendar didengar tetapi mendengar dan memahami orang lain. Sadar akan konteks sehingga kita terpanggil untuk melakukan sesuatu menurut kehendak Allah.

2. Rela Berkorban. Nubuatan Yesaya ini akan hamba yang menderita persis seperti yang dialami oleh Yesus di jalan sengsara. Memberi punggungnya dipukul, pipinya untuk ditampar dan tak menghindar dari segala kebencian yang dituduhkan padanya. Dia rela menjalani semua kesengsaraan ini untuk menyelamatkan dunia dari kebencian, kekejaman, kekerasan dan kematian agar memasuki suatu era baru dalam damai sejahtera dan kehidupan.

Rela berkorban ini mengingatkan kita akan makna kehadiran Yesus di Yerusalem. Dia dieluelukan oleh orang banyak: meletakkan daun palma di jalan-jalan menyambut mesiasnya dan berseru: hosanna! hosanna Pekik deru yang bergemuruh untuk apa menyambut Yesus. Namun pujian dan sambutan hormat ini tak lama, segera sesudah itu suasana berubah berseru: salibkan Dia, salibkan Dia!  Yesus sudah tahu bahwa waktunya sudah tiba bahwa Anak Manusia menjalani jalan sengsara untuk menyelamatkan manusia. Sebagaimana nubuatan firman ini Yesus menjalani semua missi menurut kehendak Allah serta taat menjalani: proses hukum yang lalim, vonnis hutang nyawa bagi terdakwa yang tak bersalah karena Pilatus lebih takut kehilangan jabatan sekalipun dia berkata atas penyelidikan tidak ada kesalahan. Yesus menjalaninya via dolorosa yang penuh sengsara hingga Golgata pengorbanan diri untuk menebus dosa.

3. Tuhan menolong aku. Dari semua penderitaan dan kesengsaraan yang dijalani, hamba Allah yang menderita tak ada niat untuk memohon grasi atau permohonan keringanan hukuman atau usaha lainnya dari penguasa atau dari sekeliling orang-orang yang mengerumuni kesengsaraannya. Namun semuanya dijalaninya dan hanya berpengharapan pada Tuhan. Hanya Tuhanlah yang menolongnya dalam semua derita ini. Tuhan sendiri penolong yang setia dan pertolongannya tepat pada waktunya.

Penguasa dunia ini bisa saja merencanakan apapun dalam kekuasaannya, seperti Pilatus dalam peradilan lalim; melakukan penindasan sehingga orang-orang yang tidak bersalah akan mengalami kesengsaraan. Namun ayat 9 ini mengingatkan kita bahwa kekuasaan seperti itu akan memburuk dan waktunya akan cepat berlalu karena ngengat akan memakannya. Maka jika diperlakukan tidak adil dan seolah waktu ini membiarkan kita menjalani masa-masa sulit jalanilah dalam pengharapan. Penderitaan atas kekejaman dunia akan segera berlalu namun pertolongan Tuhan menghantarkan kita pada kebahagiaan yang akan abadi.

Selamat hari minggu palmarum bagi kita semua

Pdt Nekson M Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...