HILANGNYA KEPEDULIAN DARI KALANGAN MAPAN
Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah mengambil waktu sejenak untuk berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan di pagi hari ini Sabtu, 08/04/2017 dari
Amos 6:6 (TB) yang minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf!
Amos 6:6 (UKJV) That drink wine in bowls, and anoint themselves with the chief ointments: but they are not grieved for the affliction of Joseph.
Ada ungkapan dalam bahasa Batak tentang peringatan penyesalan: "tinallik bulung siupi pinarsaung bulung siala, unang sumolsol di pudi sipasingot na soada." Inti ungkapan dimaksud adalah: Jangan menyesali keadaan kelak, karena berbagai nasihat dan peringatan sudah disampaikan. Ungkapan ini sejajar dengan ungkapan dalam bahasa Indonesia: menyesal tua tiada guna. Ungkapan ini tentu ditujukan bagi setiap orang agar tidak menyesali perbuatannya. Siapa yang tidak kesal sudah ada peringatan namun tak diindahkan, jika hal buruk terjadi janganlah menyesali keadaan, sudah berulang kali diberi peringatan dan nasihat namun tak diindahkan. Gambaran seperti inilah yang disampaikan oleh nabi Amos yang hidup pada masa-masa akhir Kerajaan Israel Utara. Dia menyampaikan berbagai peringatan dan hukuman yang hendak menimpa umat Israel, namun tak diindahkan dan digubris oleh pemangku kebijakan dan umat itu sendiri. Telinga terhadap peringatan dan kotbah2 nabi Amos tertutup tak bergeming. Inilah kejengkelan nabi Amos yang disampaikan dalam pasal 6 berisi hukuman.
Untuk mengetahui isi hukuman itu bacalah keseluruhan pasal 6 ini, kita akan menemukan bagaimana pedasnya kritik nabi Amos kepada orang-orang yang hidup dalam kemapanan atau zona nyaman. Kritik pertama adalah bagi mereka yang hidup dalam zona nyaman dan kemapanan nampaknya tidak mengindahkan dampak dari ketidak adilsan sosial. Kotbah dan penglihatan Amos diabaikan, mereka menyebut aman dan damai, tidak ada bahaya dan negeri aman-aman saja padahal ancaman diatas kepala. Seperti awan hitam dan berat pertanda hujannsegera turun namun mereka mengabaikan hujan takkan turun. Mereka terus menikmati keadaan mapan dari istana, raja menetapkan pajak terlalu tinggi sehingga memberatkan rakyat dan semakin sengsara, mereka yang memiliki rumah dari beton tidak peduli akan realitas kemiskinan di sekitarnya. Dalam pikiran mereka hanya menikmati anggur kebahagiaannya dan fasilitas jabatannya tanpa pedulu nasib rakyat yang makan atau dirundung duka.
Sasaran kritik Amos adalah mereka di lingkaran kekuasaan; yaitu "yang minum anggur dari bokor" (semacam cawan) atau piala. Yang memiliki tempat minuman seperti itu tentu mereka yang hidupnya makmur. Istilah kedua adalah Mereka yang "berurap dengan minyak" adalah para pemangku kekuasaan, pejabat yang dilantik untuk jabatan2 disekitar istana. Apa kesalahan mereka-mereka ini? Mereka tidak mementingkan bangsa, mereka tidak peduli kesengsaraan masyarakat dan mereka tidak peduli akan hancurnya keturunan Yusuf. Yusuf adalah anak Yakub, dia memiliki dua anak yaitu: Manasye dan Efraim (Kej 48:1). Manasye dan Efraim memiliki sejarah khusus di kalangan suku-suku Israel, terlibat dalam mendukung Daud menggulirkan Saul, namun akhirnya juga bergabung dengan Israel Utara melawan Rehabeam. Pada zaman nabi Amos menyebutkan Kehancuran keturunan Yusuf mengkin merujuk pada ancaman Assyur yang telah menangkap Manasye. Baca 2 Tawarikh 33:11 (TB) Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel.
Siapa yang peduli? Sungguh tidak ada solidaritas dan kepedulian. Orang2 yang berada di lingkungan kemapanan hanya mementingkan diri sendiri tak peduli lagi dengan anak-anak bangsa yang sengsara mereka tidak berduka atas kesengsaraan saudaranya sendiri. Namun bukan hanya Manasye menjadi korban, tahun 720 Israel Utara ditawan Assyur, mereka diangkunle pembuangan jajahan Assyur hingga kehilangan identitasnya sebagai umat Allah. Israel Utara tinggal kenangan akhirnya mereka disebut dengan Samaria. Dalam jajahan Assyur mereka kemudian kawin campur dan dianggap hidup synkrites serta kehilangan identitas. Ini alasan Yahudi sangat membenci Samaria, tentu ditambah dengan persinggungan sejarah yang kurang baik pula.
Apa yang disampaikan oleh Amos adalah siapa yang lebih sakit, mereka yang mapan dan hidup dilingkaran kemakmuran setelah ditawan oleh Assyur? Tiada pwsta yang tidak berakhir. Pesta mereka telah berakhir, musik gambusnya telah berhenti. Mereka yang menikmati kemapanan dan kemakmuran selama ini akan menjadi pemimpin barisan dalam tawanan dalam pembuangan bangsa asing. Sungguh pahit.
Renungan di pagi ini menyapa kita: apapun keadaan kita; hidup sederhana atau hidup berkecukupan, menikmati anggur atau kopi teh, berjabatan atau tidak tetaplah peduli sesama, emphati merasakan penderitaan orang lain dan rendah hati. Jabatan adalah amanah mari lakukan dengan penuh tanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar