Kamis, 13 April 2017

HENTIKAN KEKERASAN:Refleksi Jumat Agung

Selamat Merayakan Jumat Agung!
Mengapa disebut perayaan apa tudak lebih baik peringatan? Bukankah peryaaan itu pesta meriah atau syukuran? Bukankah ini suatu hal yang terbalik apalagi mengenang sengsara Yesus. Yesus yang mengalami duka dan penderitaan terpahit hingga mati di Kayu Salib kita rayakan? Ini bukan hanya peringatan namun perayaan karena kita merayakan sejarah keselamatan melalui peristiwa salib.

Peristiwa Jumat Agung memang memiliki dialektika disatu sisi kita berkabung atas perlakuan kekerasan, geram melihat siasat kaum ulama Yahudi yang membawa kasus Yesus dalam penistaan Agama dan hukum Pilatus yang mendakwa mati orang yang bersalah ditambah beberapa perlakuan sadis dari khalayak ramai yang memikul, mencambuk, meludahi hingga mengolok-olokan Yesus. Tiga tahap sengsara Yesus di Junat Agung: Gababatha (peradilan), Via Dolo Rosa (jalan sengsara memikul salib) dan Giolgatha (penyaliban). Melihat semua itu tentu kita berkabung dan menghukum diri atas korban yang tak berdosa oleh kekerasan dunia. Namun di sisi lain korban kekerasan dunia bukanlah hanya aspek penderitaan ansih, namun pengorbanan Yesus di kayu salib adalah jalan yang disediakan oleh Allah untuk menyelamatkan dunia. Disinilah orang beriman melihat sisi lain dari yang dilihat dunia. Bagi anti Yesus tentu peristiwa Jumat Agung menjadi kemenangan mereka yang menghentikan pelayanan Yesus dalam hidupNya. Namun bagi orang beriman melihat salib sebagai pemenuhan Allah menyelamatakan dunia.

Jumat Agung adalah peristiwa dalam sejarah dunia. Hari ini seluruh dunia mencatat libur untuk mengenang peristiwa salib. Bagi saya peristiwa jumat Agung ini membawa kita pada refleksi:

1. Hentikan kekerasan!
Ajakan Jumat Agung ini bagi seluruh umat adalah menghentikan kekerasan. Mungkin  anda seperti saya: sejak memasuki passion telah banyak menerima pesan lewat medsos gambar dan vidioshoot ttg penderitaan Yesus yang berlumuran darah. Tak tahan kita melihatnya karena sadisnya dan kejamnya kekerasan yang dibebankan pada Yesus. Inilah kekerasan kekajaman dunia ini. Yesus tekah menjadi korbannkekerasan, kerelaannya menjadi korban kekerasan hendaknya semua orang mengelus dada dan berniat untuk tak melakukan kekerasan dan mengorbankan orang lain dalam hidup ini. Arus berpikir mencapai tujuan sendiri dengan mengorbankan orang lain harus kita hentikan, justru jumat Agung ini mengajak kita untuk berkorban agar dapat mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain. Dunia ini akan penuh damai jika semua pribadi meneladani  pengorbanan Yesus Kristus.

2. Dunia menawarkan Anggur Asam. Yesus adalah air hidup, memberikan air hidup yang sejuk dan memuaskan dahaga setiap orang, namun apa yang diterimanya? Di Golgatha Yesus disuguhi anggur asam. Inikah balasan dan seluruh kebaikannya selama ini? Tangan Yesus selama ini memberkati dan menyembuhkan banyak orang namun apa yang diterimanya hari ini adalah menerima pukulan dari tangan orang yang dipenuhi kebencian, tubuhnya harus menerima cambukkan dari tangan-tangan algojo yang haus darah. Bukankah dari mulut Yesus keluar kotbah yang menyejukkan, berkat dan pengajaran akan hal-hal kerajaan sorga, mendidik dan menginspirasi mereka memaknai hidup? Namun hari ini dari mulut orang2 yang dipenuhi kebencian, keluar kata mengumpat, kutukan dan kekerasan verbal. Tuhan Yesus memberikan kebaikan namun dunia membalasnya dengan anggur asam.

3. Peran apa anda dalam peristiwa salib? Banyak tokoh yang terlibat dalam peristiwa salub: Latus yang lebih mengutamakan jabatan dari kebenaran. Para ulama yang pintar memainkan ayat-ayat suci hingga Yesus didakwa penghasut Agama Yahudi. Parjurit yang keji yang haus darah dan bahagia rasanya menyiksa orang, orang banyak dengan seruan-seruan sinis serta murid-murid yang ketakutan bahkan diantaranya tega membuat kesaksian tak mengenal guruNya. Inilah tokoh2 menjadi saksi sejarah Jumat Agung. Dalam perayaan jumat kini figuran mana yang kita perankan dalam hidup ini? Realitas yang terjadi dalam kehidupan di sekitar kita masih banyak korban ketidak adilan, kekerasan, duka dan air mata oleh ulah dan perbuatan sesama.

Semoga kita bukan hanya orang yang termenung melihat semua drama kekerasan ini. Tetapi bersyukur atas keselamatan yang diberikan oleh Allah melalui salib dan beranjak mengambil peran untuk membawa damai bagi setiap orang.

Refleksi kotbah minggu ini dari
Markus 15:22-41

Salam Jumat Agung:
pdt nekson m simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEKUASAAN DAN KERAJAAN ALLAH KEKAL

  Kotbah Minggu Akhir Tahun Gerejawi - Peringatan Orang Meninggal Minggu, 24 Nopember 2024 Ev. Daniel 7:9-14 KEKUASAAN DAN KERAJAAN ALLAH YA...