Senin, 28 Juni 2021

HIDUP TAPI SESUNGGUHNYA SUDAH MATI

 FIRMAN TUHAN SUMBER HIDUP

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi

Selasa, 29 Juni 2021


HIDUP TAPI SESUNGGUHNYA MATI


Selamat Pagi! Sahabat yang baik hati, marilah menggunakan waktu sejenak di pagi hari ini untuk berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan.


Wahyu 3:1 (TB)  "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!


Revelation 3:1 (RWV)  And to the angel of the church in Sardis write; These things saith he that hath the seven Spirits of God, and the seven stars; I know thy works, that thou hast a name that thou livest, and art dead.


Hidup tetapi sesungguhnya sudah mati? Apa artinya ini? Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jemaat Sardis. Mereka ada tetapi iman dan missi gereja itu sesungguhnya sudah tidak ada lagi. Mereka tidak setia di dalam iman, tidak bertahan dalam penderitaan dan larut dalam situasi dunia yang menerpa mereka. Sekalipun demikian, kitab Wahyu mengingatkan bahwa siapa yang bertahan dan setia dengan tidak melunturkan tangannya kepada kecemaran namanya akan tertulis dalam buku kehidupan. Lambang 'pakaian putih' (Wahyu 3:5) sangat berarti bagi suatu kota yg terkenal karena perdagangan pakaiannya: mereka yg tetap setia dan berjaga akan dihiasi demikian untuk mengambil bagian dalam kemenangan Tuhan mereka.


Dimanakah itu kota Sardis?  Sardis adalah ibu kota Lydia di Kerajaan Romawi, sekarang Turki Asia. Kota ini makmur dan banyak kemewahan namun pada akhirnya hilang tak berbekas. Persekutuan Kristen purba di Sardis terpengaruh oleh semangat kota itu, menggantungkan kepada reputasi masa lampau tanpa keberhasilan masa sekarang. Dan gagal, seperti kota itu pernah dua kali gagal, kemudian belajar dari masa lalu serta menjadi waspada. Jemaat Kristen ada disana, namun mereka tidak lagi mengikuti imannya. Persekutuan mereka tidak benar-benar hidup dalam panggilan iman. Mereka hanya mengakui Kristus namun tidak menghidupi imannya. Itulah sebabnya kita Wahyu menjelaskan mereka ada namun sesungguhnya telah mati. 


Apa yang terjadi di Sardis ini menjadi peringatan akan gereja-gereja di masa kini. Persekutuan jemaat Sardis hanya tinggal kenangan, mungkin seperti Firaun yang hanya tinggal Mummi, atau kebesaran Babelonia namun hanya puing. Tinggal nama dan kenangan.  


Bagaimana gereja mensiasati pengalaman jemaat Sardis ini? Gereja harus membekali jemaat untuk mengisi kehidupan iman dan menanamkan benih iman dari generasi ke generasi. 


Pertama, kemakmuran dan kemegahan yang dianugerahkan harus dipergunakan untuk merancang masa depan yang baik. Sardis kota mewah, namun persekutuan jemaat ikut pada kemewahannya. Akhirnya saat kota itu runtuh maka runtuh pula persekutuan jemaat disana. Mungkin benar apa yang dirancang oleh Yusuf di Mesir,  masa kemakmuran menjadi kesempatan untuk mengatasi masa kesulitan yang akan datang. Artinya jangan takabur dalam keberhasilan, tetaplah merancang masa depan.


Kedua, memiliki daya tahan atau kekuatan menghadapi penderitaan. Penderitaan bukanlah dosa atau kutukan Tuhan tetapi masa dimana iman dibuktikan. Ada memang ajaran-ajaran yang seolah menghindari penderitaan, penderitaan dianggap sebagai kutukan atau hukuman Tuhan. Disini harus ada daya tahan orang percaya menghadapi situasi sulit. Semakin dibabat semakin merambat, semakin dijepit akan melejit. 


Daya tahan (resistensi) terhadap penderitaan ini dilakukan oleh teolog pembebasan seperti Marthin Luther King dengan semboyan:  "We shall overcome" dan telah menjadi lagu yang menyemangati mereka menghadapi penderitaan dan ada harapan kelak mereka akan melampauhinya.

We shall overcome,

We shall overcome,

We shall overcome, some day.

Oh, deep in my heart,

I do believe

We shall overcome, some day.


Ketiga, Iman itu ada di dalam hati manusia, karena itu kesetiaan hati. Pembinaan rohani jauh lebih penting dari pembangunan luar. Seperti perumpamaan Tuhan Yesus akan penabur, benih yang tumbuh baik itu adalah benih yang jatuh di tanah subur. Gereja adalah Missi mengolah hati manusia menjadi tanah yang baik untuk benih Firman Tuhan. Gereja adalah pembinaan hati orang percaya yang terus menerus membina warga jemaat menjadi ladang subur akan benih Firman Tuhan. Ini yang sering diabaikan oleh gereja, kemegahan bangunan gereja seolah cerminan pertumbuhan iman jemaat. Sardis telah menjadi contoh yang harus dipelajari. Jika ada bangunan gereja yang megah, namun orang yang beribadah kosong dan hati jemaat tak diisi dengan buah-buah kebenaran Injil, kritik yang sama dari penulis kitab Wahyu ini sama: hidup tetapi sesungguhnya sudah mati. 


Orang percaya harus seperti pohon dipinggir sungai, dia terus terhubung dengan sumber air hidup yaitu Yesus Kristus, daunnya tetap hijau, menumbuhkan ranting-ranting dan musimnya berbuah (Band Maz 1:3).


Sahabatku, Tuhan memberkati saudara dengan melimpahkan segala kebaikan dalam hidup saudara. Amin


Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGUCAP SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA TUHAN

 Kotbah Minggu Setelah Natal MINGGU, 29 Desember 2024 Ev. 1 Timotius 1:12-17 MENGUCAP SYUKUS ATAS KASIH KARUNIA TUHAN Selamat Hari Minggu! M...