Kamis, 03 Juni 2021

BERLINDUNG PADA ALLAH

 https://www.facebook.com/216559085082832/posts/5637274816344538/?sfnsn=wiwspmo

FIRMAN TUHAN SUMBER HIDUP

Kekuatan, Inspirasi dan Motivasi

Jumat, 04 Juni 2021


“BERLINDUNGLAH PADA ALLAH!”


Mazmur 16:1 (TB)  Miktam. Dari Daud. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. 


Psalms 16:1 (KJV)  Preserve me, O God: for in you do I put my trust.


Ada satu lagu rohani yang berjudul: A shelter in the time of storm (Gunung Batu Perlindungan) yang ditulis oleh pengarang lagu bernama Vernon J. Charlesworth seorang Pendeta Inggris. Lagu ini digubah oleh Ira D.Sankey pada tahun 1885. Dalam bahasa Indonesia dituliskan dalam Buku Kidung Jemaat No.440 “Di badai topan dunia” dengan lirik sebagai berikut: 

Di badai topan dunia Tuhanlah Perlindunganmu; 

Kendati goncang semesta, Tuhanlah Perlindunganmu! 

Ya Yesus Gunung Batu di dunia, di dunia, di dunia; 

Ya Yesus Gunung Batu di dunia, tempat berlindung yang teguh


Lagu “Di badai topan dunia” merupakan salah satu lagu favorit para nelayan di pantai utara Inggris. Para nelayan sering menyanyikan lagu ini pada musim badai, dimana lautan sangat berombak dan terjadi badai yang dasyat. Meskipun demikian, para nelayan harus tetap pergi mencari ikan demi menyambung hidup. Di tengah badai lautan, mereka menyaksikan bahwa Tuhan menjadi batu karang tempat perlindungan yang teguh bagi mereka. Mereka menyaksikan bagaimana Tuhan setia memimpin dan melindung mereka dari bahaya di tengah lautan dan badai, sehingga mereka selamat dan dapat pulang bertemu dengan keluarga mereka masing-masing.


Demikian juga dengan kita, sebagai orang percaya sudah menjadi kewajiban kita untuk percaya kepada pertolongan Allah, karena kita telah menyaksikan perbuatan-perbuatan ajaib Allah kita. Daud dalam nas ini juga menyampaikan seruan doanya kepada Allah, agar Allah senantiasa menjaganya dan ia juga menyaksikan bahwa hanya kepada Allah saja ia berlindung. Apakah yang terjadi dalam hidup Daud sehingga ia berkata demikian?  Daud  sedang menghadapi berbagai pergumulan dan ancaman dari musuhnya yang menginginkan kecelakaan bahkan kematiannya. Dalam situasi yang penuh dengan pergumulan tersebut, Daud tidak mengeluh dan tidak berputus asa. Daud terlebih dahulu memilih untuk menyerahkan segala pergumulan hidupnya kepada Allah saja. Dalam nas ini Daud sedang bermiktam (Miktam dalam bahasa Ibrani: מִכְתָּם artinya: tulisan/prasasti yang berisikan nyanyian atau disebut juga Mazmur emas). Daud bernyanyi bukan hanya pada situasi bergembira saja seperti orang lain pada umumnya. Tetapi, dalam situasi berdukacita dan pergumulan pun Daud senantiasa bermiktam/bernyanyi. Nyanyian Daud ini berisikan doa permohonan, kesaksian dan ucapan syukur ke hadapan Allah Sang Pencipta. 


Melalui Mazmur emas dari Daud ini, Daud menyaksikan kasih setia Allah dalam hidupnya dan kita juga mendapatkan suatu pelajaran berharga, yaitu:


a. Berserulah kepada Allah!

Yang menjadi pertanyaan dan perenungan bagi kita sekarang, kepada siapakah kita berseru ketika menghadapi berbagai pergumulan hidup ini? Apakah kita segera berseru kepada orang-orang kuat, orang kaya, dan yang kita anggap berkuasa membantu kita keluar dari pergumulan hidup yang kita hadapi? Siapa dan apakah yang kita andalkan dalam hidup ini? Apakah kita hanya mengandalkan para penguasa, harta, uang dan jabatan duniawi semata? Tentu tidak. Semua itu hanya bersifat sementara. Persahabatan juga bersifat sementara. Ketika kita berbahagia, mungkin sebagian besar para sahabat akan mendekati dan bersenang-senang dengan kita. Namun, bagaimana ketika kita menghadapi berbagai beban hidup? Apakah mereka setia atau justru meninggalkan kita? Jadi, dunia ini bukanlah tujuan seruan kita. Hanya kepada Allah saja kita harus berseru dalam hidup ini. 


Hukum Taurat 1 berkata: Akulah Tuhan, Allahmu…jangan ada padamu allah lain di hadapanKu (Kel.20:1-3). Meskipun pada masa Daud telah terjadi penyembahan berhalak kepada ilah-ila atau dewa-dewa, Daud dengan integritas teguh menyaksikan bahwa ia sama sekali tidak mau berseru kepada ilah-ilah tersebut. Menyebut nama ilah-ilah tersebut adalah suatu kejijikan dan kekejian baginya. Ia memutuskan bahwa dirinya hanya percaya dan berseru kepada Allah saja. Daud mengetahui dan taat kepada Hukum Taurat Allah. Ia setia untuk tetap tunduk kepada Taurat Allah, terutama Taurat 1 dan 2. Bahwa setiap orang percaya memiliki kewajiban untuk percaya, tunduk dan taat kepada Allah saja. Itulah sebabnya kita terpanggil untuk berseru kepada Allah. Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku (Mazmur 50:15). Jadi, sekali lagi marilah kita berseru hanya kepada Allah saja, bukan kepada yang lainnya.


b. Berlindunglah kepada Allah!

Dalam nas ini, Daud menyaksikan bahwa Allah saja yang menjadi tempat baginya untuk berlindung. Daud berkata: “sebab pada-Mu aku berlindung”. Dalam Mazmur 62:6-9, Daud juga berkata: Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari padaNyalah harapanku! Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku, gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah…Percayalah kepadaNya setiap waktu…Allah adalah tempat perlindungan kita. 

Tidak hanya sekali atau dua kali Daud menyaksikan pertolongan Allah dalam hidupnya. Daud senantiasa menyaksikan kesetiaan dan pertolongan Allah dalam pergumulan hidupnya. Apapun yang terjadi dalam hidupnya, sukacita maupun dukacita, ia tetap berlindung kepada Allah semata. Daud pada zamannya menghadapi berbagai tantangan, ancaman dan musuh yang menginginkan kematiannya. Pada zaman sekarang apakah yang kita hadapi? Begitu banyaknya pergumulan hidup silih berganti dapat terjadi dalam hidup kita sehari-hari.


Penyakit, krisis ekonomi, beban hidup dan lain sebagainya dapat menjadi pergumulan bagi kita. Kepada siapakah kita berseru dan memohon perlindungan? Dunia ini sedang sakit, oleh karena Pandemi Covid 19 yang tak kunjung berakhir. Bukan hanya nyawa yang terancam, tetapi juga ekonomi, pendidikan, sosial, budaya dan berbagai sektor kehidupan juga menghadapi dampak dari pandemi ini. Apakah kita berputus asa? Tidak seharusnya kita berputus asa. Sebagai orang percaya, kita harus terlebih dahulu berseru kepada Allah Sang Pencipta serta memohon perlindungan dariNya. Kita yakin bahwa Allah senantiasa merencanakan yang terbaik dalam kehidupan orang percaya. Dia akan setia mendengar dan menjawab seruan kita. Dia senantiasa menjadi tempat perlindungan bagi kita. Jadi, marilah berseru dan berlindung padaNya. Amin.


Salam dari tim penulis: RN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...