Jumat, 17 November 2017

MELAKUKAN KEBAJIKAN BAGI YANG HINA BERBUAT BAGI TUHAN

Salam semua buat sahabat, disini saya posting Kotbah tgl 29 September lalu yang dimuat dalam Buku Kotbah Skeber UEM 2013. Semoga membantu kita untuk persiapak kotbah besok. Salam

MELAKUKAN KEBAJIKAN BAGI ORANG YANG HINA;
Bukti Religiositas Keberagamaan Orang Beriman
Keterangan Kotbah Minggu, 29 September 2013: Matius 25:34-40

Pendahuluan
“Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini , kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25: 40). Ayat ini merupakan pernyataan Yesus akan tugas dan tanggungjawab orang percaya terhadap sesama. Kwualitas hubungan dengan Tuhan dibuktikan dengan sikap dan perbuatannya terhadap sesama sesama manusia khususnya orang yang terabaikan dan dianggap hina serta lemah di tengah-tengah masyarakat. Perbuatan itu bukan sekedar dari buah moral atau tindakan karitatif semata namun sebagai praksis hidup yang semestinya dari pewaris janji keselamatan. Ini merupakan pertanyaan yang sangat penting karena pernyataan ini disampaikan di dalam konteks penjelasan akan penghakiman terakhir. Artinya melakukan tugas dan tanggungjawab terhadap sesama manusia menjadi habit dan sebagai bagian yang integral dari hidupnya, jika tidak semuanya sia-sia semata di hari Penghakiman kelak.

Melakukan kebajikan terhadap orang hina adalah tugas dan tanggungjawab orang beriman. Yesus menempatkan diriNya menjadi saudara-saudara orang yang hina dan papa. Melakukan sesuatu bagi mereka merupakan perbuatan baik juga kepada Yesus. Dalam konteks Injil Matius tugas keagamaan ini semacam ini sangat mendasar, karena Injil Matius ditujukan kepada jemaat yang berlatar belakang Yahudi. Tokoh agama seperti Farisi pada jaman Perjanjian Baru menekankan legalisme agama – ketaatan keagamaan dipandang sebagai ketaatan pada legalisme agama (aturan keagamaan) yaitu Taurat. Ini berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh Yesus yang mengajarkan Injil dengan mengangkat harkat dan martabat manusia tanpa mengabaikan Hukum Taurut.  Justru Yesus memenuhi hal yang paling essensi dari apa yang dituntut Hukum Taurat itu sendiri, yaitu: untuk pembebasan manusia seutuhnya. Dapat kita bandingkan dengan dialog Yesus dengan Farisi: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.  (Mrk 2:27 dan Mat 12:8).

Dua perumpamaan sebelum perikop kotbah minggu ini: pertama Mat 25: 1-13 ‘Gadis-gadis yang bijaksana dan bodoh’ dan Mat 25: 14-30 tentang ‘Perumpamaan talenta’ menjelaskan perihal sikap hidup yang bijaksana dengan mempersiapkan penantian penghakiman dengan persiapan menunggu kedatangan Mesias dan Sikap bijaksana dari orang yang menerima talenta dengan mengembangkan talenta yang diberikan dan dipercayakan Tuhan kepada kita. Penentuan terakhir bagi yang mewarisi Kerajaan Allah dijelaskan dalam kotbah Minggu ini bahwa semua manusia (segala bangsa) akan mempertanggungjawabkan sikap dan perbuatanNya di hadapan Anak Manusia; untuk memisahkan yang baik dan jahat, kebajikan dan kelaliman serta kepedulian dan kelalaian. Penentuan keputusan atas hidup manusia ditentukan oleh iman melalui kebajikan  yang dilakukan dalam hidupnya. Berkaitan dengan dua perumpamaan sebelum nats Kotbah minggu ini menegaskan bahwa setiap insan mempertanggungjawab semua sikap dan perbuatannya kelak di hadapan Anak Manusia – siapa pun itu. Tuhan adalah Maha Tahu dan Maha Adil yang menimbang setiap sikap dan perbuatan manusia dan menganuerahi upah atau menjatuhkan hukuman. Sebeleum penghakiman datang setiap insan melalui kotbah ini menyerukan kita semua untuk peduli terhadap sesama, mengangkat dan menghormati manusia yang hina, lemah dan papa.

1. Mempertanggungjawabkan Hidup – Menuju Panggilan Sorgawi
Andar Ismail penulis terkenal Seri Selamat pernah menganalogikan bahwa hidup ini adalah “serah terima”. Ibarat seseorang yang menyerah terimakan jabatan yang dipegang setelah tugas itu usai. Di akhir jabatannya dia akan memberikan laporan pertanggungjawaban dan akan menyerah terimakan seluruh tugas yang diembannya. Analogi ini sangat menarik jika kita perhadapkan dengan kehidupan ini.  Kita mesti menyadari bahwa hidup ini adalah pemberian Tuhan dan kelak setiap pribadi akan memberikan laporan pertanggungjawaban di hadapan Tuhan tentang apa yang kita katakan, lakukan dan perbuat sepanjang hidup.  Hidup ini bukanlah milik manusia tetapi anugerah (baca=pemberian Allah). Dia yang berhak memberi dan Dia pula yang berhak mencabutnya dari manusia.

Penghakiman terakhir salah satu bagian dari pengakuan iman Kristen. Kita percaya dan mengakui bahwa Kristus  akan datang kelak untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Yesus sendiri menjadi hakim atas seluruh bangsa dan mengadilinya sesuai dengan perbuatannya. Ini adalah penghakiman universal atas semua bangsa semua orang akan dipanggil pribadi lepas pribadi mempertanggungjawabkan hidupnya. Penghakiman terakhir ini sekaligus menentukan hukuman dan upah bagi pewaris Kerajaan Sorga. Istilah yang dipakai dalam perikope ini adalah menentukan di sebelah Kanan atau Kiri atau memisahkan domba dari kambing.  Pewaris Kerajaan Allah akan ditempatkan di sebelah Kanan sedangkan lainnya akan ditempatkan di sebelah kiri untuk menerima hukuman. Ini menunjukkan peran Kristus sebagai hakim akan menentukan siapa kelak yang mewarisi Kerajaan Allah. Sedangkan istilah memisahkan antara domba dan kambing merupakan ungkapan pemilihan perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang. Tidak begitu jelas apa arti penempatan istilah itu, namun beberapa komentar tentang ayat ini menunjukkan bahwa kawanan domba yang dimaksud adalah pengikut Kristus yang mengikuti sang Gembala yang Baik atau saudara-saudara Yesus yang melakukan kehendak Allah di dalam hidupNya. Sebaliknya istilah kambing adalah yang memperoleh hukuman, yakni mereka yang tidak percaya dan yang tidak mengikuti sang Gembala Baik.

“Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Ay 34). Inilah upah yang diberikan bagi pewaris Kerajaan Allah. Allah telah menyediakannya sejak permulaan bahkan sebelum dunia dijadikan. Inilah rancangan janji keselamatan Allah sejak awal bagi orang percaya. Yesus sendiri menjanjikan upah besar di Sorga bagi yang setia mengikutinya sekalipun mengalami penganiayaan berat di dunia ini (Baca Mat 5:12; Luk 6:23) dan sukacita para murid yaitu ‘namamu telah terdaftar di sorga (Luk 10:20). Kehidupan kekal menjadi tujuan hidup orang beriman. Kesaksian yang sama dikemukakan oleh Paulus: “tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlarilari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah di dalam Kristus Yesus.” (Fil 3:13-14). Betul di dalam Kristus kita memperoleh keselamatan, Kristuslah sebagai garansi keselamatan orang percaya  namun kesempurnaan keselamatan itu ada di dalam Kerajaan Sorga dalam kehidupan kekal.  Sambil menunggu kedatanganNya yang kedua orang percaya hidup dan bergumul di dunia ini, disinilah iman harus berbuah. Buah iman itu mestinya dibuktikan dengan praksis hidup yang mau berbagi dengan orang-orang yang lapar, haus dan miskin.

2. Yesus ada di antara orang yang lapar, haus dan miskin
Siapakah yang diberkati itu? Dalam perikope ini ada suatu deklarasi tentang siapakah yang menerima dan mewarisi Kerajaan Sorga: “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberikan Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberikan Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberikan aku tumpangan; ketika Aku telanjang , kamu memberikan Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku, ketika Aku di dalam penjara kamu mengunjungi Aku.” (Ayat 35-36). Pernyataan ini bisa memiliki dua makna, yakni:  pertama - Kritik terhadap legalisme agama – farisiisme yakni kaum religius yang menekankan legalisme agama atau formalisme agama. Kaum semacam ini menekankan ketaatan dan kesetiaan terhadap Tuhan melalui pemenuhan aturan-aturan formal atau ukuran-ukuran kesalehan secara norma agama. Tafsiran semacam ini untuk membongkar pemahaman keagamaan kita melihat apa arti agama dalam kehidupan manusia. Agama adalah pembebasan bagi kebaikan manusia.  Tafsiran kedua adalah nats ini menunjukkan kepada realitas kehidupan gereja mula-mula yang mengalami lapar, haus, penganiayaan dan pengejaran. Yesus menempatkan Allah di dalam hidup mereka yang memiliki pergumulan hidup sehari-hari. Mereka terus bergumul untuk memberitakan Injil sekalipun mereka tidak tahu bagaimana nasib mereka besok, mereka terus memberitakan injil sekalipun mereka tidak tahu apa yang harus dimakan besok. Mereka harus terus berlari dari pengejaran dan penganiayaan menahan lapar dan haus karena Injil. Argumentasi ini semakin kuat dengan  munculnya  istilah: ‘saudaraku yang paling hina’ (dalam ayat 40). Siapakah saudara Yesus yang dimaksudkan disini, tentu mereka adalah orang-orang percaya yang mengalami berbagai kepahitan hidup.
Tentu masih banyak daftar yang bisa kita masukkan siapakah Saudara Yesus yang dimaksudkan dalam perikop ini: orang miskin, home less, korban narkoba, penyandang cacat (buta, tuli, lumpuh), orang yang terinveksi HIV/AIDs, yatim – piatu, anak-anak gelandangan dan korban broken home dan lain sebagainya dll. Tentu terlintas dalam pikiran kita bahwa saudara Yesus disini adalah orang-orang yang membutuhkan sokongan dan peneguhan dari kita semua. Inilah yang dikehendaki oleh Yesus sebagai perwujudan dari praksis iman orang percaya. Praksis iman itu muncul bagi setiap orang yang selalu menyanyikan – Sensenina, Sensenina (what I have done, what I have done=apa yang telah aku lakukan, apa yang telah aku lakukan). Kotbah minggu ini mengetuk hati kita kembali untuk peduli dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan kita.
3. Perbuatan baik yang tidak menuntut balas.
Ada sesuatu yang cukup mengagetkan mereka yang telah melakukan sesuatu buat orang hina, ketika Yesus memberikan alasan atas mereka yang diberkati: “ Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” (ay 35-36). Lihatlah sesuatu yang mengejutkan dan pertanyaan mereka yang diberkati itu: “ Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?  Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?” (Ayat 37-39). Apa yang menarik dari dialog ini adalah bahwa orang yang diberkati dan yang memperoleh keselamatan tidak memperhitungkan perbuatan baik dalam hidupnya. Mereka berbuat baik sama sekali tidak menganggapnya sebagai ‘pahala’ atau jasa yang dipertimbangkan Tuhan kelak. Justru mereka tidak mengingat perbuatan baik apa yang telah mereka lakukan selama hidupnya. Yesus sendiri mengajarkan kepada murid: “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar." (Lukas 14:13-14).

Dengan demikian mereka yang diberkati adalah orang-orang yang membuahkan perbuatan baik di dunia ini terhadap sesama tanpa menuntut balas dan mempertimbangkannya sebagai perbuatan baiknya kepada Tuhan. Ini pesan penting dalam setiap pribadi orang percaya perbuatlah kebaikan dan kebajikan bukan karena upah kebaikan dan kebajikan itu, tetapi karena memahaminya sebagai tugas dan tanggungjawab orang percaya.

Kesimpulan dan Penutup
Perikop kotbah minggu ini memiliki makna yang cukup kaya untuk dikembangkan dalam hidup: Thema kotbah bisa kita kembangkan dalam beberapa aspek:
a) Menyentuh kehidupan beriman kita (religiositas), yang mempertanyakan identitas kita sebagai orang beragama. Hal ini sangat penting untuk melakukan permenungan akan makna keberagamaan kita. Masyarakat Indonesia sangat bangga dengan indentitas ‘orang yang beragama” namun dalam praktek kehidupan sehari-hari sangat tinggi ketidak adilan, tidak menghargai harkat dan martabat orang lain dan pelanggaran hak asasi manusia. Kotbah ini adalah kritik tajam bagi kita yang mengakui dirinya beriman namun apa yang diimani tidak menjadi gaya hidup atau budaya hidup yang dilakoni setiap hari.
b) Kotbah minggu ini juga dapat kita kembangkan pada penekanan akan tugas dan tanggungjawab orang beriman dalam hidup ini (missi gereja). Dapat dimulai dengan mengidentifikasi akan Siapakah saudara Yesus menurut definisi kita: saya, orang miskin, orang cacat (tuli, buta dan lumpuh), dll. Mereka ada disekeliling kita yang senantiasa membutuhkan uluran tangan. Terkadang sangat menyesakkan dan tak sanggup kita melayni mereka rasanya. Tidak apa kalau ada perasaaan seperti itu, karena memang orang miskin akan selalu ada diantara kita. Namun jangan sama sekali tak ada perhatian dan waktumu untuk mengulurkan tanganmu kapanpun hatimu terbuka untuk mereka. Janganlah mengumpat dan mengutuki mereka dalam keadaan yang kurang beruntung hidupnya, tetapi pikirkanlah apa yang bisa kita lakukan, karena ketahulah bahwa Yesus berada di tengah-tengah mereka dan mereka itu adalah saudara-saudara Yesus.
c. Tujuan akhir perjalanan hidup. Kotbah ini bisa juga kita kembangkan pada apa tujuan akhir kehdiupan kita? Disini ditegaskan setiap pribadi akan menghadap dan diadili kelak oleh Anak Manusia. Pengadilan itu sangat adil dan mengetahui semua kehidupan kita. Tidak ada yang tersembunyi dihadapan Allah, semuanya sikap, perkataan dan perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapanNya. Hal ini mendorong kita lebih jujur, tidak ada gunanya membohongi diri dalam hidup. Orang bisa saja pintar dan ahli menyembunyikan sikap, perkataan dan perbuatannya jahatnya terhadap sesama, namun dihadapan Tuhan akan terbuka semuaanya. Marilah lakoni hidup jujur dan takut akan penghakiman Tuhan.

Pdt. Nekson M Simanjuntak, MTh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...