Sabtu, 18 November 2017

BERDIAM DIRI MERENUNGKAN HARI TUHAN

BERDIAM DIRI MERENUNGKAN HARI TUHAN
(Zefanya 1:7,12-18)

Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah minggu ini mengajak kita mengalokasikan waktu sejenak untuk berdiam diri merenungkan kehidupan yang kita lalui dan apa yang hendak Tuhan perbuat atas semua itu. Berdiam diri; berhenti sejenak dari semua aktifitas untuk merenungi apa yang akan terjadi segera yaitu hari Tuhan. Hari penghakiman sudah datang, Tuhan menghakimi setiap orang menurut perbuatannya. Hari Tuhan itu kengerian, disitu akan ada ratapan dan kertak gigi, pahlawan yang dibanggakan dan dieluelukan akan menangisi nasib yang menimpa dirinya. Mengapa semua itu terjadi: karena dosa; tidak ada lagi kepedulian. Umat Allah yang semestinya setia pada hukum, kebenaran dan keadilan namun lihatlah semua mengabaikannya bahkan telah menjadikan baal san berhala bagi mereka. Anehnya sudah sedemikian parahnya dosa, mereka berdalih Tuhan tidak akan berbuat apa-apa atas semua dosa dan pelanggarannya. Inilah yang ditantang oleh Zefanya: Tuhan tidak akan berdiam diri. Hari penghakiman itu telah tiba untuk menghakimi setiap orang menurut perbuatannya dan tak satupun yang luput atau lolos dari penghakiman.

Ajakan berdiam diri ini penting, pertama:  lihatlah betapa sibuknya kita, berpacu dengan waktu: dari pagi hingga larut malam mengejar berbagai peluang dan kesempatan terkadang tanpa memperhitungkan kesehatan. Bukan hanya itu ada juga orang dengan segala kesibukannya tak menyisakan waktu buat Tuhan. Saat ini kotbah dari Zefanya mengajak kita untuk berdiam diri di hadapan Allah (Coram Deo). Dihadapan Tuhan kita mendengar apa yang Tuhan katakan atas hidup kita. Selama ini kita mungkin datang ke hadapan Tuhan hanya untuk menyampaikan keluh dan segala pergumulan kota. Selama ini kita datang hanya untuk menyampaikan berbagai permohonan dan keinginan kita kepadaNya. Kali ini ajakan berdiam diri dihadapan Tuhan untuk mendengar Tuhan berbicara dan menyimak apa tindakanNya di hari pemenghakiman itu terhadap manusia.

Kedua, Zefanya mengajak kita berdiam diri merenungkan kehidupan ini. Sedemikian sibuknya orang mengurusi diri sendiri tak pernah peduli terhadap sesama. Membiarkan kejahatan dan kelaliman di sekitar kita. Perampasan hak-hak orang miskin dan lemah.   Masing-masing orang menyelamatkan diri dan mengurusi apa yang menguntungkan bagi diri sendiri. Benar apa yang disampaikan oleh Marthin Luther King Jr: if you see evil, you do nothing, you are evil too (Jika anda melihat kejahatan dan anda tidak melakukan sesuatu, anda telahn melakukan kejahatan juga). Sejalan dengan itu Desmon Tutu pernah berkata: jika anda diam terhadap kejahatan, anda telah mendukung kejahatan.
Dosa terbesar kita di jaman ini adalah ketidak pedulian. Manusia hanya mengurusi dirinya sendiri. Lihatlah tak satupun yang luput dari penghakiman Allah. Karena Tuhan akan mencari setiap orang, seperti menggeledah kota dengan suluh.

Ketiga, kotbah minggu ini mengajak kita berdiam diri merenungkan akan arti Hari Tuhan. Hari Tuhan bukanlah sesuatu yang jauh (parusia); tetapi kita merenungkan penghakiman itu terjadi pada saat ini, kini dan disini. Tuhan mengawasi kehidupan kita dan memberikan ganjaran. Zefanya 1:15-17 (TB)  Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam, hari peniupan sangkakala dan pekik tempur terhadap kota-kota yang berkubu dan terhadap menara penjuru yang tinggi. Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, sebab mereka telah berdosa kepada TUHAN. Darah mereka akan tercurah seperti debu dan usus mereka seperti tahi.

Ada hal menarik dari apa yang disampaikan oleh Zepafanya, sesunggunya hari Tuhan adalah hari jamuan raya, dimana Tuhan mempersiapkan jamuan raya bagi orang yang mengasihiNya. Tuhan memanggil kita untuk menikmati jamuanNya yang lezat enak dan tanpa banyar. Itu semua gratis karena kasih karunianya. Jamuan itu adalah untuk orang yang percaya dan setia kepada Tuhan. Pada saat yang sama hari perjamuan itu adalah penghakiman bagi setiap orang. 

Penghakiman Tuhan itu adalah kengerian, ratap dan tangis karena murkan Allah.
Namun inilah kelebihan orang percaya sebagai mana kita temukan dalam Epistel: 1 Tesalonika 5:9 (TB)  Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,
Kita dipilih, bukan untuk dihukum, melainkan untuk memperoleh anugerah. Mari syukuri anugerah Allah yang telah menjamin keselamatan kita di dalam diri Yesus Kristus.


#pdt nekson m sjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEBAHAGIAAN ORANG BENAR

  Kotbah Minggu Exaudi Minggu, 12 Mei 2024 Ev. Mazmur 1:1-6 KEBAHAGIAAN ORANG BENAR Selamat Hari Minggu! Sahabat yang baik hati, kotbah ming...