Kotbah Minggu IV Setelah Ephipanias,
Minggu 29 Januari 2023
Nas: Ayub 12:13-25
ALLAH SUMBER KEKUATAN DAN HIKMAT
Sahabat yang baik hati, jika ada membebani jangan terus menyalahkan diri sendiri karena yang terjadi belum tentu karena kesalahan kita. Jangan terus mencari kambing hitam untuk dipersalahkan karena kita sendirilah yang membuat kita mau jatuh atau bangun.
Memang, secara umum orang sering memahami dan meyakini rumus tabur tuai ini dalam menelisik ziarah kehidupan. Nasihat ini memang benar untuk menasihati kita menjauhkan diri dari perbuatan jahat atau fasik pandangan seperti itu sangat benar dan tepat. Namun tidak semua apa yang terjadi merupakan buah dari apa yang dikerjakan. Dalam melihat penderitaan yang dialami seseorang kita mesti hati-hati; karena tidak semua orang yang mengalami penderitaan merupakan buah dari perbuatan atau akibat dosa dan kesalahannya sendiri. Ada kalanya penderitaan yang dialami seseorang bukan karena kesalahan sendiri namun agar kehendak Tuhan nyata atas kehidupan seseorang. Inilah kehadiran kitab Ayub. Ayub menderita bukan karena kesalahannyadia seorang yang baik hati, saleh dan tidak melakukan apa yang melanggar perintah Tuhan. Penderitaan terjadi sebagai ujian kehidupan, yang teruji akan memperoleh kemenangan yang tak teruji tidak setia dan meninggalkan Tuhan. Kitab Ayub memberikan hikmat pemgajaran bahwa penderitaan yang terjadi harus dijalani dengan tabah, karena Tuhan akan memberi kekuatan dan kemenangan diakhir jalan.
Kotbah Minggu ini merupakan jawaban para sahabat Ayub yakni: (Elifas, Bildad, Zofar, Elihul) khusus dalam pasal 12 merupakan jawaban Ayub terhadap Elifas. Elifas beranggapan bahwa apa yang menimpa Ayub adalah suatu kehendak Allah. Elifas menganjurkan agar Ayub mengoreksi diiri, tak mungkin Tuhan mendatangkan derita kalau bukan ada kesalahan Ayub. Itulah theisme yang dibangun oleh Elifas; Tuhan benar dalam segala tindakannya, penderitaan adalah akibat dosa. Ayub telah menjawab bahwa tidak ada kesalahan yang dibuatnya. Memgapa harus menanggung semua derita ini. Benar Ayub percaya bahwa Tuhan itu bijaksana dan maha kuasa apapun keoutusanNya tidak ada yang dapat menunda apalagi membatalkannya. Tuhan maha kuasa dan bijak sana.
Selanjutnya Elifas menasihatkan agar Ayub memeriksa lagi apakab betul Ayub sungguh-sungguh tak bersalah dalam hidupnya sehingga harus mengalami derita yang tak terkatakan ini. Elifas yakin bahwa jika kita mencari Tuhan dan berseru kepadaNya Tuhan pasti menolong. Tuhan itu maha kuasa dan tak akan membiarkan orang dikasihiNya menderita. Tuhan penuh kuasa dan mampu melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di mata kita. Apa yang disampaikan oleh Elifas ini benar adanya dan itu dapat kita lihat dalam perjalanan kehidupan umat Allah. Ketika mereka sengsara dan ditindas bangsa asing mereka berseru-seru memohon pertolongan Tuhan. Tuhan pun mendengar doa umatNya dan mengutus para hambaNya membebaskan umatNya. (Band Musa dan Hakim-hakim).
1. Ayub: percaya kepada kemahakuasaan Tuhan.
Ayub menerima bahwa kita harus percaya akan kemahakuasaan Allah dan senantiasa mencari Tuhan. Dan dalam penderitaannya itu pula Ayub mencari Tuhan. Jalan Tuhan sungguh jauh tak terselami, kita tidak dapat memastikan apa rencana Tuhan dalam hidup ini sebagaimana dialami oleh Ayub. Namun waktu akan menjawab apa rencana Tuhan dalam setiap masalah membutuhkan kesabaran dan ketabahan. Namun hal menilai penderitaan Ayub sungguh tidak berterima karena penderitaan Ayub bukanlah karena kutuk atau balasan Tuhan atas dosa dan pelanggarannya. Ayub sungguh tak bersalah, namun Ayub juga menunjukkan selain tidak bersalah dia tetap setia kepada Tuhan. Dalam penderitaannya Ayub masih mencari Tuhan. Ayub percaya akan kemahakuasaan Tuhan dalam hidup manusia termasuk ketika menjalani penderitaan. Penderitaan itu ada karena kehendak Tuhan, dalam keluh yang terdalam bukan menyesali Tuhan, namun menyesali diri kenapa harus lahir ke dunia ini (3:1dst)
Seorang Rabbi Yahudi bernama Harold Khusner menulis buku yang sangat terkenal: WHEN BAD THINGS HAPPEN TO GOOD PEOPLE. Ini pengalamannya melepaskan anaknya yang menderita sakit langka satu dari sejuta kasus penyakit. Anaknya Aaron harus meninggal di usia 14 tahun. Apa dosa anak seusia itu sehingga harus mengalami sakit genetik yang langkah? Anjuran Harold Khusner dalam buku ini: kita tidak menentukan hidup ini bahagia atau menderita, tugas kita adalah menjalani kehidupan yang ditentukan Tuhan. Tuhan sendiri menentukan akhir dari perjalanan hidup kita. Dalam setiap penderitaan dan pergumulan benar kita harus mencari kehendak Allah, apa rencana Tuhan dalam segala apa yang kita alami.
2. Jangan Menghakimi:
Apa yang terjadi dalam kehidupan manusia bukanlah perhitungan mate matis atau seperti menentukan hitam dan putih. Hitam salah, putih suci atau menang. Namun ada misteri kehidupan yang harus kita jalani yang membuat kita berpasrah pada yang kuasa Tuhan. Mengapa ada orang jahat berjaya dan seolah Tuhan tak menghardiknya? Sedangkan ada juga orang baik ditimpa kemalangan yang beruntun?
Ayub mengupas penderitaan orang baik bukanlah hukuman Tuhan atas kesalahan, namun ada kalanya penderitaan menimpa orang baik agar kehendak Allah nyata. When bad things happen to good people, ketika hal buruk terjadi pada orang baik menjadi kisah menarik menikmati perjalanan hidup Ayub. Dengan kisah Ayub, tugas kita bukan menimbang siapa yang salah, namun setia dalam menjalani penderiaan. Tuhan akan hadir dan memberikan jawaban bagi orang yang setia menjalani penderitaan. Ayub adalah orang yang baik, jujur dan hidup bergaul dengan Tuhan. Ayub 1:1 (TB) Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Awalnya Ayub menjalani hidup dengan banyak berkat, namun kisah buruk pun dialaminya, dalam satu kejadian dia kehilangan seluruh ternak, ladang dan anak-anaknya. Dia sakit, kulitnya melepuh, satu persatu sahabat-sahabatnya pun meninggalkan dia dan menyalahkannya. Penderitaan yang banyak seperti itu tak mungkin Tuhan salah, masa orang baik diberi hukuman seberat ini?
Pebderitaan Ayub bukanlah sebagai hukuman Tuhan atau buah dari dosa dan keslahannya. Jika Ayub menderita itu adalah ujian. Dengan kehadiran kitab Ayub manusia merenungkan, saat bahagia berkat, saat penderitaan adalah hukuman, sama sekali tidak. Tuhan dapat berkarya melalui penderitaan yang dialami menghadikan sukacita dan bahagia. Maka dalam bahagia dan derita manusia tidak boleh menghakimi. Tugas kita adalah menelisik kehidupan ini dengan menekuni kehendak Tuhan.
3. Setia dan percaya kepada kemahakuasaan Tuhan.
Satu permintaan Ayub, janganlah menghakimi hal buruk yang terjadi. Penderitaan yang dialami belum tentu sebagai kesalahan atau hukuman Tuhan. Tuhan maha bijaksana dan tak mungkin Tuhan salah dalam memutuskan suatu perkara. Hikmat Allah harus direnungkan dan tidak satupun pikiran manusia yang dapat menentukan benar tidaknya keputusan Tuhan.
Tuhan berkuasa dan berdaulat atas apa yang akan terjadi, karena Dialah yang memiliki bumi dan segala isinya. Tuhan berkuasa atas apa yang terjadi dan akan terjadi pada bangsa-bangsa. Tuhan juga yang membuat keputusan dikalangan bangsawan, raja-raja, imam dan segala lapisan warga. Segalanya ditentukanNya menurut pertimbanganNya. Tak ada kuasa apapun yang dapat mebatalkan keoutusan Tuhan. Apa yang dikatakanNya jadi, maka segala sesuatu jadi.
Apa yang menjadi keputusan Tuhan suatu realitas yang harus diterima dan dijalani. Bagi Ayub keputusan Tuhan harus dijalani dengan setia dan percaya bahwa keputusan Tuhan adalah yang
terbaik
. Ayub menjalani penderitaan dengan setia dan percaya. Hal inilah yang membawa dia lulus dari ujian. Ayub menerima dua kali lipat dari milik sebelumnya. Amin
Salam: Pdt Nekson M Simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar